Hormati Keputusan PSSI, Shin Tae-Yong Ungkap Kronologi Pemecatannya
Shin Tae-yong mengatakan pemecatan diketahuinya secara mendadak.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan pelatih Tim Nasional Indonesia, Shin Tae-yong (STY) akhirnya buka suara soal pemecatannya oleh Persatuan Sepak Bola Indonesia (PSSI). Resmi dipecat pada 6 Januari, STY menghormati dan menerima keputusan PSSI.
"Di belakang layar, semua orang di sini dengan antusias mendukung saya, jadi saya berdiri di sini dan saya yakin bahwa saya bisa pulang dengan senyuman," kata Shin Tae-yong dikutip dari Yonhap News, Kamis (16/1/2025).
Mantan pelatih Korea Selatan tersebut mengungkapkan kronologi pemecatannya yang diketahui secara mendadak. STY mengatakan baru mendapatkan pemberitahuan pemecatan pada 6 Januari pukul 9.40 WIB.
Dalam pemberitahuan tersebut, pelatih berusia 54 tahun tersebut juga diberi informasi mengenai pelatih pengganti yang akan diumumkan oleh PSSI pada pukul 12.00 WIB. Mantan pelatih Seongnam Ilhwa Chunma tersebut mengungkapkan akan tetap mengunjungi Indonesia karena telah mempunyai ikatan emosional.
"Meskipun saya akan kembali ke Korea Selatan, saya akan sering datang karena saya mencintai Indonesia, dan saya berharap dapat melihat (perkembangan sepak bola) di negara lain atau di Korea dengan cara yang lebih baik," ujar mantan asisten pelatih Quensland Roar itu.
Tim nasional Indonesia telah mengumumkan pengganti STY yakni legenda sepak bola Belanda Patrick Kluivert yang diperkenalkan secara resmi pada 12 Januari. Ketua Umum PSSI Erick Thohir mengucapkan terima kasih kepada Shin Tae-yong melalui akun media sosial-nya pada Sabtu (11/1/2025).
"Terima kasih, coach Shin Tae Yong atas segalanya yang sudah dilakukan buat Timnas Indonesia. Sekarang, waktunya coach Patrick Kluivert memulai lembaran baru di sepak bola Indonesia," tulis Erick dalam akun Instagram, @erickthohir.
Dalam unggahan yang sama, Erick Thohir mengucapkan selamat datang untuk Kluivert.
"Kini saatnya menyambut kedatangan Pelatih Patrick Kluivert untuk memulai babak baru sepak bola Indonesia," kata Erick.
Timnas Indonesia terus mengalami peningkatan dalam beberapa waktu terakhir seperti lolos babak 16 besar Piala Asia 2023, lolos semifinal Piala Asia U-23 2024, hingga bersaing ketat dalam putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026. Menurut hasil survei Indikator Politik Indonesia yang disampaikan di Jakarta, Kamis (16/1/2025), prestasi ini membuat masyarakat puas.
Survei pada 22-28 Desember melibatkan 1.220 responden itu mengatakan 83,9 persen memberi apresiasi yang tinggi kepada kualitas permainan timnas sepak bola Indonesia dalam berbagai kompetisi yang diikuti.
"Kami menemukan bukti yang menyakinkan bahwa evaluasi publik terhadap kinerja federasi (PSSI) maupun item-item yang berkaitan dengan sepak bola itu mengalami peningkatan yang positif di bulan Desember (2024)," kata Founder dan Peneliti Utama Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi, Kamis.
Angka survei itu meningkat dari survei sebelumnya pada 10-15 Oktober di mana 80 persen orang menilai timnas semakin bagus. Survei yang sama juga dilakukan kepada responden terhadap pandangan mereka mengenai program naturalisasi oleh PSSI untuk meningkatkan kualitas timnas.
Sebanyak 75,3 persen responden menetujui program naturalisasi pemain-pemain seperti Sandy Walsh, Jay Idzes, Justin Hubner, Shayne Pattynama, hingga Mees Hilgers. Survei ini menemukan temuan bahwa semakin tinggi intensitas seseorang terhadap sepak bola, semakin mendukung kebijakan naturalisasi pemain.
Dukungan terhadap kebijakan naturalisasi pemain juga ditemukan selalu lebih tinggi pada kelompok yang lebih sering mengakses media sosial. Artinya di kalangan mereka yang cukup intens mengikuti sepakbola dan sering mengakses media sosial, naturalisasi bukanlah isu penting.
"Sudah ada bukti nyata bahwa pemain naturalisasi bisa meningkatkan prestasi sepakbola. Tapi itu pun tidak mengubah sikap warga yang menganggap kebanyakan pemain naturalisasi," ucap Burhanuddin.
Survei Indikator Politik juga mengungkapkan 75,1 persen reponden puas terhadap kinerja PSSI selama dipimpin Erick Thohir. Hal sama terjadi pada kelompok yang lebih setiap hari atau hampir tiap hari mengakses media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, YouTube, TikTok, menonton podcast, hingga mebaca portal berita online. Pada kelompok ini, kepuasaan kelompok ini terhadap kinerja PSSI selalu lebih tinggi.
“Kami melakukan survei tentang sepak bola ini relatif rutin. Ini tingkat kepuasan paling tinggi dalam sejarah PSSI," kata Burhanuddin.
Ada lima aspek yang ditanyakan kepada responden untuk mengukur kepuasan publik terhadap kinerja PSSI. Pertama, ada aspek mengembangkan sepak bola Indonesia yang maju, modern dan profesional yang memegang prinsip sportivitas.
Kedua, membentuk tim nasional yang berkualitas dan berprestasi. Ketiga, mempromosikan sepak bola dengan semangat fair play, persatuan, pendidikan, budaya dan nilai-nilai kemanusiaan.
Keempat, menghasilkan atlet-atlet sepak bola yang berkualitas, dan kelima adalah mengatur dan atau mengoordinasikan seluruh kompetisi dan turnamen. Pada lima aspek ini, sebanyak 66,2 persen responden puas terhadap kinerja PSSI.
"Kita tidak bisa membantah bahwa dia berhasil. Dia kan baru Februari 2023, bulan depan baru dua tahun," kata pengamat sepak bola Mohamad Kusnaeni.
Kusnaeni kemudian menilai langkah PSSI memberhentikan Shin Tae-yong dan digantikan oleh Patrick Kluivert pekan lalu sebagai pelatih timnas Indonesia adalah langkah yang sah secara hukum. Namun, kata dia, itu tidak mencerminkan best practice dalam ilmu tata kelola kelembagaan karena PSSI harus membayar kompensasi puluhan miliar kepada Shin yang baru diperpanjang kontraknya sampai Juni 2027 pertengahan tahun lalu.
"Ini best practice-nya menurut saya. Berhentiin dulu 'kita tidak yakin anda akan membawa ke Piala Dunia'. Kalau perlu diceritain atau enggak, enggak masalah. Selesai. Diputus itu Shin 24 Desember katakanlah, lalu 25 Desember itu ketemu Patrick dengan elegan," tutup pria yang akrab disapa Bung Kusnaeni tersebut.