Cucu Nabi Yusuf ini Dipukul 100 Kali Berdasarkan Perintah Allah

Cucu Nabi Yusuf tersebut bernama Rahmah binti Afraim bin Yusuf.

ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas
Ilustrasi berdoa memohon iman dan takwa kepada Allah.
Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Meski keturunan nabi, belum tentu seseorang pasti menjadi sholeh, taat, dan jauh dari kezaliman. Nyatanya, ada seorang cucu Nabi Yusuf yang ternyata melakukan suatu kezaliman sehingga Allah memerintahkan hamba-Nya untuk ‘mengazab’ orang tersebut. Siapakah dia?

Kisah ini diabadikan dalam sejumlah referensi kisah nabi, salah satunya adalah Kitab Uqudul Lujain karangan Imam Nawawi. Cerita tersebut adalah tentang Rahmah binti Afraim bin Yusuf. Dia adalah wanita yang merupakan cucu nabi Yusuf. Dalam perjalanan hidupnya, dia adalah istri Nabi Ayyub.

Pasangan yang dipenuhi cinta tersebut tinggal di Huran, kawasan antara Suriah dan Yordhania. Di sana mereka menggarap sebuah lahan. Pertaniannya subur, Hewan ternaknya berlimpah, sehat, dan gemuk. Anak mereka tumbuh ceria. Budak-budak mereka hidup sejahtera.

Dalam keadaan berlimpah nikmat tersebut, Nabi Ayyub tak pernah lupa untuk beribadah dan dzikir. Saking khusyuk berdzikir, malaikat di langit yang bertawaf mengelilingi Baytul Makmur menyebut dan mendoakannya.

Hal ini membuat penasaran iblis. Ada apa mereka sampai menyebut nama Ayyub. Makhluk macam apa dia? Begitu kira-kira Iblis merasa penasaran sekaligus dibanjiri hasad di dalam dirinya.

 

Maka datanglah dia ke muka bumi mencari Ayyub. Dilihatlah Ayyub hidup penuh kenikmatan lagi ingat Allah di segala kesempatan. Segala nikmat duniawi yang ada di sekitarnya, tak membuat Ayyub cinta dunia. Justru dia semakin merasa bahwa keduniaan tersebut bukan miliknya. Dan dia pun ikhlas jika suatu saat segala keduniaan tersebut diambil Allah.

Iblis pun penasaran, apa benar ijtihad Ayyub demikian, atau hanya sekadar ucapan lisan saja?

Maka Iblis datang kepada Allah meminta izin untuk menggoda Ayyub. Allah kemudian mengizinkan iblis untuk menguji keimanan Ayyub dengan satu syarat. Biarkan Ayyub tetap hidup hingga ajalnya tiba sebagaiamana yang sudah ditentukan. Iblis pun mengiyakan.

Maka datanglah Iblis secara diam-diam kepada Nabi Ayyub. Kemudian dalam sebuah kesempatan, Iblis datang ke dekat Nabi Ayyub. Pertanian menjadi tidak subur. Tidak menghasilkan panen yang berarti. Bahkan tanaman itu menjadi mati. Peternakannya tiba-tiba mati juga.

Iblis ingin tahu, benarkah dalam keadaan nikmat tersebut hilang, Ayyub masih beriman? Ternyata, benar, Ayyub masih beribadah dan berdzikir kepada Allah.

Baca Juga


Tak sampai di situ. Budak-budak yang tadinya mengikuti Ayyub mendadak pergi meninggalkan sang nabi. Anak-anak yang bertakwa, juga mati. Hingga tinggallah Ayyub bersama istrinya, Rahmah binti Afraim bin Yusuf. Namun Ayyub dan istrinya masih teguh dalam keimanan.

 

Dalam keadaan demikian, iblis meniupkan penyakit ke dalam hidung Ayyub, hingga sang nabi merasakan gatal hebat di sekujur tubuh. Tak hanya gatal, lambat laun tubuhnya ditumbuhi koreng mengeluarkan nanah yang mengeluarkan bau tak sedap. Sangat menjijikkan.

Orang-orang yang semula senang dengannya, kini menjauhi Ayyub. Bahkan Ayyub harus diisolasi di daerah yang jauh dari orang-orang. Dalam keadaan demikian, Rahmah sang istri tetap setia membersamainya.

Namun, saat itu, sang istri berkata kepada Ayyub, “Bukankah Engkau seorang nabi, kekasih Allah, yang jika minta apa saja dikabulkan? Mintalah kesembuhan agar keadaanmu menjadi lebih baik, kembali seperti sebelum sakit...”

Mendengar perkataan itu, Ayyub menolak permintaan tersebut, karena menurutnya, terlalu cepat dan terlalu berani meminta kesembuhan dan kembali dihujani nikmat, padahal sebelumnya Allah sudah banyak memberikan kelezatan duniawi kepada dirinya.

 

Yang membuat Nabi Ayyub marah 

Tak hanya itu, suatu ketika sang istri memotong rambut indahnya tanpa izin si suami. Dalam keadaan terbaring lemah, Nabi Ayyub menyaksikan penampilan si istri yang berubah, rambut merahnya tak lagi panjang terurai indah. Rambut itu dipotong dan dijual untuk ditukar dengan makanan untuk mereka nikmati.

Mengetahui keadaan itu, marahlah sang nabi. Namun dia tidak mengungkapkan kemarahannya. Dia diam dan menunjukkan ketidaksukaannya kepada wanita pendamping hidupnya.

Kemudian Allah memerintahkan dirinya berdoa meminta kesembuhan. Maka nabi Ayyub berdoa seperti ini sebagaimana ayat 83-84 Surah al Anbiya

وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُۥٓ أَنِّى مَسَّنِىَ ٱلضُّرُّ وَأَنتَ أَرْحَمُ ٱلرَّٰحِمِينَ

wa ayyụba iż nādā rabbahū annī massaniyaḍ-ḍurru wa anta ar-ḥamur-rāḥimīn

83. dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: “(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang”.

فَٱسْتَجَبْنَا لَهُۥ فَكَشَفْنَا مَا بِهِۦ مِن ضُرٍّ ۖ وَءَاتَيْنَٰهُ أَهْلَهُۥ وَمِثْلَهُم مَّعَهُمْ رَحْمَةً مِّنْ عِندِنَا وَذِكْرَىٰ لِلْعَٰبِدِينَ

fastajabnā lahụ fa kasyafnā mā bihī min ḍurriw wa ātaināhu ahlahụ wa miṡlahum ma’ahum raḥmatam min ‘indinā wa żikrā lil-‘ābidīn

84. Maka Kamipun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah.

 

Cara Nabi Ayyub 100 kali pukul istrinya

Setelah sembuh, Ayyub kemudian mendapat wahyu Allah untu ‘memukul’ sang istri karena telah membuatnya kecewa, yaitu dalam Shad ayat 44

وَخُذْ بِيَدِكَ ضِغْثًا فَٱضْرِب بِّهِۦ وَلَا تَحْنَثْ ۗ إِنَّا وَجَدْنَٰهُ صَابِرًا ۚ نِّعْمَ ٱلْعَبْدُ ۖ إِنَّهُۥٓ أَوَّابٌ

wa khuż biyadika ḍigṡan faḍrib bihī wa lā taḥnaṡ, innā wajadnāhu ṣābirā, ni’mal-‘abd, innahū awwāb

Ambillah dengan tanganmu seikat (rumput), maka pukullah dengan itu dan janganlah kamu melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhan-nya).

Bagaimana Nabi Ayyub memukul istrinya? Dia mengumpulkan seratus rumput, kemudian memukulkannya dengan perlahan kepada istrinya sambil berpesan untuk jangan pernah mengulang kesalahan yang pernah diperbuat. Pukulan itu sungguh lemah lembut lagi mengandung peringatan untuk selalu bertakwa kepada Allah.

Begitulah Nabi Ayyub mengingatkan sang istri untuk selalu bertakwa dan cinta kepada Allah, selalu optimis kepada Allah meski didera dengan cobaan dahsyat. Takwa dan keimanan harus selalu kokoh di hati meski berjuta penyakit lahir dan batin menjangkiti diri. iman yang kokoh akan menghadirkan kejernihan memandang kehidupan yang fana ini. Juga selalu membawa diri ini selalu mengingat Allah dan bahagia di akhirat nanti, seperti Nabi Ayyub dan istrinya yang sangat dicintai.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler