Terungkap Kisah Terpendam Filsuf Muslim Abu Yaqub al Kindi Hadapi Ekstremisme
Al Kindi membawa istilah konseptual filsafat ke peradaban Islam.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Bagi pengkaji falsafah dalam peradaban Islam, pasti akan menemukan al Kindi dalam daftar yang pertama. Dia dinobatkan sebagai generasi awal yang mentransmisikan istilah filosofis Yunani ke dalam peradaban Islam. Kemudian memberikan makna yang khas sesuai dengan kearifan Islam.
Jika membuka The History of Muslim Philosophy karya MM Sharif, maka akan menemukan beberapa kisah tentang al Kindi yang luar biasa.
Pertama adalah kisah khalifah al Makmun si penguasa Abbasiyah. Suatu ketika dia bermimpi bertemu dengan Aristoteles. Dalam mimpi itu, al Makmun bertanya mengenai sejumlah hal. Salah satunya adalah tentang nasihat ‘emas’ (kebijaksanaan) Siapapun yang memberikan nasihat tentang hal itu, maka dengarkanlah. Namun, yang paling utama adalah tenang keesaan Tuhan.
Mimpi itu kemudian menginspirasi pembangunan Baitul Hikmah. Salah seorang ulama yang terlibat di dalamnya adalah al Kindi.
Kisah kedua, suatu ketika ada lelaki yang terlihat lemas tak mau makan apapun. Orang itu sudah diberi obat dan dibawa ke beberapa tabib, tapi tak juga mengalami perubahan. Kemudian ada yang menyarankan orang itu untuk dibawa ke al Kindi. Ketika sampai di hadapan al Kindi, orang tua itu dilihat penampilannya.
Al Kindi tidak melihat orang tersebut sebagai penderita sakit. Dia kemudian mengambil alat musik dan memainkannya. Sedikit demi sedikit, alunan nada musik yang dimainkan al Kindi diserap tubuh orang tersebut. Kemudian jemarinya mulai bergerak. Raut wajahnya berubah, hingga akhirnya menjadi ceria. Orang yang tadinya mengalami demotivasi, oleh al Kindi, ‘disembuhkan’ dengan alunan nada-nada yang indah didengar. Orang itu kembali ke rumah dan hidup dengan sehat.
Kelahiran dan keluarga
Nama lengkapnya adalah Abu Yusuf Yaqub bin Ishaq al Kindi. Dilahirkan di Kufah pada tahun 805 M, al Kindi dikenal sebagai anak gubernur Kufah. Dia hafal Alquran dan banyak hadis Nabi Muhammad ketika berusia lima belas tahun.
Setelah kematian ayahnya, dia pergi ke Basrah. Di sana dia menghabiskan tiga tahun mempelajari ilmu ketuhanan. Kemudian pindah bersama ibunya ke Baghdad. Di sana dia membaca buku-buku terjemahan dari bahasa Yunani, Persia, dan Hindi. Kemudian mempelajari bahasa Syria dan Yunani hingga menguasainya.
Penghormatan khalifah al Makmun
Al Mamun mengangkatnya menjadi pengurus Baitul Hikmah, yang didirikan untuk menerjemahkan teks-teks ilmiah dan filosofis Yunani ke Bahasa Arab. Al Kindi mengembangkan kurikulum yang menetapkan penggunaan matematika dalam banyak ilmu pengetahuan, di bidang teknik, kedokteran, logika, aritmatika, dan musik. Dia menggunakan matematika dan tangga nada untuk memperkaya lagu-lagu Arab.
Setelah al Makmun tak lagi memerintah, kepemimpinan beralih kepada al Mutawakkil. Saat itu, pamor al Kindi anjlok. Sebabnya, ekstremisme keagamaan si khalifah mengakibatkan al Kindi berada dalam kesengsaraan. Bahkan si bapak filsuf Muslim ini sampai dianiaya. Kemudian banyak karyanya disita.
Nahas, al Kindi ditinggal dalam kesendirian hingga akhirnya wafat tanpa ada yang membantunya pada tahun 873 M.
Nasib karya al Kindi
Sepeninggalnya, banyak karya filosofisnya yang hilang, terutama setelah bangsa Mongol menghancurkan perpustakaan ketika mereka menyerbu Baghdad. Meskipun al Farabi dan Ibnu Sina menentang pemikiran al Kindi, ia dianggap sebagai salah satu filsuf Muslim terbesar pada masanya.
Karya astronominya mencakup risalah tentang “sinar bintang”, “perubahan cuaca”, “gerhana”, dan “spiritualitas planet”.
Ia menulis sebuah buku yang menjelaskan bagaimana matematika digunakan dalam kedokteran, khususnya di bidang farmasi. Dia mengembangkan ukuran matematis untuk menentukan efektivitas obat (semacam takaran obat).
Ia juga melakukan penelitian dan eksperimen dalam menggabungkan aroma tumbuhan dengan mengubahnya menjadi minyak wangi.
Bukunya tentang angka berkontribusi pada penyebaran sistem penomoran di dunia Arab dan Barat. Ia menolak gagasan keabadian dunia, dengan membuktikan bahwa ketidakterbatasan adalah gagasan yang absurd, secara matematika dan logika.
Dia memperkenalkan banyak kosakata filosofis ke dalam bahasa Arab, membuka jalan bagi penerusnya, al Farabi, Ibnu Sina, dan Hujjatul Islam Imam al Ghazali.
Ia berusaha menunjukkan kesesuaian antara filsafat dan agama, dan berhasil memperkenalkan pemikiran Aristotelian dan Platonis ke dalam pemikiran filsafat Islam. Karya al Kindi menjadi inspirasi menghidupkan dan menggairahkan kajian filsafat dalam peradaban Islam, sehingga di setiap zaman selalu ada yang berbicara tentang ketuhanan, alam semesta, penciptaan, ilmu, dan banyak konsep dasar kehidupan.