Rezim Assad Jatuh, Rusia dan Iran Hanya Jadi Penonton?

Pengamat menduga ada deal antara Rusia dan NATO terkait situasi di Suriah.

Republika/Ani Nursalikah
Pengamat Timur Tengah Universitas Paramadina Dina Sulaeman saat berkunjung ke kantor Republika, Selasa (26/11/2024).
Red: Hasanul Rizqa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Suriah Bashar al-Assad dilaporkan meninggalkan Damaskus usai kelompok-kelompok oposisi bersenjata berhasil menduduki kota tersebut, Ahad (8/12/2024). Peristiwa ini juga menandai usainya era rezim al-Assad di Suriah sesudah 50 tahun berkuasa.

Baca Juga


Tidak seperti pada 2011 silam, tidak ada pembelaan berarti yang dilakukan sekutu rezim al-Assad, yakni Iran dan Rusia. Menurut pakar ilmu hubungan internasional dari Universitas Padjadjaran (Unpad) Dina Sulaeman, Teheran sesungguhnya bersedia membantu Bashar al-Assad, seperti disinyalir pernyataan Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, beberapa waktu lalu.

Iran bersedia membantu al-Assad. Namun, bantuan itu mesti didahului oleh adanya permintaan resmi dari Damaskus.

Menurut Pasal 51 Piagam PBB, sebuah negara ketika diserang oleh negara lain berhak melawan, baik sendirian maupun dengan meminta bantuan ke negara-negara lain. Maka, lanjut Dian, pihak Assad semestinya meminta bantuan terlebih dahulu kepada Iran, baru kemudian sah Teheran mengirimkan bantuan militer.

"Ternyata, Suriah tidak meminta bantuan itu. Itu pernyataan Menlu Iran ya," ujar Dian Sulaeman saat dihubungi Republika, Senin (9/12/2024).

Adapun Rusia, yang kini menjadi tempat Bashar al-Assad dan keluarga menyelamatkan diri, memang belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait hal itu. Bagaimanapun, menurut Dian, sejumlah kalangan berspekulasi bahwa Moskow tidak ingin "sendirian" membantu rezim al-Assad dalam menangkal kelompok-kelompok oposisi bersenjata di Damaskus.

Dina menduga, ada "deal" antara Rusia dan NATO. Sehingga, Moskow membiarkan Damaskus jatuh ke tangan kubu anti-Assad. Pada saat yang sama, nantinya NATO juga akan membiarkan Ukraina untuk Rusia.

"Perkiraan saya, ada deal seperti itu. Rusia melepas Suriah, tetapi nanti Ukraina juga dilepas oleh NATO. Karena sekarang Ukraina bisa bertahan lantaran masih terus di-beking NATO kan. Saya pikir itu jawabannya, mengapa Iran dan Rusia kelihatan tidak membantu Assad," tukas dia.

Presiden terpilih AS Donald Trump menyebut Presiden Suriah Bashar al-Assad telah melarikan diri dari negaranya. Assad telah kehilangan dukungan dari Rusia.

“Assad sudah hilang,” katanya di platform X miliknya.

“Pelindungnya, Rusia, Rusia, Rusia, yang dipimpin oleh Vladimir Putin, tidak tertarik untuk melindunginya lagi.”

David Des Roches, seorang profesor madya di Near East South Asia Center for Security Studies, mengaitkan keberhasilan serangan kilat pemberontak Suriah karena kurangnya moral dan kepemimpinan dalam tentara Suriah.

"Jika kita kembali ke intervensi pasukan Iran dan Rusia tahun 2014, kita mulai mendengar laporan tentang bagaimana pasukan rezim Arab Suriah pada dasarnya tidak dipimpin dengan baik, dan lebih tertarik memeras uang suap dari penduduk sipil daripada benar-benar bertempur," ujarnya dilansir Aljazirah.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler