Otoritas Palestina Serang Brigade Jenin, Pejuang Tolak Serahkan Senjata
Tindakan Otoritas Palestina memicu ketegangan di internal mereka.
REPUBLIKA.CO.ID, TEPI BARAT -- Bentrokan atara kelompok perlawanan di Tepi Barat dan pasukan keamanan Otoritas Palestina kembali terjadi di kamp pengungsi Jenin pada Ahad (15/12/2024). Juru bicara Batalyon Jenin – bagian dari Brigade Al-Quds, sayap militer Gerakan Jihad Islam – menuduh pasukan keamanan Otoritas Palestina (PA) berusaha melenyapkan perlawanan di Jenin dan kamp mereka di Tepi Barat utara.
Dalam wawancara dengan Aljazirah, komandan tersebut menekankan bahwa fokus kelompok tersebut tetap pada perlawanan terhadap penjajah Israel. Mereka pun menolak segala upaya untuk melucuti senjata. Mereka menyebut upaya tersebut sia-sia. “Tidak seorang pun dapat melucuti senjata perlawanan di Jenin kecuali Tuhan semesta alam,” katanya.
Juru bicara tersebut menegaskan kembali dukungannya terhadap penegakan hukum tetapi bertanya-tanya: “Di mana hukum selama serangan tentara pendudukan (Israel) di kota-kota dan desa-desa di Tepi Barat?” Pada Ahad, media Palestina melaporkan bentrokan baru antara kelompok Perlawanan dan pasukan keamanan PA di kamp pengungsi Jenin. Seorang anggota senior Batalyon Jenin mengkritik PA karena berupaya menguasai kamp tersebut dengan menyasar warga sipil alih-alih menghadapi Perlawanan secara langsung.
Sabtu menjadi puncak dari apa yang disebut operasi Otoritas Palestina ‘Melindungi Tanah Air’. Operasi tersebut berujung pada tewasnya Yazid Ja’ayseh, pemimpin Batalyon Jenin, dan seorang anak berusia 13 tahun.
Tindakan ini telah memicu ketegangan di internal Palestina. Perlawanan menolak inisiatif yang dipimpin PA yang menuntut para pejuang menyerahkan senjata mereka. Sebaliknya, mereka meminta PA untuk melindungi warga Palestina dari pasukan Israel dan pemukim bersenjata.
Kekerasan di kamp Jenin dimulai awal bulan ini setelah PA menahan Ibrahim Tubasi dan Imad Abu al-Haija, yang mendorong pasukan perlawanan untuk menyita kendaraan PA guna menuntut pembebasan mereka.
PA menolak tuntutan ini. Mereka menegaskan kembali niatnya untuk membongkar infrastruktur Perlawanan dan menyita senjata, yang ditentang keras oleh para pemimpin Perlawanan.
Pesan untuk Trump
Jurnalis Palestina dan editor Palestine Chronicle, Ramzy Baroud, dalam sebuah video pendek yang dirilis pada Ahad, menyatakan, serangan PA yang sedang berlangsung di Jenin terkait langsung dengan Washington. PA ingin menegaskan jika mereka merupakan mitra yang dapat diandalkan bagi Israel di Tepi Barat.
Beberapa jam kemudian, sebuah laporan yang diterbitkan oleh situs web berita Amerika Serikat Axios mengonfirmasi analisis tersebut dengan mengatakan bahwa Otoritas Palestina memerintahkan operasi itu sebagai pesan kepada pemerintahan Trump yang akan datang bahwa Otoritas Palestina adalah mitra yang dapat diandalkan.
Axios mengutip seorang pejabat Palestina yang mengatakan bahwa ini adalah momentum penting bagi Otoritas Palestina — bertindak seperti negara yang Anda katakan atau kembali menjadi organisasi militan.
Menurut laporan tersebut, Pemerintahan Biden meminta Israel untuk menyetujui bantuan militer AS kepada pasukan keamanan Otoritas Palestina untuk operasi luas yang dilakukan PA di Tepi Barat yang diduduki Israel, Palestina.
Selain itu, Axios mengutip pernyataan pejabat AS dan Palestina yang mengatakan bahwa Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas memerintahkan para kepala badan keamanan Palestina untuk melancarkan operasi di Jenin dan mengambil alih kamp pengungsian tersebut.
“Para pembantu Abbas memberi pengarahan kepada pemerintahan Biden dan para penasihat Presiden terpilih Trump sebelum operasi tersebut,” catat laporan tersebut, seraya menambahkan koordinator keamanan AS Jenderal Mike Fenzel bertemu dengan para kepala keamanan Palestina sebelum operasi tersebut untuk membahas perencanaan mereka.