Kebaya Masuk Daftar Warisan Budaya Takbenda UNESCO
Kebaya diusulkan melalui mekanisme joint nomination 5 negara.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kabar gembira bagi masyarakat Indonesia! Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) menetapkan kebaya masuk dalam Daftar Perwakilan (Representative List) Warisan Budaya Takbenda (ICH).
Penetapan ini dilakukan UNESCO melalui sidang yang diselenggarakan di Paraguay pada Rabu (4/12/2024) waktu setempat. Dikutip dari akun Instagram Kementerian Kebudayaan, inskripsi kebaya menjadi nominasi warisan budaya Indonesia kedua yang diusulkan melalui mekanisme joint nomination setelah sebelumnya Pantun diinskripsi bersama Malaysia pada 2020. "Kebaya diadaptasi dalam daftar resprentatif Warisan Budaya Takbenda UNESCO melalui mekanisme nominasi bersama lima negara yakni Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand," tulis akun @kemenkebud pada Rabu (4/12/2024).
Proses pengajuan kebaya sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO bukan hal yang mudah. Indonesia, bersama dengan Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, dan Thailand, telah bekerja sama sejak lama untuk menyusun dokumen nominasi yang komprehensif. Dokumen ini berisi penjelasan mendalam tentang sejarah kebaya, proses pembuatannya, makna filosofis, serta peran kebaya dalam kehidupan masyarakat.
Kebaya biasanya digunakan bersama korset dengan bawahan rok atau kain panjang. Yang membuatnya menonjol adalah desain dan hiasan yang indah pada blusnya.
Dahulu, kebaya hanya dikenakan oleh keluarga kerajaan dan kaum elite di daerah seperti Jawa. Namun kini telah berkembang menjadi pakaian yang bisa digunakan seluruh masyarakat umum.
Asal usul kebaya dapat ditelusuri kembali ke abad ke-15 di Kerajaan Majapahit di Jawa Timur. Awalnya, kebaya dirancang sebagai blus yang dikenakan di atas kemban, sejenis korset, dan menandai transisi menuju kostum sederhana yang dipengaruhi oleh penyebaran Islam. Awalnya hanya dikenakan oleh bangsawan dan aristokrat. Pada abad ke-17, kebaya versi yang diikat mulai dikenakan oleh rakyat biasa.
Melalui hubungan perdagangan dan diplomatik, penggunaan kebaya meluas ke daerah-daerah seperti Bali, Malaka, Sulawesi, Sulu, dan Mindanao, yang mengarah ke berbagai adaptasi yang mencerminkan kekayaan budaya kawasan ASEAN.
Seiring meluasnya perdagangan dan terjadinya pertukaran budaya, kebaya mulai menyebar ke seluruh wilayah, dengan berbagai gaya yang dipengaruhi oleh adat istiadat setempat, bahan, dan tren mode kolonial. Saat ini, kebaya telah berkembang menjadi berbagai gaya khas di Asia Tenggara, yang masing-masing mencerminkan kekayaan identitas budaya masyarakatnya.
Sementara itu, di Indonesia, terkenal dengan kebaya Jawa karena desainnya yang elegan dan sederhana dengan potongan leher berbentuk V. Kebaya ini dapat dibuat dari kain halus semi-transparan, polos atau bermotif, dengan hiasan jahitan. Jenis kebaya ini dapat dibuat dari bahan-bahan seperti katun, brokat, sutra, dan beludru. Beberapa jenis kebaya Jawa yang terkenal di antaranya kebaya Kartini, kebaya kutubaru, dan kebaya solo,
Selain kebaya Jawa, ada juga kebaya Bali yang memiliki ciri khas pada penggunaan kain endek yang memiliki motif khas Bali. Modelnya lebih terbuka dan sering dipadukan dengan kain songket. Tak ketinggalan kebaya Betawi atau kebaya encim yang memiliki ciri khas pada warna-warna yang cerah dan penggunaan bahan yang lebih tebal seperti brokat.
Di negara-negara tetangga, ada juga jenis kebaya yang populer yaitu kebaya Nyonya. Dikutip dari laman Asia News pada Kamis (5/12/2024), di Malaysia dan Singapura, kebaya Nyonya memiliki desain cantik dan rumit memadukan pengaruh China dan Melayu. Kebaya Nyonya merupakan variasi unik dari kebaya tradisional yang dikenakan oleh wanita dari komunitas China Peranakan di Asia Tenggara. Kebaya ini digambarkan dengan blus tipis berwarna-warni yang terbuat dari kain voile, dihiasi dengan motif-motif rumit yang dikenal sebagai sulam. Gayanya secara tradisional dipadukan dengan kain batik dan ansambelnya dilengkapi dengan aksesori seperti satu set bros yang saling bertautan yang disebut keronsang atau kancing untuk mengencangkan blus di bagian depan.