Nasib PKS Berpeluang Ikuti Jejak Dua Partai Ini yang Hilang Perlahan
PKS Jabar dianggap gagal mengambil estafet kejayaan Ahmad Heryawan
REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Kekuatan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di sejumlah pemilihan kepala daerah (Pilkada) 2024 mulai perlahan hancur hingga nyaris tanpa meninggalkan jejak. Berdasarkan hasil final KPU, PKS gagal menempatkan kadernya sebagai kepala atau wakil kepala daerah, khususnya di daerah-daerah yang selama ini menjadi basis suara.
Di Bandung Raya, PKS kalah baik di tingkat kota maupun kabupaten. Haru Suandharu harus menerima kekalahan dari Muhammad Farhan. Begitu pula Gun Gun Gunawan yang berpasangan dengan Sahrul Gunawan, harus menerima kekalahan dari Dadang Supriatna dan Ali Syakieb. Di tingkat provinsi Ahmad Syaikhu dibuat tidak berdaya oleh Dedi Mulyadi.
Investasi politik yang sudah dilakukan oleh Ahmad Heryawan selama sepuluh tahun seakan-akan tidak meninggalkan jejak di tanah pasundan ini. PKS yang dianggap sebagai partai kader, dianggap gagal mengambil estafet dari Ahmad Heryawan.
Pengamat Politik Hendri Satrio mengungkapkan bahwa manuver PKS di pemerintah tergolong aneh di mata para pendukung PKS. "Para pendukung menganggap tidak lazim manuver yang dilakukan oleh elite partai," ujar Hendri kepada Republika (10/12/24).
Menurut Hendri yang merupakan pendiri lembaga survei Kedai Kopi, salah satu faktor kekalahan PKS di Kota Bandung adalah lamanya keputusan menentukan pilihan calon. Dirinya juga berkata bahwa kompetitor terberat mereka yaitu Farhan sudah lari duluan. "DPP terkesan lama menentukan pilihan calon kepala daerah, sementara Farhan sudah lari duluan," kata Hendri.
Hendri menyarankan agar PKS untuk melakukan restrukturisasi, karena waktu tak terasa terus berjalan menuju 2029. "Harus segera mengatur ulang organisasi, sudah ada contohnya partai yang perlahan menghilang seperti PPP dan PBB," kata Hendri.