Rahasia Surat Al-Isra Ayat 1 yang Mengantarkan Qari Aceh Jemput Ajalnya dengan Indah
Surat Al-Isra ayat 1 berbicaara tentang Isra MIra Rasulullah SAW
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Berita tentang wafatnya Tengku Hasbi Ahmad, pria berusia 55 tahun pada Ahad (26/1/2025) setelah sholat maghrib saat membaca awal Surat al-Isra di sebuah masjid dalam sebuah sesi tentang Isra dan Miraj, menggemparkan jagat maya.
Almarhum melantunkan ayat 1 dari surat Al-Isra', lalu selang beberapa waktu kemudian jatuh dan dinyatakan meninggal dunia. Seperti apakah makna dan rahasia di balik Surat al-Isra' ayat 1?
Surat ini memiliki 111 ayat dan ayat pertama memuji Allah SWT yang telah memperjalankan hamba-Nya Nabi Muhammad SAW.
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
"Mahasuci Dia, yang telah memperjalankan hambanya di malam hari dari Masjiidil Haram ke Masjid Al Aqsa yang kami berkati sekelilingnya, karena hendak Kami perlihatkan kepadanya tanda-tanda Kami. Sesungguhnya Dia adalah Mahamendengar, Mahamelihat." (QS Al Isra ayat 1)
Prof Dr Hamka mengatakan, ayat ini menegaskan bahwa Tuhan Allah SWT memang telah mengisrakan, memperjalankan di waktu malam, akan hamba-Nya Muhammad SAW dari Masjidil-Haram, yakni Makkah Al-Mukarramah, ke Masjid Al Aqsa, di Palestina. Al Aqsa, artinya yang jauh.
"Perjalanan biasa dengan kaki atau unta dari Makkah ke Palestina itu ialah 40 hari," kata Prof Hamka dalam tafsirnya Al-Azhar.
Di dalam ayat ini sudah bertemu susunan kata yang menunjukkan kesungguhan hal ini terjadi. Pertama dimulai dengan mengemukakan kemahasucian Allah SWT bahwasanya apa yang diperbuatnya Mahatinggi dari kekuatan alam.
Mahasuci Dia, yang membelah laut untuk Musa, menghamilkan Maryam dan melahirkan Isa tidak karena persetubuhan dengan laki-laki. Sekarang Mahasuci Dia, yang memperjalankan Muhammad SAW ke masjid jauh di malam hari.
Kata penegas yang ketiga di ayat ini ialah menyebut Muhammad SAW hamba-Nya. Hamba-Nya yang boleh diperbuat-Nya menurut apa yang dikehendaki-Nya. Maka jika dibaca ayat ini dengan renungan mendalam, memang jarang biasa terjadi.
BACA JUGA: Serangan Yaman yang Merepotkan Israel dan Jatuhnya Pamor Militer Amerika di Kawasan
Tetapi tidak mustahil bagi Allah SWT Yang Mahasuci dan Maha-Agung, terhadap hamba-Nya yang telah dipilihNya.
Dalam ayat pun disebut bahwa Masjid Al Aqsha itu adalah tempat yang telah diberkati sekelilingnya. Karena di situlah nabi-nabi dan Rasul-rasul, berpuluh banyaknya, sejak Musa sampai Dawud dan Sulaiman alaihimussalam telah menyampaikan wahyu Tuhan.
Ke situlah Nabi Muhammad SAW terlebih dahulu dibawa, lalu dipertemukan dengan arwah mereka itu sebelum beliau dimirajkan, diangkatkan ke langit.
Tafsir Kementerian Agama menerangkan dalam ayat ini, Allah SWT menyatakan kemahasucian-Nya dengan firman "subhana", agar manusia mengakui kesucian-Nya dari sifat-sifat yang tidak layak dan meyakini sifat-sifat keagungan-Nya yang tiada tara.
Ungkapan itu juga sebagai pernyataan tentang sifat kebesaran-Nya yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam, dengan perjalanan yang sangat cepat.
Allah SWT memulai firman-Nya dengan subhana dalam ayat ini, dan di beberapa ayat yang lain, sebagai pertanda bahwa ayat itu mengandung peristiwa luar biasa yang hanya dapat terlaksana karena iradah dan kekuasaan-Nya.
Dari kata asra dapat dipahami bahwa Isra Nabi Muhammad SAW terjadi di waktu malam hari, karena kata asra dalam bahasa Arab berarti perjalanan di malam hari.
Penyebutan lailan, dengan bentuk isim nakirah, yang berarti "malam hari" adalah untuk menggambarkan bahwa kejadian Isra itu mengambil waktu malam yang singkat dan juga untuk menguatkan pengertian bahwa peristiwa Isra itu memang benar-benar terjadi di malam hari.
Allah SAW meng-isra-kan hamba-Nya di malam hari, karena waktu itulah yang paling utama bagi para hamba untuk mendekatkan diri kepada Allah, dan waktu yang paling baik untuk beribadah kepada-Nya.
Perkataan 'abdihi (hamba-Nya) dalam ayat ini maksudnya ialah Nabi Muhammad SAW yang telah terpilih sebagai Nabi yang terakhir. Beliau telah mendapat perintah untuk melakukan perjalanan malam, sebagai penghormatan kepadanya.
Dalam ayat ini tidak diterangkan waktunya secara pasti, baik waktu keberangkatan maupun kepulangan Nabi Muhammad SAW kembali ke tempat tinggalnya di Makah.
Hanya saja yang diterangkan bahwa Isra Nabi Muhammad SAW dimulai dari Masjidil Haram, yaitu masjid yang terkenal karena Kabah (Baitullah) terletak di dalamnya, menuju Masjid Al-Aqsa yang berada di Baitul Makdis.
Masjid itu disebut Masjidil Aqsa yang berarti "terjauh", karena letaknya jauh dari kota Makah. Selanjutnya Allah SWT menjelaskan bahwa Masjidil Aqsa dan daerah-daerah sekitarnya mendapat berkah Allah karena menjadi tempat turun wahyu kepada para Nabi.
Tanahnya disuburkan, sehingga menjadi daerah yang makmur. Di samping itu, masjid tersebut termasuk di antara masjid yang menjadi tempat peribadatan para Nabi dan tempat tinggal mereka.
Sesudah itu, Allah SWT menyebutkan alasan mengapa Nabi Muhammad SAW diperjalankan pada malam hari, yaitu untuk memperlihatkan kepada Nabi tanda-tanda kebesaran-Nya.
Tanda-tanda itu disaksikan oleh Nabi Muhammad SAW dalam perjalanannya dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, berupa pengalaman-pengalaman yang berharga, ketabahan hati dalam menghadapi berbagai macam cobaan, dan betapa luasnya jagat raya serta alangkah Agungnya Allah Mahapencipta.
Pengalaman-pengalaman baru yang disaksikan Nabi Muhammad SAW sangat berguna untuk memantapkan hati beliau menghadapi berbagai macam rintangan dari kaumnya, dan meyakini kebenaran wahyu Allah, baik yang telah diterima maupun yang akan diterimanya.
Di akhir ayat ini, Allah SAW menjelaskan bahwa Dia Maha Mendengar bisikan batin para hamba-Nya dan Maha Melihat semua perbuatan mereka. Tak ada detak jantung, ataupun gerakan tubuh dari seluruh makhluk yang ada di antara langit dan bumi ini yang lepas dari pengamatan-Nya.
Ayat ini menyebutkan terjadinya peristiwa Isra, yaitu perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa di waktu malam. Sedangkan peristiwa Mi'raj, yaitu naiknya Nabi Muhammad dari Masjidil Aqsa ke Sidratul Muntaha (Mustawa) tidak diisyaratkan oleh ayat ini, tetapi diisyaratkan dalam Surat an-Najm.
Kematian yang husnul khatimah ini tentu menjadi dambaan setiap hamba. Masyarakat Aceh mengenal Tengku Hasbi Ahmad sebagai salah satu tokoh agama di Kabupaten Biren, salah satu Provinsi di Aceh. Dia adalah kepala sekolah di sebuah sekolah dasar negeri di provinsi tersebut, dan dikenal karena pengetahuan dan kebijaksanaannya, serta dihormati di masyarakat.
Dia juga merupakan salah satu imam di Masjid Mujahidin, tempat dia wafat kemarin, dan dikenal oleh masyarakat di kampung halamannya karena suaranya yang merdu dan kemahirannya dalam membaca Alquran.
Kematiannya beredar luas di media sosial, dan masyarakat Indonesia berkabung pada Ahad terakhir bulan Rajab, dan dia dimakamkan di desanya pada hari Senin.
Media Aljazeera, menurunkan berita wafatnya Tengku Hasbi. Media yang berbasis di Doha Qatar ini menulis seorang warga yang sedang duduk di Masjid Mujahidin di Desa Gedung Gedung, Kota Juan, Kabupaten Peren Timur, Provinsi Aceh, merekam kejadian tersebut dengan kamera telepon genggamnya
Dalam kegiatan yan rencananya akan disemarakkan tentang kajian tentang biografi Nabi tentang Isra dan Miraj, yang disampaikan oleh Syekh Abu Muhammad Ubayd Kubba, Pengasuh Pesantren Sultan Raja Salih, Tengku Hasbi terlihat mengenakan pakaian khas Arab berwarna kuning.
Pembaca terlihat jatuh dari mimbarnya ketika dia sedang membaca ayat pertama dari Surat Al-Israa, dan meskipun ia telah menyelesaikan bacaannya, dia kembali mengulangi firman Allah SWT
لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا
”Untuk menunjukkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan) Kami", pada saat itulah dia terjatuh dan meninggal dunia, dan para hadirin bergegas menghampirinya untuk memeriksanya, kemudian dia dibawa ke rumah sakit di mana tim medis mengkonfirmasi kematiannya.
Tengku Rusli, yang merupakan presenter acara tersebut mengatakan bahwa ketika Tengku Hasbi terjatuh dan mereka menjangkaunya, dia tampak terengah-engah.
Dia menekankan bahwa ketika almarhum tiba di masjid tepat sebelum sholat Maghrib, dia tampak sehat dan tidak menunjukkan tanda-tanda kelelahan atau sakit, sekitar dua jam sebelum kematiannya.
Sumber: Aljazirah