Trump Ingin Warga Gaza Dipindah, Menlu Iran: Saran Saya Orang Israel Dikirim ke Greenland
Trump ingin mengevakuasi warga Gaza di negara lain.
REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi mengejek usulan Presiden AS Donald Trump untuk 'membersihkan' warga Palestina dari Gaza. Dalam sebuah wawancara dengan Sky News, alih-alih bangsa Palestina yang dipindahkan, Aragachi mengusulkan agar warga Israel dikirim ke Greenland.
"Saran saya adalah sesuatu yang lain. Daripada warga Palestina, cobalah untuk mengusir warga Israel - bawa mereka ke Greenland sehingga mereka dapat membunuh dua burung dengan satu batu," katanya dilansir Aljazirah, Selasa (28/1/2025).
Aragachi mengatakan, Trump telah menyatakan minatnya untuk menjadikan Greenland bagian dari Amerika Serikat sejak kemenangannya dalam pemilihan umum pada bulan November. Trump beralasan bahwa wilayah otonomi Denmark sangat penting bagi keamanan nasional AS.
Dalam wawancara tersebut, Araghchi juga mengakui bahwa sekutu regional Iran telah melemah selama pertempuran dengan Israel, tetapi bersikeras bahwa mereka tetap berdiri.
"Hamas dan Hizbullah telah dirusak. Tetapi pada saat yang sama, mereka membangun kembali diri mereka sendiri, karena seperti yang saya katakan, ini adalah aliran pemikiran, ini adalah sebuah ide, ini adalah sebuah tujuan, ini adalah sebuah cita-cita yang akan selalu ada," katanya kepada Sky News.
Pada Sabtu, kurang dari sepekan setelah gencatan senjata terjadi di Gaza, yang mengakhiri perang selama 15 bulan, Trump menggambarkan daerah kantong Palestina itu sebagai 'lokasi penghancuran' dan mengatakan akan lebih baik jika semua 'dibersihkan'
"Saya ingin Mesir menerima orang (dari Gaza)," kata Trump. "Anda berbicara tentang sekitar satu setengah juta orang, dan kita membersihkan semuanya dan 'Anda tahu, ini sudah berakhir'."
Trump berterima kasih kepada Yordania karena telah berhasil menerima pengungsi Palestina. Ia mengatakan ke Raja Yordania, "Saya ingin Anda menerima lebih banyak, karena saya melihat seluruh Jalur Gaza sekarang, dan itu kacau balau. Benar-benar kacau balau."
Dia menambahkan bahwa pemindahan itu bisa bersifat sementara atau jangka panjang.
Ada kecaman langsung dari Palestina, yang bersama dengan Yordania dan Mesir, menolak gagasan tersebut. Mereka khawatir Israel tidak akan pernah mengizinkan warga Palestina kembali ke Gaza jika dipaksa pergi.
Haaretz, surat kabar Israel, mengeluarkan serangan pedas terhadap usulan kebijakan Trump pada Senin. Dewan redaksi menyatakan bahwa Jalur Gaza adalah 'rumah' bagi lebih dari dua juta warga Palestina. Haaretz mengejek usulan agar warga Gaza dikirim ke negara-negara Arab lain hingga Indonesia.
"Pada tingkat ini Trump kemungkinan akan mengusulkan agar warga Gaza diluncurkan 'secara sukarela' ke luar angkasa dan menetap di Mars, sesuai dengan semangat janjinya dalam pidato pelantikannya," tulis dewan redaksi.
Saat ini, ada 5,8 juta pengungsi Palestina terdaftar yang tinggal di puluhan kamp di Tepi Barat yang diduduki, Jalur Gaza, Yordania, Suriah, dan Lebanon.
Sekitar 80 persen penduduk Gaza adalah pengungsi atau keturunan pengungsi yang mengungsi sejak Nakba tahun 1948, ketika Israel merebut 78 persen wilayah Palestina yang bersejarah.
Sami Saleh, yang telah mengungsi beberapa kali, mengatakan kepada MEE bahwa meskipun menghadapi periode pengungsian yang "sangat sulit" selama setahun terakhir, ia gembira bisa kembali ke rumah.
"Saya tidak akan menyembunyikan perasaan ini, dan saya tidak melebih-lebihkan ketika saya mengatakan ini: Saya ingin terbang ke utara... perasaan ini sudah ada sejak awal. Terlepas dari semua rasa sakit dan kesulitan, saya harus kembali ke utara apa pun yang terjadi, bahkan jika saya harus berjalan ke sana tanpa alas kaki," katanya.