Roket Kembali Meluncur dari Gaza Utara ke Israel, 'Rencana Jenderal' Gagal?
Roket diluncurkan dari jarak dekat dari Beit Hanoun Gaza Utara
REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Pejabat militer Israel memperkirakan gerakan perlawanan Palestina, Hamas, memiliki roket tambahan yang masih bisa menjangkau Tel Aviv dan Yerussalem.
Pernyataan ini disampaikan usai pengumuman pencegatan dua roket yang ditembakkan dari jalur Gaza utara setelah sirene diaktifkan di Yerusalem, Israel selatan pada Sabtu (29/12/2024).
Lembaga Penyiaran Israel (KAN) melaporkan roket tersebut diluncurkan dari jarak dekat dari Beit Hanoun di Gaza utara, sebuah wilayah yang diduduki oleh tentara Israel.
Channel 13 Israel mengonfirmasi bahwa roket tersebut ditembakkan dari Beit Hanoun meskipun operasi militer Israel sedang berlangsung di daerah tersebut sejak awal perang pada Oktober 2023."Serangan ini merupakan unsur kejutan, terutama karena tentara telah berulang kali menyerbu Beit Hanoun," saluran Israel tersebut seperti dilansir dari Al-Jazeera Arabic.
Channel 13 selanjutnya mengungkapkan bahwa pejabat militer Israel memperkirakan gerakan Perlawanan Palestina, Hamas, memiliki roket tambahan dengan jangkauan untuk menyerang Tel Aviv dan Yerusalem.
Secara paralel, situs berita Israel, Walla, mengutip sumber-sumber dalam komando selatan tentara Israel, yang menyatakan bahwa kelompok-kelompok Palestina di Gaza memiliki lebih banyak roket jarak menengah. Sumber-sumber ini menambahkan, pihak perlawanan berusaha memulihkan kemampuan rudalnya.
Roket Hamas yang bisa menjangkau Israel terjadi usai meningkatnya ketegangan antara klaim keberhasilan tentara Israel dan kenyataan di lapangan. Meski operasi militer selama berbulan-bulan ditujukan untuk membubarkan Perlawanan Palestina, yang terakhir terus menunjukkan ketahanan dan kekuatan.
Selama hampir tiga bulan, pasukan pendudukan Israel tanpa henti menyerang jalur Gaza utara, yang menyebabkan kematian dan cedera ribuan warga Palestina, pengungsian puluhan ribu orang, dan pemberlakuan pengepungan yang mengakibatkan kelaparan.
Meski demikian, roket yang ditembakkan dari daerah-daerah yang diklaim tentara Israel telah "dibersihkan" dari pasukan perlawanan semakin membuktikan apa yang disebut “Rencana Jenderal” Israel gagal. Roket tersebut dinilai menjadi bukti keteguhan dan tekad Perlawanan Palestina dalam menghadapi agresi militer Israel.
Rencana Jenderal dikabarkan tengah diberlakukan militer Israel yang akan secara efektif membersihkan etnis penduduk Palestina di Gaza utara. Hal tersebut dilakukan setelah pengepungan yang dapat berlangsung berbulan-bulan. Demikian menurut laporan berdasarkan percakapan dengan pejabat militer Israel.
Rencana tersebut disusun oleh pensiunan Mayor Jenderal Giora Eiland dan bertujuan untuk mengosongkan Gaza utara dari 400 ribu penduduknya untuk memberi jalan bagi terbentuknya 'zona militer tertutup'.
"Rencana jenderal yang diluncurkan dalam kampanye TV Israel, menyerukan pembersihan etnis di Gaza utara, dengan peringatan bahwa mereka yang tersisa akan menghadapi kelaparan," demikian menurut laporan dilansir dari laman MEE.
"Hal yang benar untuk dilakukan adalah memberi tahu sekitar 300.000 penduduk yang tetap tinggal di Jalur Gaza utara... kami memerintahkan Anda untuk pergi," kata Eiland bulan lalu.
"Dalam seminggu, seluruh wilayah Jalur Gaza utara akan menjadi wilayah militer."
Menurut laporan yang diterbitkan pada Jumat di harian Israel Yedioth Ahronoth, militer Israel sekarang menerapkan versi "yang dipersempit" dari rencana tersebut di kamp pengungsi Jabalia, utara Gaza.
Gencatan senjata
Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani pada Sabtu (28/12) bertemu dengan delegasi Hamas untuk membahas cara-cara melanjutkan negosiasi gencatan senjata di jalur Gaza dengan Israel.
Menurut pernyataan dari Kementerian Luar Negeri Qatar, dalam pertemuan itu, delegasi kelompok perjuangan kemerdekaan Palestina Hamas dipimpin oleh Dr Khalil Al-Hayya.
Mereka dan Menlu Qatar membahas perkembangan terbaru negosiasi gencatan senjata untuk mencapai kesepakatan komprehensif yang dapat mengakhiri perang di jalur Gaza.
Lebih dari satu tahun telah berlalu sejak kesepakatan pertama Hamas-Israel dilaksanakan untuk pertukaran sandera dan tawanan.Sejak itu, kedua pihak terus melakukan pembicaraan melalui perantara tentang nasib sandera yang belum dilepaskan.
Dalam beberapa pekan terakhir, negosiasi tidak langsung antara Hamas dan Israel di Kairo dan Doha semakin intensif. Sejumlah sumber melaporkan adanya kemajuan.