HRW: Israel Lakukan Genosida dengan Setop Air ke Gaza
HRW adalah lembaga terkini yang mendakwa Israel melakukan genosida di Gaza.
REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Lembaga HAM dunia, Human Rights Watch (HRW) menyimpulkan bahwa pembatasan pasokan air di Jalur Gaza oleh Israel adalah tindakan genosida. Laporan terbaru ini adalah bukti terbaru soal kejahatan Israel terhadap kemanusiaan di Gaza.
HRW menyelidiki serangan Israel terhadap infrastruktur pasokan air di Gaza selama perang 14 bulan di sana. Mereka menyimpulkan pasukan Israel sengaja melakukan tindakan yang bertujuan untuk mengurangi ketersediaan air bersih secara drastis sehingga masyarakat terpaksa menggunakan sumber air yang terkontaminasi dan menyebabkan berjangkitnya penyakit mematikan, terutama di kalangan anak-anak.
“Human Rights Watch menemukan bahwa kebijakan Israel ini merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan berupa pemusnahan dan tindakan genosida,” kata Lama Fakih, direktur divisi Timur Tengah dan Afrika Utara HRW dilansir the Guardian, Kamis.
Dia mengatakan laporan tersebut menunjukkan “Pemerintah Israel di tingkat paling senior bertanggung jawab atas kehancuran tersebut, termasuk penghancuran yang disengaja, infrastruktur air dan sanitasi, pencegahan perbaikan infrastruktur air dan sanitasi yang rusak dan pemutusan atau pembatasan yang parah terhadap air, listrik dan bahan bakar.
“Tindakan ini kemungkinan besar telah menyebabkan ribuan kematian dan kemungkinan akan terus menyebabkan kematian di masa depan, termasuk setelah penghentian permusuhan.”
Tercatat hampir 670.000 kasus diare cair akut sejak perang dimulai, dan lebih dari 132.000 kasus penyakit kuning, yang merupakan tanda hepatitis. Penyakit anak-anak yang masih bisa disembuhkan juga menjadi jauh lebih mematikan karena hancurnya rumah sakit dan klinik kesehatan di Gaza.
Laporan tersebut mengutip sumber medis yang mengatakan bahwa dalam “keadaan normal”, 1 persen anak-anak yang tertular hepatitis A meninggal karenanya. Sekarang penyakit ini berakibat fatal pada 5 persen hingga 10 persen kasus. Dehidrasi dan malnutrisi juga telah melemahkan kekebalan masyarakat terhadap penyakit secara umum.
Sebelum perang, 80 persen pasokan air Gaza berasal dari sumur yang mengalir ke akuifer di bawah garis pantai, namun air tersebut terkontaminasi dan tidak layak untuk dikonsumsi manusia. Sebagian besar air minum di Gaza berasal dari tiga jaringan pipa yang dikendalikan oleh otoritas air Israel dan pabrik desalinasi.
Jaringan pipa tersebut terputus pada awal perang dan hanya dibuka kembali sebagian. Uni Emirat Arab membangun jaringan pipa air melintasi perbatasan Mesir pada bulan Februari, namun pasokan tersebut terputus karena kerusakan pada pipa yang disebabkan oleh serangan pasukan penjajahan Israel (IDF) di Rafah.
Tiga pabrik desalinasi utama di Gaza menghentikan operasinya segera setelah dimulainya perang dan hanya dapat beroperasi kembali sebagian setelah Israel mengizinkan PBB dan lembaga bantuan lainnya untuk membawa bahan bakar dalam jumlah terbatas.
Citra satelit yang diperiksa HRW menunjukkan bahwa panel surya yang menggerakkan empat dari enam instalasi pengolahan air limbah di Gaza dihancurkan oleh buldoser militer Israel – di Gaza utara, kamp al-Bureij dan pabrik Sheikh Ejleen di Gaza tengah, dan Khan Younis di selatan.
Citra satelit juga menunjukkan bahwa 11 dari 54 reservoir air di Gaza telah hancur seluruhnya atau sebagian besar, dan 20 lainnya menunjukkan tanda-tanda kerusakan.
Sebuah video yang muncul di media sosial pada Juli 2024 menunjukkan para insinyur tempur IDF merekam diri mereka sendiri meledakkan waduk di distrik Tal Sultan di Rafah.
Sebagai bukti niat genosida tersebut, laporan HRW menunjuk pada deklarasi para menteri Israel pada awal perang. Pada tanggal 9 Oktober 2023, menteri pertahanan saat itu, Yoav Gallant, memerintahkan “pengepungan total” terhadap Gaza.
“Tidak akan ada listrik, tidak ada makanan, tidak ada air, tidak ada bahan bakar. Semuanya tertutup,” ujarnya. Gallant adalah subjek surat perintah penangkapan pengadilan pidana internasional atas dugaan kejahatan perang.
Israel Katz, yang saat itu menjabat sebagai menteri energi dan sekarang menjadi menteri pertahanan, menggemakan seruan agar pasokan air, listrik, dan bahan bakar ke Gaza dihentikan dua hari setelah komentar Gallant.
“Human Rights Watch menyimpulkan bahwa pemerintah Israel, selama setahun terakhir, dengan sengaja memberikan kondisi kehidupan yang buruk terhadap penduduk Palestina di Gaza yang diperkirakan akan mengakibatkan kehancuran fisik secara keseluruhan atau sebagian. “Ini merupakan tindakan genosida berdasarkan konvensi,” Fakih mengatakan.
Laporan setebal 184 halaman bertajuk “Pemusnahan dan Tindakan Genosida”, muncul setelah laporan Amnesty International bulan ini menyimpulkan bahwa Israel telah melakukan genosida di Gaza.
Ada perintah sementara dari pengadilan internasional pada awal tahun ini agar Israel menghentikan serangannya dan segera mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya genosida. Ini sambil menunggu keputusan pengadilan mengenai apakah Israel sudah melakukan kejahatan tersebut.
Tuduhan yang diajukan oleh HRW tidak seluas tuduhan Amnesty, yang secara khusus berfokus pada pasokan air di Gaza, namun organisasi tersebut mengklaim terdapat banyak bukti bahwa Israel telah menggunakan air sebagai senjata terhadap penduduk Palestina secara kolektif, dan berakibat fatal.
Israel menolak tuduhan bahwa mereka telah melakukan genosida atau kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyebut pernyataan tersebut “salah dan keterlaluan”.
Pemerintahannya bersikeras pada haknya untuk membela diri setelah serangan mengejutkan Hamas terhadap komunitas di Israel selatan pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan 1.200 orang dan sekitar 250 orang disandera.