Terekam, Biadabnya Tentara Israel Rayakan Kehancuran RS Indonesia
Seluruh rumah sakit di utara Gaza tak lagi layak beroperasi.
REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Beredar video menunjukkan sejumlah tentara Israel merayakan kejahatan mereka menghancurkan Rumah Sakit Indonesia. Dengan penghancuran rumah sakit itu, tak ada lagi fasilitas kesehatan yang layak beroperasi di utara Gaza.
"Tak ada lagi Rumah Sakit Indonesia!" demikian kata prajurit Israel yang mendokumentasikan kebiadaban mereka tersebut. Mereka kemudian meluncurkan fitnah bahwa rumah sakit itu digunakan untuk mendidik pembunuh.
Dalam video itu terlihat kondisi sekitar rumah sakit yang terletak di Jabaliya itu penuh kehancuran. Gedung-gedung nampak rubuh di sekitar rumah sakit yang merupakan sumbangan ramai masyarakat Indonesia untuk Palestina tersebut.
Saat ini, menurut Aljazirah, bagian utara Jalur Gaza tidak lagi memiliki akses yang layak terhadap fasilitas kesehatan pada Rabu. Rumah Sakit Indonesia, fasilitas kesehatan terbesar di Gaza utara, tidak dapat beroperasi.
Saat ini, tempat tersebut hanyalah tempat penampungan dengan tingkat layanan kesehatan minimum yang diberikan kepada orang-orang mengingat adanya serangan yang disengaja dan terus-menerus terhadap fasilitas-fasilitas penting, serta penangkapan sejumlah besar staf medis.
Aljazirah melaporkan, pada Selasa, pasukan Israel dilaporkan telah memasuki Rumah Sakit Indonesia, dan memerintahkan semua pasien, perawat dan staf mereka untuk melarikan diri. Hanya satu dokter dan seorang insinyur yang kini tinggal di rumah sakit tersebut, menurut Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA).
Ini bukan pertamakalinya tentara-tentara Israel merayakan hancurnya RS Indonesia. Sejak awal agresi Israel di Gaza, rumah sakit itu kerap jadi sasaran serangan Israel. Mereka menuding ada pejuang Hamas beroperasi di rumah sakit itu, tudingan yang sejauh ini tak bisa mereka buktikan.
Pada Oktober lalu, tentara Israel juga mengepung dan memborbardir Rumah Sakit Indonesia di Gaza, salah seorang pejabat Kementerian Kesehatan Palestina mengungkapkan, tentara-tentara zionis membakar rumah sakit hasil donasi masyarakat Indonesia bagi warga Palestina tersebut.
"Tentara Israel membakar RS Indonesia,"ujar dia lewat pesan suara kepada Republika, Senin (21/10/2024).
Dalam serangan pada tahun lalu, Israel juga menghancurkan banyak ruangan RS Indonesia. Mereka juga melakukan vandalisme di fasilitas kesehatan tersebut.
Sementara itu. fasilitas kesehatan lainnya dikenal sebagai Rumah Sakit al-Awda, yang dioperasikan oleh organisasi amal juga tak bisa beroperasi akibat serbuan Israel. Dalam beberapa minggu terakhir, sistem ini berfungsi sebagai sistem bawahan Rumah Sakit Kamal Adwan, dalam hal penyediaan staf dan perlengkapan medis – namun sekarang tidak lagi.
Lantai atas rumah sakit ini telah hancur. Staf medisnya dibakar dan dibakar. Daerah sekitarnya menjadi berbahaya, karena serangan terus-menerus, menghalangi pergerakan apa pun antara Kamal Adwan dan Rumah Sakit al-Awda.
Rumah Sakit Kamal Adwan dianggap tidak dapat beroperasi karena adanya serangan terus-menerus dan penggunaan alat peledak di fasilitasnya yang telah mengubah daerah tersebut menjadi zona perang, sehingga menghambat semua pergerakan masuk dan keluar rumah sakit.
Pihak berwenang Israel telah menolak 48 dari 52 upaya PBB untuk mengoordinasikan akses kemanusiaan ke Gaza utara – yang berada di bawah “pengepungan hampir total” – sejak 1 Desember, sementara empat upaya yang mendapat persetujuan masih menghadapi hambatan, kata PBB.
OCHA mengatakan serangan terhadap rumah sakit di wilayah Gaza Utara dalam beberapa hari terakhir mempunyai dampak buruk terhadap warga sipil yang masih berada di wilayah yang terkepung.
“Kami sangat prihatin dengan laporan bahwa militer Israel memasuki Rumah Sakit Indonesia di Gaza Utara hari ini dan memaksanya untuk dievakuasi. Dalam beberapa hari terakhir, serangan juga dilaporkan terjadi di dalam dan sekitar rumah sakit Al Awda dan Kamal Adwan, dua fasilitas lainnya yang masih berfungsi minim di Gaza Utara,” kata OCHA dalam sebuah pernyataan.
Sementara itu, pengepungan Israel di Beit Hanoun, Beit Lahia dan sebagian Jabalya di Gaza utara berlanjut selama 79 hari berturut-turut. PBB dan mitra telah berupaya untuk mengakses wilayah tersebut setiap hari untuk memberikan dukungan penyelamatan jiwa kepada ribuan orang yang masih berada di sana dalam kondisi yang mengerikan, kata pernyataan itu.
Namun, sejauh ini pada bulan Desember, pemerintah Israel telah menolak 48 dari 52 upaya PBB untuk mengoordinasikan akses kemanusiaan ke wilayah utara yang terkepung. Meskipun empat gerakan kemanusiaan pada awalnya disetujui, mereka menghadapi hambatan, kata OCHA.
Sejak intensifikasi operasi militer Israel di Gaza Utara pada 6 Oktober 2024, tidak ada upaya yang dikoordinasikan oleh PBB untuk mengakses wilayah tersebut yang difasilitasi sepenuhnya.
Pernyataan tersebut mencatat bahwa di seluruh Jalur Gaza, hanya 40 persen permintaan gerakan kemanusiaan yang memerlukan koordinasi dengan pihak berwenang Israel telah difasilitasi bulan ini.