Antisipasi Kenaikan PPN dengan Efisiensi dan Ekspansi Manufaktur

Industri pertambangan dan hilirisasi terus menunjukkan prospek cerah.

Dok. MI2024
Manufacturing Indonesia 2024, pameran industri manufaktur terbesar di Asia Tenggara.
Rep: Dian Fath Risalah Red: Lida Puspaningtyas

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam menghadapi tantangan ekonomi, termasuk dampak kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen dan dinamika nilai tukar, Kawan Lama Solution mengadopsi strategi adaptif. Perusahaan ini mengutamakan efisiensi operasional dan memperluas kapabilitas manufakturnya sebagai bagian dari langkah strategis untuk menjaga daya saing di pasar.

Baca Juga


Vice President of Sales Category Kawan Lama Solution Albertus Primusanto menjelaskan, perusahaan telah melakukan negosiasi dengan para vendor untuk menjaga harga produk tetap kompetitif meski ada kenaikan PPN. “Kami juga berupaya meningkatkan efisiensi operasional agar biaya dapat ditekan tanpa mengorbankan kualitas layanan,” ujarnya di Jakarta, Kamis (5/12/2024).

Selain itu, Kawan Lama Solution fokus memperkenalkan produk yang lebih ramah lingkungan seperti forklift berbasis baterai dan lithium. Peralihan ini dilakukan secara bertahap untuk menyesuaikan dengan dinamika pasar dan harga teknologi baru yang masih relatif tinggi.

Sebagai bagian dari diversifikasi bisnis, Kawan Lama Solution juga sedang membangun dua fasilitas manufaktur baru. Pabrik pertama di Kendal, Jawa Tengah, akan memproduksi alat berat, sedangkan pabrik kedua di Cikupa, Tangerang, akan fokus pada pembuatan sepatu kerja (safety shoes). Groundbreaking pabrik Kendal telah dilakukan, dan perusahaan menargetkan tes produksi pada kuartal kedua 2025.

“Langkah ini tidak hanya untuk menekan biaya, tetapi juga mendukung arahan pemerintah dalam memajukan produk dalam negeri,” tambah Albertus.

Ia menyebut ekspansi ini merupakan bagian dari komitmen Kawan Lama Solution untuk meningkatkan kontribusi industri lokal dalam rantai pasok nasional. Kawan Lama Solution juga memprioritaskan sektor-sektor yang terus tumbuh, seperti pertambangan, minyak, dan smelter yang sejalan dengan agenda hilirisasi industri pemerintah.

“Industri pertambangan dan hilirisasi terus menunjukkan prospek cerah. Kami melihat peluang besar di sektor ini untuk terus berkembang,” kata Albertus.

Meski menghadapi tantangan pada 2024, Albertus optimis bahwa 2025 akan menjadi tahun yang lebih baik dengan berakhirnya distraksi politik dan fokus pada pemulihan ekonomi. “Kami percaya stabilitas ekonomi akan mendorong pelanggan untuk mulai berinvestasi kembali, terutama dalam barang-barang kebutuhan industri,” ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler