Arti Gencatan Senjata Hamas-Israel Bagi Pemerintah Indonesia

Gencatan senjata menjadi solusi perdamaian di Palestina.

AP Photo/Abdel Kareem Hana
Warga Palestina merayakan pengumuman kesepakatan gencatan senjata antara Hamas dan Israel di Deir al-Balah, Jalur Gaza tengah, Rabu, 15 Januari 2025.
Rep: Fitriyan Zamzami Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR RI Mardani Ali Sera menyebut gencatan senjata yang dicapai antara Israel dengan Hamas pada Rabu (15/1) sebagai jendela kemanusiaan yang patut disyukuri.

Baca Juga


"Ini adalah jendela kemanusiaan yang wajib disyukuri," kata Mardani dalam pesan yang diterima di Jakarta, Kamis.

Meskipun, kata dia, durasi gencatan senjata yang disepakati Israel-Hamas itu baru akan berlangsung selama 42 hari atau enam pekan.

"Alhamdulillah mimpi kita semua gencatan senjata di Gaza, walau tidak permanen baru enam pekan atau 42 hari tapi ini patut disyukuri," ucapnya.

Dia pun meminta kedua belah pihak menaati kesepakatan gencatan senjata tersebut, serta membuka bantuan kemanusiaan segera masuk ke Gaza.

"Ayo semua kita bantu Palestina, kita bantu Gaza karena mereka layak mendapatkan kehidupan seperti kita semua," ujarnya.

Dia menambahkan bahwa DPR RI akan ikut segera mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Gaza sebagai bentuk dukungan kepada Palestina.

"Insya-Allah parlemen Indonesia akan segera mengirimkan bantuan dan kita akan mengajak semua masyarakat untuk bersatu membantu Gaza, membantu Palestina," tuturnya.

Terakhir dia mendorong pula pemulihan peran Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees in the Near East (UNRWA), menyusul pengesahan undang-undang oleh parlemen Israel (Knesset) yang melarang kegiatan UNRWA beroperasi pada Oktober 2024 lalu.

"Plus pulihkan UNWRA beroperasi penuh kembali tanpa gangguan," kata dia.

Tercapainya gencatan senjata untuk menghentikan agresi Israel di Jalur Gaza diumumkan Perdana Menteri Qatar Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani di Doha pada Rabu (15/1) waktu setempat.

Ia mengatakan kesepakatan gencatan senjata yang diharapkan mengakhiri agresi dan genosida Israel yang meluluhlantakkan Gaza tersebut terdiri dari tiga tahap yang mulai berlaku pada Ahad (19/1).

Isi kesepakatan

Kesepakatan itu terdiri dari tiga fase. Fase kedua dan ketiga akan dilaksanakan bila fase pertama dapat dijalankan.

Fase Pertama

Tiga puluh tiga warga Israel tawanan Hamas di Gaza, termasuk perempuan, anak-anak dan warga sipil yang berusia di atas 50 tahun akan dibebaskan. Sementara Israel akan membebaskan lebih banyak tahanan Palestina selama fase ini.

Israel akan menarik pasukannya dari pusat populasi Gaza ke wilayah yang tidak lebih dari 700 meter di dalam perbatasan Gaza dengan Israel. Israel juga akan mengizinkan warga sipil untuk kembali ke rumah mereka di wilayah utara yang terkepung dan mengizinkan gelombang bantuan hingga 600 truk per hari ke wilayah tersebut.

Israel akan mengizinkan warga Palestina yang terluka meninggalkan Gaza untuk mendapatkan perawatan, dan akan membuka penyeberangan Rafah dengan Mesir tujuh hari setelah dimulainya penerapan tahap pertama.

Pasukan Israel akan mengurangi kehadirannya di Koridor Philadelphi, wilayah perbatasan antara Mesir dan Gaza, dan kemudian mundur sepenuhnya selambat-lambatnya pada hari ke-50 setelah perjanjian tersebut berlaku.

Fase Kedua

Jika persyaratan untuk tahap kedua telah dipenuhi, Hamas akan melepaskan semua tawanan yang masih hidup, sebagian besar tentara laki-laki, sebagai imbalan atas pembebasan lebih banyak warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel. Israel akan memulai “penarikan total” dari Gaza.

Fase Ketiga

Jika persyaratan tahap kedua terpenuhi, jenazah para tawanan yang tersisa akan diserahkan sebagai imbalan atas rencana rekonstruksi tiga hingga lima tahun yang akan dilakukan di bawah pengawasan internasional.

Setelah gencatan senjata yang disepakati Israel dan Hamas rencananya akan diberlakukan pada Ahad. Warrga Palestina di Gaza sejauh ini telah kehilangan puluhan ribu orang syuhada serta banyak lagi yang tidak memiliki rumah untuk kembali.

Hingga hari ini, perang tersebut telah menewaskan sedikitnya 46.707 warga Palestina, menurut Kementerian Kesehatan di Gaza. Sementara 1.600 keluarga dihapuskan dari catatan sipil. Sebanyak 17.841 anak terbunuh, dan 44 orang meninggal karena kekurangan gizi.

 

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler