Arief Muhammad, Terjun ke Dunia Bisnis karena Kepepet Hingga Jadi Bos RM Payakumbuah
Bermula dari selebtwit, Arief Muhammad kini jadi pebisnis rumah makan Padang.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Influencer Arief Muhammad kini tak hanya dikenal sebagai kreator konten, tetapi juga pebisnis. Salah satu bisnis terbarunya yaitu RM Padang Payakumbuah, yang kini sudah memiliki 12 cabang di Indonesia.
Siapa sangka, terjunnya Arief ke dunia bisnis bermula karena kepepet. "Yang pertama kali bikin tercebur ke dunia bisnis itu karena kepepet dulu awalnya," ujarArief saat ditemui di RM Padang Payakumbuah Kemang, Jakarta, pada Kamis (5/12/2024).
Arief semula dikenal sebagai selebtwit dengan akun fenomenal @poconggg miliknya. Namun pada 2014 tepatnya saat momen pemilihan presiden (pilpres), Twitter mendadak berubah, penuh ketegangan dan perang twit. Ditambah lagi kala itu banyak warganet pindah ke aplikasi Path, Ask FM, atau Instagram.
“Semakin banyak orang yang enggak main Twitter, semakin twit enggak menarik, job selebtwit makin enggak ada. Itu awal mula kayanya harus punya sesuatu yang bisa kita kontrol,” kata dia.
Dengan modal seadanya, Arief memberanikan diri terjun ke bisnis kuliner dengan menjual sate Jepang yakitori di ponggir jalan. Satu tahun sejak buka, kuliner yang dinamai Oppai Yakitori ini memiliki 98 cabang. “Tapi karena basic ilmu bisnis enggak ada, cuma learning by doing, main hajar, mismanagement, berantakan. Jadi di tahun ketiga bisnis gulung tikar,” kata dia.
Arief kemudian mencoba peruntungannya ke bisnis kuliner lain dengan membuka Cakekinian, hingga akhirnya membawa perjalannya sampai pada RM Padang Payakumbuah. Payakumbuah kini sudah memiliki 12 cabang di Indonesia.
Pria berusia 34 tahun ini punya alasan mengapa memutuskan membuka rumah makan Padang. Sejak lahir hingga SMA, Arief tinggal di Batam. Barulah saat kuliah hingga sekarang, dia menetap di Jakarta. Saat awal-awal tinggal di Jakarta, Arief kaget dengan rasa makanan di rumah makan Padang. “Kayak enggak lagi makan makanan Padang. Nasinya pulen, lauknya cenderung manis, dan lain-lain,” ujarnya.
Untuk itu ketika memutuskan membuka bisnis RM Padang Payakumbuah, Arief berkomitmen menyajikan menu masakan Padang dengan rasa yang autentik. RM Padang Payakumbuah tidak menyesuaikan rasa menu dengan selera kota tempat membuka gerai, melainkan masyarakat setempat yang harus memahami rasa masakan Padang yang sebenarnya.
“Sekarang ketika Payakumbuah buka di Bandung, Semarang, dan Jogja, rasa enggak kami ubah. Enggak ada yang kita ubah jadi lebih manis atau lebih gurih, enggak dibeda-bedain. Biar autentiknya tetap terjaga,” kata dia.
Menurut Arief, eksistensi rumah makan Padang cukup teruji, terlihat dari banyaknya RM Padang berusia di atas 40 tahun. Dia mendapat data bahwa di Jakarta ada sekitar 27 ribu rumah makan Padang termasuk yang ukuran kecil. “Kalau di-compare sama penduduk Jakarta, ditembah 40 ribu rumah makan Padang pun masih enggak kebanyakan. Masih bisa markernya. Potential growth-nya masih banyak. Apalagi kami enggak cuma buka di Jakarta,” jelas Arief.
Ekspansi ke luar negeri
RM Padang Payakumbuah menyiapkan pembukaan cabang baru di luar negeri yakni Jepang, Singapura, dan Malaysia. Menurut Arief, saat ini yang masih menjadi tantangan besarnya yaitu terkait pengiriman bumbu. Pasalnya ada beberapa bahan dan bumbu yang tidak boleh masuk negara tersebut misalnya beras dan cabai.
“Yang di Jepang masih nyari tempat. Tim udah kekumpul, tapi tempat belum. Singapura lokasi belum bisa share, kalau Malaysia di KLCC," ujarnya.
Untuk di dalam negeri, Arief menargetkan RM Padang Payakumbuah akan membuka 8 cabang. Pada bulan depan, RM Padang Payakumbuah akan membuka cabang di Yogyakarta. Pada bulan depannya lagi akan buka di Bali.
“Tiap bulan akan selalu buka. Target tiap bulan ada yang buka,” kata dia.
Arief mengatakan pertimbangan kota untuk pembukaan cabang baru didasarkan pada keinginannya memberi kesempatan kepada masyarakat untuk mencicipi rumah makan Padang yang autentik. “Ingin memasyarakatkan RM Padang, pengen ada di mana-mana. Yang baru ada, baru di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Semarang, dan Malang.