Malu Terus-terusan Jadi 'Budak' Israel, Diplomat Amerika Pilih Mundur

Casey mengeluh laporannya tentang Gaza selalu tak didengarkan oleh Gedung Putih.

AP Photo/Abdel Kareem Hana
Warga Palestina berdoa di samping jenazah kerabat mereka yang tewas dalam pemboman Israel di Jalur Gaza, di sebuah rumah sakit di Deir al-Balah, Ahad, 15 Desember 2024.
Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, JALUR GAZA -- Wakil penasihat politik Departemen Luar Negeri AS mengenai Gaza, salah satu dari dua orang di seluruh pemerintahan yang secara eksplisit berfokus pada Gaza, mengundurkan diri dari jabatannya. Mike Casey mundur karena kebijakan pemerintah AS terhadap perang Israel di daerah kantong Palestina yang terkepung.

Baca Juga


Mike Casey, seorang veteran Angkatan Darat AS yang bertugas di Irak, mengatakan kepada The Guardian dalam sebuah wawancara pada Rabu bahwa ia diam-diam mengajukan pengunduran diri pada Juli setelah empat tahun di Departemen Luar Negeri.

Dia menjelaskan keputusannya berasal dari kekecewaan terhadap kebijakan AS terhadap Palestina, baik secara kemanusiaan maupun politik, yang membiarkan Israel melakukan apa pun yang diinginkan.

“Kami tidak memiliki kebijakan mengenai Palestina. Kami hanya melakukan apa yang Israel ingin kami lakukan,” katanya kepada The Guardian dilansir dari laman Middle East Eye. 

“Saya terlalu malu untuk terus menjadi diplomat Amerika,” katanya. “Saya tahu saya tidak bisa pergi ke tugas dan fungsi lain.”

Deskripsi pekerjaan Casey termasuk menjabat sebagai petugas pelaporan politik utama mengenai situasi internal dan masalah keamanan di Jalur Gaza dan masalah rekonsiliasi Palestina. 

Perwira tersebut memimpin upaya antarlembaga misi di Gaza dan merupakan pendukung masalah ekonomi Gaza.

Kantor Urusan Palestina AS, yang didirikan pada tahun 2022 sebagai inti dari keterlibatan Amerika dengan Palestina, telah melihat kemampuannya untuk bermanuver dan mempengaruhi kebijakan AS.

Casey mengatakan ia dan rekan-rekannya mengusulkan beberapa strategi untuk rekonstruksi Gaza, namun semuanya ditolak mentah-mentah. “Setiap ide yang kami munculkan, [pemerintahan Biden] hanya akan berkata, 'Israel punya ide lain,'” katanya.

 

Usulan Israel tersebut termasuk meminta klan lokal menjalankan wilayah tersebut.“Kami menulis banyak laporan dan kabel yang menjelaskan mengapa ini tidak berhasil,” katanya. “Bukan kepentingan kami jika ada panglima perang yang menguasai Gaza.”

Laporan tidak didengarkan

Pekerjaan Casey termasuk mencatat situasi kemanusiaan dan politik di Gaza melalui penelitian, pelaporan dan kabel rahasia.

“Kami akan menulis perkembangan terkini mengenai Gaza setiap hari,” katanya, seraya menambahkan bahwa rekan-rekannya bercanda bahwa mereka dapat menyertakan uang tunai pada laporan tersebut, namun tetap saja tidak ada yang mau membacanya.

Dia mengatakan kepada The Guardian bahwa suatu momen di awal perang sangat memukulnya, ketika Presiden AS Joe Biden secara terbuka mempertanyakan jumlah korban tewas di Gaza. Angka yang didokumentasikan secara pribadi oleh Casey.

“Sayalah yang menulis laporannya,” katanya. “Apa gunanya saya menulis hal ini jika Anda mengabaikannya?”

“Saya bosan sekali menulis tentang anak-anak yang meninggal,” katanya. “Hanya terus-menerus harus membuktikan kepada Washington bahwa anak-anak ini benar-benar meninggal dan kemudian tidak terjadi apa-apa.”

Casey sekarang bekerja di bank lokal di Michigan.

Dia bukanlah pejabat AS pertama yang mengundurkan diri sejak dimulainya perang Israel di Gaza. Lebih dari selusin pejabat telah meninggalkan pemerintahan Biden, dengan alasan frustrasi terhadap kebijakannya di Gaza.

Para pejabat tersebut berkisar dari pejabat di lembaga-lembaga dalam negeri, seperti Tariq Habash dari Departemen Pendidikan, hingga pejabat senior Departemen Luar Negeri yang terlibat langsung dalam mengawasi penjualan senjata AS ke Israel, seperti Josh Paul.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler