Bagaimana Bisa The Satanic Verses yang Kontroversial Itu Muncul Kembali di India?
The Satanic Verses adalah karya fiksi kontroversial
REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI- Karya fonomenal sekaligus kontroversial dari Salman Rushdie, 'The Satanic Verses' memicu polemik di kalangan umat Islam. Mengapa karya fiksi ini bisa muncul ke permukaan kembali?
Novel berbahasa Inggris, yang dilarang pada 1988 di India di bawah pemerintahan Rajiv Gandhi karena isinya yang dianggap menghujat oleh organisasi-organisasi Muslim, telah tersedia di Bahrisons Booksellers di Delhi.
Bahrisons Booksellers membagikan sebuah postingan di media sosial, mengumumkan kedatangan buku tersebut di India.
"The Satanic Verses sekarang tersedia di Bahrisons Booksellers! Novel yang inovatif dan provokatif ini telah memikat para pembaca selama beberapa dekade dengan penceritaannya yang imajinatif dan tema-tema yang berani. Novel ini juga telah menjadi pusat kontroversi global yang intens sejak diterbitkan, memicu perdebatan tentang kebebasan berekspresi, keyakinan, dan seni," kata penjual buku tersebut dalam sebuah posting di X.
BACA JUGA: Mengapa Tentara Suriah Enggan Bertempur Mati-matian Bela Assad?
Mengenai respons yang diberikan, pemilik Bahrisons Booksellers, Rajni Malhotra mengatakan kepada PTI, "Sudah beberapa hari sejak kami menerima buku ini dan sejauh ini responsnya sangat baik. Penjualannya sangat bagus." Buku ini dibanderol dengan harga 1,999 rupee India.
Manasi Subramaniam, Pemimpin Redaksi Penguin Random House India, juga memposting di platform media sosial, mengutip Rushdie.
Toko buku lainnya, termasuk Toko Buku Midland dan Toko Buku Om, tidak berencana untuk mengimpor buku tersebut.
Kontroversi seputar 'The Satanic Verses'
Kembalinya buku ini mengikuti perkembangan hukum yang signifikan karena pada bulan November, Pengadilan Tinggi Delhi menutup persidangan atas petisi yang menentang larangan pemerintah Rajiv Gandhi terhadap impor 'The Satanic Verses', dengan mengatakan bahwa karena pihak berwenang telah gagal untuk menunjukkan pemberitahuan yang relevan, maka buku ini harus "dianggap tidak ada".
Perintah ini muncul setelah pihak berwenang pemerintah gagal untuk menyerahkan notifikasi tertanggal 5 Oktober 1988, yang melarang impor buku tersebut.
The Satanic Verses menghadapi reaksi keras setelah dirilis, termasuk fatwa yang dikeluarkan oleh pemimpin Iran Ruhollah Khomeini, yang menyerukan agar Rushdie dihukum mati dan membuatnya harus bersembunyi selama bertahun-tahun.
Kontroversi ini semakin meningkat dengan pembunuhan penerjemah bahasa Jepangnya pada tahun 1991 dan penusukan Rushdie pada tahun 2022 saat ia sedang memberikan kuliah.
BACA JUGA: Mengejutkan, Al-Julani Sebut Hayat Tahrir Al-Sham Suriah tak akan Perang Lawan Israel
Meskipun tersedia di Bahrisons, buku ini telah menimbulkan reaksi beragam, terutama karena harganya yang mahal.
Bala Sundaresan, seorang pengusaha teknologi, yang selalu menginginkan salinan fisik buku tersebut, terkejut mendengar harganya.
Namun, beberapa orang seperti mahasiswa sastra Rashmi Chatterjee sangat ingin membeli buku ini karena nilai historis dan sastranya. "Buku ini menandai sebuah titik kritis dalam sejarah sastra India," katanya, menekankan bahwa buku ini mewakili sebuah perlawanan terhadap sensor.
Buku kontroversial Salman Rushdie telah kembali ke rak-rak buku di India, 36 tahun setelah dilarang oleh pemerintah Rajiv Gandhi pada tahun 1988. Saat ini, 'The Satanic Verses' tersedia di Toko Buku Bahrisons di Delhi-NCR.
Pada November lalu, Pengadilan Tinggi Delhi menutup persidangan atas permohonan yang menentang larangan impor buku oleh pemerintah Rajiv Gandhi.
Pengadilan menyatakan bahwa kegagalan para pejabat untuk menunjukkan pemberitahuan yang relevan dari 5 Oktober 1988, menyebabkan asumsi bahwa pemberitahuan tersebut tidak ada.
Beberapa organisasi Muslim mengutuk dimulainya kembali penjualan buku "The Satanic Verses" karya Salman Rushdie di India dan mendesak Pusat untuk mengembalikan larangan terhadap buku kontroversial tersebut.
Maulana Kaab Rashidi, penasihat hukum untuk unit Jamiat Ulama-e-Hind (AM) di Uttar Pradesh, mengatakan bahwa sentimen agama tidak dapat dilukai di bawah jubah kebebasan berekspresi yang dijamin oleh Konstitusi.
"Jika kebebasan berekspresi melukai sentimen seseorang, itu adalah pelanggaran hukum. 'The Satanic Verses' adalah sebuah buku yang menghujat. Menjual buku kontroversial seperti itu dengan dalih kebebasan berekspresi tidak dapat diterima dalam bentuk apa pun. Hal ini bertentangan dengan semangat Konstitusi," katanya kepada kantor berita PTI.
Rashidi juga menyebut penjualan baru tersebut sebagai "upaya provokasi". Dia juga mencatat bahwa umat Islam, yang menganggap Allah dan Nabi lebih berharga daripada nyawa mereka sendiri, tidak akan pernah mentoleransi upaya-upaya yang melukai sentimen keagamaan mereka.
BACA JUGA: Terungkap Agenda Penghancuran Sistematis Gaza Hingga tak Dapat Dihuni dan Peran Inggris
"Kami mendesak pemerintah untuk melindungi nilai-nilai konstitusional dan mencabut larangan terhadap buku ini karena buku ini melukai sentimen sebagian besar masyarakat. Pemerintah telah bersumpah untuk menegakkan Konstitusi, dan melarang buku ini adalah kewajibannya," tambah Rashidi.
Maulana Yasub Abbas, sekretaris jenderal Dewan Hukum Pribadi Syiah Seluruh India, mengimbau Pusat untuk memastikan bahwa larangan tersebut diberlakukan kembali.
Maulana Mufti Shahabuddin Razvi, Presiden Nasional All India Muslim Jamaat, mendesak Pusat untuk mengembalikan larangan tersebut dan memperingatkan akan adanya protes jika buku tersebut tersedia secara luas.