Inzaghi Nilai Inter Seharusnya Menang Lebih Besar di Semifinal Piala Super Italia
Inter ke final Piala Super Italia setelah mengalahkan Atalanta 2-0.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Simone Inzaghi menilai tim asuhannya Inter Milan seharusnya bisa menang lebih besar saat menghadapi Atalanta di semifinal Piala Super Italia (Supercoppa Italiana). Inter 'hanya' menang 2-0 di Al-Awwal Park, Riyad, Arab Saudi, Jumat (3/1/2025) dini hari WIB.
Meski demikian, ia mengaku tak bisa meminta lebih banyak lagi dari pasukannya yang dinilai tampil apik meladeni rival dalam perebutan Scudetto musim ini.
Marco Carnesecchi melakukan serangkaian penyelamatan luar biasa terhadap Lautaro Martinez, sementara di sisi lain gol Ederson dianggap offside.
“Penjaga gawang (Atalanta) melakukan penyelamatan terhadap peluang Mkhitaryan dan Dimarco. Ketika kami tidak mendapatkan gol ketiga, itu membuka kemungkinan Atalanta untuk bangkit. Namun saya tidak bisa meminta lebih dari para pemain saya," ujarnya kepada Sport Mediaset, dikutip dari Football Italia.
Menurut Inzaghi, satu-satunya kesalahan timnya adalah tidak mengakhiri pertandingan lebih awal. Namun, sekali lagi, ia menyatakan tidak bisa mengeluh karena menghadapi lawan yang berkualitas.
"Saya sangat puas, terutama dengan semua perjalanan ini dan jadwal pertandingan yang padat, tetapi para pemain menunjukkan tekad, konsentrasi, dan fokus. Kami telah melampaui semua harapan musim ini," jelasnya.
Nerazzurri berusaha menjadi tim pertama yang memenangkan Piala Super Italia selama empat musim berturut-turut. Mereka mencapai bagian pertama dari tugas tersebut, dengan menyingkirkan Atalanta berkat dua gol dari Denzel Dumfries. Bek timnas Belanda itu pun keluar sebagai pemain terbaik laga.
“Para pemain bermain dengan sangat baik, tidak pernah diragukan melawan tim yang sangat berkualitas. Kami menginginkan final ini, kami membuat langkah pertama dan sekarang tahu bahwa yang paling penting masih harus dilakukan. Namun menciptakan banyak peluang melawan Atalanta sejujurnya adalah sesuatu yang patut dibanggakan,” kata Inzaghi kepada Sport Mediaset.
Ini adalah kemenangan kelima Inter berturut-turut di semua kompetisi tanpa kebobolan satu gol pun, sesuatu yang belum pernah diraih klub tersebut sejak melakukannya enam kali dari November hingga Desember 2007.
Jika Dumfries dan Federico Dimarco dianggap sebagai bek, maka Inter telah mencetak 14 gol lewat para penggawa di pertahanannya sejauh musim ini berjalan.
“Itulah gaya sepak bola kami, para bek kami maju dan berkontribusi pada gerakan menyerang, sehingga menemukan diri mereka di posisi yang tepat. Dumfries selalu mencetak gol untuk Inter dan Belanda, jadi dia bukan kejutan,” kata Inzaghi.
Lautaro Martinez memiliki beberapa peluang mencetak gol yang sangat besar dan gagal menyelesaikannya, tetapi sekali lagi bekerja keras untuk tim.
“Dia tidak beruntung melawan Carnesecchi, yang melakukan beberapa penyelamatan luar biasa, tetapi kami mendapatkan banyak hal dari para penyerang kami yang lebih dari sekadar gol. Saya beruntung memiliki lima penyerang yang fokus utamanya adalah Inter memenangkan pertandingan,” ungkapnya.
Thuram keluar lapangan pada babak pertama karena masalah otot ringan. Kehadirannya pada partai final melawan Juventus atau AC Milan pada Selasa, 7 Januari dini hari WIB menjadi tanda tanya. Inzaghi pun tak dapat memastikan.
“Saya belum tahu apakah ia akan bisa bermain. Ia merasakan otot adduktornya mengeras pada babak pertama, jadi saya menyuruhnya untuk bergerak di lapangan selama jeda babak pertama dan ia merasa tidak enak badan, jadi kami pikir sebaiknya tidak mengambil risiko,” kata Inzaghi.