Serahkan 34 Nama Sandera, Hamas: Bola di Tangan Netanyahu

Israel mengusulkan kesepakatan parsial untuk menghindari penarikan penuh.

Reuters/Ibraheem Abu Mustafa
Pejuang Hamas Palestina
Red: A.Syalaby Ichsan

REPUBLIKA.CO.ID,BEIRUT — Perwakilan Hamas di Lebanon mengungkapkan, detail perkembangan terakhir mengenai negosiasi gencatan senjata di Gaza. Ahmad Abdel Hadi, kepada Al Mayadeen, mengatakan, Hamas mendesak agar Israel memenuhi tuntutan gencatan senjata tersebut.

Baca Juga


"Bola sekarang ada di tangan Netanyahu," perwakilan Hamas di Lebanon, Abdel Hadi, mengatakan kepada Al-Mayadeen, di tengah terungkapnya perkembangan yang terlihat dalam negosiasi Doha untuk kemungkinan kesepakatan gencatan senjata di jalur Gaza.

Sebelumnya, sumber Hamas menyatakan, pihaknya sudah menyerahkan daftar 34 sandera kepada Israel sebagai bagian dari proses negosiasi gencatan senjata.

Menurut Abdel Hadi, Hamas menunjukkan fleksibilitas yang tinggi untuk mencapai kesepakatan selama pembicaraan. Dia mengungkapkan, semua poin yang sebenarnya kontroversial  telah berhasil diselesaikan, terutama untuk memastikan berakhirnya penderitaan rakyat Palestina.

Surat dan foto tawanan Hamas, Danielle dan Emilia. - (Qassam Military Media)

Abdel Hadi menyatakan, bola sekarang ada di tangan Netanyahu, terutama setelah Hamas menyetujui semua klausul perjanjian. Menurut Abdel Hadi, hanya Netanyahu yang dapat menghalangi perjanjian atau menandatanganinya.

Ia juga menekankan desakan Hamas bahwa setiap kemungkinan kesepakatan harus mencakup komitmen yang jelas untuk mengakhiri perang sepenuhnya, penarikan penuh dari Gaza, dan pemulangan warga yang mengungsi. Dia menekankan bahwa gerakan tersebut meminta peta yang menguraikan rincian penarikan ini untuk memastikan pelaksanaannya.

Secara umum, suasana menunjukkan bahwa kesepakatan tersebut bersifat menyeluruh, tidak parsial, dan bertujuan untuk mengakhiri agresi secara menyeluruh dan penarikan penuh pendudukan Israel dari daerah kantong Palestina, pejabat Hamas tersebut menjelaskan.

Dalam perincian lebih lanjut kepada Al Mayadeen, Abdel Hadi menambahkan, para mediator sedang menunggu posisi resmi Israel dan penandatanganan kesepakatan. Meski demikian, mereka mencatat pada saat-saat terakhir negosiasi, Netanyahu memberlakukan persyaratan yang dapat ditangani Hamas secara fleksibel untuk menyelesaikan kesepakatan.

"Tidak ada lagi pembenaran atau alasan bagi Netanyahu untuk menghalangi perjanjian ini seperti yang telah dilakukannya di masa lalu. Segala sesuatunya seharusnya berjalan ke arah yang benar, tetapi kita tidak dapat memastikannya karena Netanyahu dikenal karena tipu dayanya."

Media Israel sebelumnya melaporkan pada Senin bahwa pihak penjajah  mengusulkan kesepakatan parsial untuk menghindari tuntutan Hamas agar penarikan pasukan sepenuhnya dan diakhirinya perang di jalur Gaza.

 

Hamas juga dilaporkan telah menyetujui daftar 34 tawanan untuk kesepakatan pertukaran tahanan sebagai bagian dari diskusi yang sedang berlangsung tentang gencatan senjata, seorang pejabat Hamas mengatakan kepada Reuters pada Ahad (5/1/2025).

Pejabat tersebut, yang berbicara secara anonim karena sensitivitas negosiasi, menekankan bahwa kesepakatan apa pun tetap dengan adanya syarat penarikan Israel dari Gaza dan gencatan senjata permanen.

Meski terjadi perkembangan gencatan senjata, kemajuan proses tersebut tampak terbatas. Pejabat tersebut menyatakan, "Tidak ada kemajuan dari Israel dalam hal penarikan dari Gaza atau gencatan senjata permanen."

Meski demikian, kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membantah pernyataan Hamas. Pihak penjajah mengklaim bahwa kelompok tersebut belum memberikan nama apa pun untuk pertukaran yang diusulkan. Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan Ahad malam, kantor tersebut menyatakan, "Sampai saat ini, Hamas belum menyampaikan daftar nama sandera."

Aktivis membakar kertas bergambar Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu saat aksi bela Palestina di Kota Tangerang, Banten, Jumat (6/12/2024). - (ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin)

 

 

 

Blinken optimistis

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, pada Senin (6/1/2025), menyatakan keyakinannya  bahwa kesepakatan gencatan senjata di Gaza akan tercapai. Meski demikian, dia menyadari kesepakatan tidak akan terwujud hingga masa jabatan Presiden Joe Biden berakhir pada tanggal 20 Januari.

Berbicara dari Seoul, Korea Selatan, Blinken menegaskan kembali bahwa pemerintahan Biden yang baru saja memberikan 'hadiah' kesepakatan pengiriman senjata senilai 8 miliar dolar AS kepada Israel menjelang lengser, akan bekerja setiap menit setiap hari hingga akhir masa jabatannya untuk mengamankan kesepakatan pembebasan tawanan."Kami sangat ingin menyelesaikan ini dalam dua minggu ke depan," katanya kepada wartawan.

Israel melawan PBB - (Republika)

"Jika kami tidak menyelesaikannya dalam dua minggu ke depan, saya yakin itu akan selesai pada suatu saat, mudah-mudahan lebih cepat daripada lambat," tambahnya.

Blinken menekankan bahwa resolusi apa pun akan didasarkan pada rencana Presiden Biden, yang ia klaim mendapat dukungan global.

Presiden terpilih AS Donald Trump, yang akan menjabat pada 20 Januari, telah menjanjikan dukungan penuh untuk Israel dan memperingatkan Hamas tentang konsekuensi berat jika tawanan Israel yang ditawan selama serangan 7 Oktober 2023 tidak dibebaskan.

Blinken mengatakan bahwa Hamas telah menunjukkan keterlibatan yang intensif untuk menyelesaikan kesepakatan, tetapi kesepakatan itu masih belum tuntas.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler