Tumbangnya Rezim Assad dan Runtuhnya Dua Kekuasaan Besar Islam
Ada dua kekuasaan besar yang pernah mengalami kejatuhan.
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Rezim Presiden Bashar al-Assad di Suriah akhirnya tumbang. Dalam sejarah sejarah peradaban Islam sendiri, ada dua kekuasaan besar yang pernah mengalami kejatuhan, yaitu Dinasti Abbasiyah dan Turki Utsmani.
Seperti apa kisah kejatuhan Dinasti Abbasiyah dan Turki Utsmani? Ini dia ulasannya.
Kejatuhan Dinasti Abbasiyah dan Kekaisaran Turki Usmani adalah dua peristiwa besar dalam sejarah Islam yang menandai akhir era kekuasaan dua kerajaan besar.
Dinasti Abbasiyah sendiri berkuasa sejak 750 M hingga 1258 M. Dinasti ini lahir sesudah runtuhnya Bani Umayyah pada 750 M. Lebih dari 500 tahun Dinasti Abbasiyah berkuasa sebelum meredup pada abad ke-13.
Dinasti Abbasiyah mulai melemah ketika kekuasaan menjadi terfragmentasi. Beberapa wilayah, seperti Andalusia, Mesir, dan Persia, memisahkan diri dari otoritas pusat.
Selain itu, Dinasti Abbasiyah juga mulai melemah setelah mengalami kemerosotan ekonomi. Pajak yang tinggi dan korupsi melemahkan ekonomi. Dana kerajaan lebih banyak digunakan untuk kemewahan, bukan pembangunan rakyat.
Tidak hanya itu, faksi-faksi dalam pemerintahan juga mulai muncul, seperti perseteruan antara bangsa Arab, Persia, dan Turki. Sehingga, menyebabkan instabilitas politik.
Lalu, pada 1258 terjadilah Invasi Mongol. Hulagu Khan, pemimpin Mongol, menyerbu Baghdad, pusat kekuasaan Abbasiyah. Kota itu dihancurkan, termasuk perpustakaan terkenal Baitul Hikmah yang menjadi pusat ilmu pengetahuan.
Khalifah terakhir, Al-Musta'sim juga dibunuh, dan peradaban Abbasiyah di Baghdad runtuh. Terbunuhnya Khalifah al-Mu'tashim ini menandai babak akhir dari Dinasti Abbasiyah.
Namun, meski Baghdad hancur, Abbasiyah tetap dikenal sebagai zaman keemasan Islam dengan pencapaian besar dalam ilmu pengetahuan, seni, dan budaya.
Lalu bagaimana dengan Kekaisaran Turki Utsmani?
Kekaisaran Turki Usmani berlangsung dari 1299 M hingga 1924 M. Setelah berkuasa berabad-abad, kekaisaran ini pun akhirnya juga mengami kehancuran.
Salah satu penyebab utamanya hancurnya kekaisaran ini adalah karena adanya sistem janissari yang sebelumnya efektif berubah menjadi beban, karena mereka menuntut hak istimewa dan sering memberontak.
Selain itu, korupsi dan nepotisme di Kekaisaran Turki juga mulai merajalela. Pejabat kerajaan sering menyalahgunakan kekuasaan, sementara sultan lemah gagal mengontrol birokrasi.
Kekalahan dalam Perang Lepanto (1571) juga menandai hilangnya supremasi laut Usmani. Perang dengan Rusia dan Eropa mengurangi wilayah kekaisaran secara signifikan.
Revolusi industri dan teknologi juga menjadi penyebab mundurnya kekaisaran Turki Utsmani. Kekaisaran ini tertinggal dalam teknologi dibandingkan Eropa yang sedang mengalami Revolusi Industri.
Di samping itu, berbagai bangsa di dalam kekaisaran (Arab, Yunani, Serbia) juga menuntut kemerdekaan dan menggerogoti kekuasaan pusat.
Dalam dalam Perang Dunia I (1914–1918), lalu Turki Usmani bergabung dengan Blok Sentral (Jerman dan Austria-Hungaria) yang kalah perang. Perjanjian Sèvres (1920) akhirnya membagi wilayah kekaisaran.
Kekaisaran Usmani mencapai akhir kekuasaannya pada 1924. Saat itu, Mustafa Kemal Ataturk menghapus kekhalifahan pada 1924, menggantinya dengan Republik Turki yang modern dan sekuler.
Kemunduran kedua kekuatan besar ini menunjukkan pentingnya menjaga stabilitas politik, pemerintahan yang bersih, adaptasi terhadap perubahan zaman, dan menjaga persatuan dalam keberagaman.