Spesifikasi Boeing 737-800 yang Digunakan Jeju Air, Tingkat Keselamatannya Diklaim Tinggi

Pesawat Boeing 737-800 digunakan hampir 200 maskapai di seluruh dunia.

South Korea Muan Fire Station via AP
Api berkobar saat pesawat penumpang Jeju Air 7C2216 jatuh di Bandara Internasional Muan di Muan, Korea Selatan, Ahad (29/12/2024). Pesawat Jeju Air 7C2216 yang membawa 175 penumpang dan enam kru dalam penerbangan dari Bangkok, Thailand jatuh terbakar dan meledak setelah mendarat dan kemudian menghantam tembok pembatas di bandara Internasional Muan. Data sementara 85 orang tewas dalam peristiwa itu.
Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pesawat Jeju Air yang jatuh di wilayah barat daya Korea Selatan adalah Boeing 737-800, model yang banyak digunakan di seluruh dunia. Menurut Cirium, penyedia data penerbangan, ada sekitar 28.000 pesawat penumpang yang beroperasi di seluruh dunia. Sekitar 15 persen, atau 4.400, adalah Boeing 737-800.

Baca Juga


Pesawat tersebut termasuk dalam keluarga jet Next-Generation 737 milik perusahaan tersebut, cikal bakal 737 Max yang lebih modern, yang terlibat dalam dua kecelakaan fatal lebih dari lima tahun lalu yang menyebabkan penghentian operasional armada Max secara global.

Dilansir The New York Times, Senin (30/12/2024), hampir 200 maskapai penerbangan menggunakan 737-800, termasuk lima maskapai di Korea Selatan: Jeju Air, T’way Air, Jin Air, Eastar Jet, dan Korean Air. Pesawat ini populer di Asia, Eropa, dan Amerika Utara, dan Boeing telah mengirimkan sekitar 5.000 unit kepada pelanggan sejak 1998.

"Pesawat yang dimaksud sangat aman dan memiliki catatan keselamatan yang baik," kata Najmedin Meshkati, seorang profesor teknik di University of Southern California yang telah mempelajari sejarah keselamatan lini Boeing 737.

Usia armada global pesawat 737-800 berkisar antara sekitar 5 tahun hingga lebih dari 27 tahun. Jet penumpang yang dirawat dengan baik dapat terbang 20 hingga 30 tahun atau bahkan lebih lama.

Menurut situs pelacakan penerbangan Flightradar24, pesawat yang jatuh itu berusia 15 tahun. Ryanair di Eropa adalah maskapai pertama yang mengoperasikan pesawat tersebut, yang disewakan kepada Jeju Air pada tahun 2017 oleh SMBC Aviation Capital, menurut Cirium.

 

Para pejabat mengatakan mereka sedang menyelidiki penyebab kecelakaan tersebut, termasuk kemungkinan bahwa tabrakan burung menyebabkan kerusakan roda pendaratan. Boeing mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Ahad (29/12/2024) bahwa pihaknya telah menghubungi Jeju Air dan siap membantu maskapai tersebut.

Tabrakan dengan burung bukanlah hal yang jarang terjadi dalam penerbangan. Dalam beberapa kasus, tabrakan tersebut mengakibatkan kaca depan retak.

Beberapa bandara mengerahkan elang dan mengambil tindakan lain untuk menjaga langit mereka bebas dari burung. Bandara Internasional Muan, tempat kecelakaan itu terjadi, menggunakan tindakan seperti memutar audio panggilan darurat untuk membubarkan burung serta menembaknya, menurut Kantor Penerbangan Sipil Korea.

Meshkati mengatakan bahwa roda pendaratan pesawat 737-800 dirancang dengan baik dan memiliki riwayat keandalan, meskipun perawatan yang buruk dapat mengakibatkannya tidak terpasang dengan benar. "Perawatan benar-benar salah satu penyebab terpenting kecelakaan penerbangan," katanya.

Namun, Meshkati dan pakar penerbangan lainnya memperingatkan agar tidak terburu-buru mengambil keputusan terkait insiden semacam itu. Kecelakaan sering kali disebabkan oleh banyak faktor, yang memerlukan waktu bertahun-tahun untuk diungkap melalui investigasi mendalam.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler