Takut Ditinggal Rasulullah, Batang Pohon pun Menangis
Mulanya, para sahabat terkejut mendengar suara tangis dari dalam masjid.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat sedang mendengarkan khutbah Jumat, jamaah Masjid Nabawi pada hari itu gempar. Mereka tiba-tiba dikejutkan oleh suara keras yang terdengar seperti seorang bayi sedang merengek.
Jamaah yang adalah para sahabat Nabi Muhammad SAW itu pun kebingungan. Sebab, tidak ada di antara mereka yang sedang menggendong bayi. Suara yang memilukan hati itu pun tak kunjung henti.
Suara yang sama juga didengar oleh Rasulullah SAW. Di tengah-tengah penyampaian khutbah, Nabi SAW lalu turun dari mimbar. Kemudian, beliau mendekati sebatang pohon kurma yang dahulu menjadi pegangannya ketika sedang berdiri di podium.
Rasul SAW mengelus dan juga memeluk batang pohon itu. Seketika, berhentilah suara tangisan dan rengekan tadi.
Sadarlah jamaah Masjid Nabawi semua bahwa yang menangis sedu sedan tadi adalah si pohon kurma. Bahkan, hampir saja batang pohon itu terbelah saking keras jerit tangisnya.
Sejak Masjid Nabawi berdiri, memang pohon kurma itu telah ada di sana. Tak hanya menjadi tonggak, pohon kurma tersebut selalu menjadi sandaran Nabi SAW acapkali beliau memberikan ceramah atau khutbah.
Si pohon selalu menanti hari Jumat karena pada hari itu dirinya akan mendampingi Nabi SAW memberikan nasihat kepada Muslimin. Sejak Jumat pertama masjid berdiri, ia selalu setia dan bahagia menemani Nabi Muhammad. Hingga hari Jumat itulah ia menangis.
Beberapa hari sebelum Jumat yang pilu bagi si pohon, seorang wanita tua Anshar mendatangi Rasulullah. Ia memiliki putra seorang tukang kayu dan ia menawarkan sebuah mimbar untuk Rasul.
“Wahai Rasulullah, maukah kami buatkan mimbar untuk Anda?” ujarnya.
Rasulullah SAW pun menjawab, “Silakan jika kalian ingin melakukannya. ”
Maka, pada Jumat keesokan harinya, mimbar untuk Nabi SAW telah siap digunakan. Mimbar itu pun diletakkan di dalam masjid.
Saat Rasulullah SAW menaiki mimbar, menangislah si pohon karena ia tak lagi menjadi “teman” sang nabi saat berkhutbah.
“Pohon ini menangis karena tak lagi mendengar nasihat yang biasa disampaikan di sampingnya,” ujar Rasul setelah memeluk pohon tersebut.
Setelah dipeluk sang Nabiyullah, si pohon bahagia. Ia tak lagi menangis dan dirundung kesedihan. Meski tak lagi mendampingi, mendapatkan pelukan dari Rasulullah SAW cukup mengobati rasa sedihnya.
Rasulullah SAW pun berkata kepada para sahabat, “Kalau tidak aku peluk dia, sungguh dia akan terus menangis hingga hari kiamat."
Kisah pohon kurma yang menangis ini sangat populer dalam kisah Islami. Banyak rawi yang meriwayatkan hadis tersebut, sehingga tak perlu lagi dipertanyakan kesahihannya. Para sahabat banyak meriwayatkannya, baik Ibnu Abbas, Anas bin Malik, Jabir, Ibnu Umar, dan lain sebagainya.
Kisah ini menunjukkan betapa seluruh makhluk, termasuk sebatang pohon di dalam Masjid Nabawi, sangat mencintai Rasulullah SAW. Maka, sangat mengherankan jika manusia yang berakal dan mengetahui keluhuran akhlah beliau kemudian tak jatuh cinta kepada sang Nabi.