Menjadi Guru Ala Nabi, Mungkinkah?
Buku ini hadir sebagai panduan bagi para guru.
Oleh : Deden Mauli Darajat*
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dunia pendidikan mengalami berbagai tantangan besar seiring dengan perkembangan zaman, terutama dalam menghadapi era digital yang membawa perubahan dalam pola belajar dan interaksi sosial. Di tengah arus globalisasi yang semakin cepat, pendidikan berbasis nilai-nilai spiritual menjadi semakin penting agar peserta didik tidak hanya unggul dalam aspek akademik, tetapi juga memiliki karakter dan akhlak yang kuat.
Buku “Menjadi Guru Ala Nabi” hadir sebagai jawaban atas tantangan ini dengan menawarkan metode pendidikan berbasis ajaran Rasulullah SAW. Buku ini membahas bagaimana Nabi Muhammad SAW, sebagai seorang pendidik terbaik sepanjang sejarah, berhasil membangun peradaban melalui sistem pembelajaran yang tidak hanya efektif tetapi juga berlandaskan kasih sayang dan keteladanan.
Buku ini ditulis oleh tim akademisi dan praktisi pendidikan Islam, yaitu Thobib Al Asyhar, Moh. Salapudin, Ahmad Asrof Fitri, Tata Septayuda Purnama, dan M. Zidni Nafi’. Diterbitkan oleh Kementerian Agama RI pada tahun 2024, buku ini hadir sebagai panduan bagi para guru, pendidik, orang tua, serta siapa saja yang ingin memahami lebih dalam tentang metode pendidikan yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW. Dengan mengacu pada Alquran dan hadis, buku ini mengajak pembaca untuk menggali kembali konsep pendidikan dalam Islam yang menekankan keseimbangan antara ilmu, iman, dan akhlak.
Isi buku
Secara sistematis, buku ini terdiri dari enam bab yang membahas berbagai aspek pendidikan Islam. Bab pertama mengupas tentang konsep pendidikan dalam perspektif Alquran, menjelaskan bagaimana Alquran tidak hanya berisi ajaran keimanan tetapi juga prinsip-prinsip pendidikan yang membentuk karakter seorang pendidik dan peserta didik.
Bab kedua menguraikan berbagai metode pembelajaran yang terdapat dalam Alquran, seperti ceramah, kisah, keteladanan, targhib wa tarhib (motivasi dengan harapan dan ketakutan), dialog, dan perumpamaan. Setiap metode dijelaskan dengan merujuk pada ayat-ayat Alquran yang relevan, sehingga memberikan pemahaman yang mendalam tentang bagaimana pendidikan dalam Islam harus diterapkan.
Bab ketiga membahas tugas Nabi sebagai seorang guru, menyoroti bagaimana kepribadian beliau menjadi teladan bagi para pendidik. Rasulullah SAW bukan hanya menyampaikan ilmu, tetapi juga mengajarkannya dengan penuh kelembutan, kasih sayang, dan kebijaksanaan.
Nabi juga membangun kedekatan emosional dengan para sahabatnya, sehingga mereka merasa dihargai dan semakin termotivasi dalam menuntut ilmu. Pendekatan ini sejalan dengan konsep pendidikan modern yang menekankan pentingnya hubungan positif antara guru dan murid dalam meningkatkan efektivitas pembelajaran.
Selanjutnya, bab keempat membahas teknik mengajar ala Nabi, mulai dari menciptakan suasana belajar yang nyaman, membangun keteladanan, mengajar secara bertahap, hingga menggunakan alat peraga untuk mempermudah pemahaman.
Buku ini juga menyoroti bagaimana Rasulullah SAW menggunakan humor dalam pembelajaran, sesuatu yang sering diabaikan dalam sistem pendidikan konvensional. Humor yang sehat dan tepat waktu ternyata dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran dengan membuat peserta didik lebih rileks dan mudah memahami materi.
Bab kelima menjelaskan bagaimana Rasulullah SAW membentuk karakter murid-muridnya melalui empat aspek utama: hubungan dengan Tuhan, hubungan dengan diri sendiri, hubungan dengan sesama manusia, dan hubungan dengan alam.
Bab ini sangat relevan dalam konteks pendidikan karakter yang saat ini banyak dikampanyekan di dunia pendidikan. Namun, berbeda dengan pendekatan sekuler, pendidikan karakter dalam Islam tidak hanya berorientasi pada etika sosial tetapi juga didasarkan pada hubungan spiritual dengan Allah SWT.
Salah satu bagian yang menarik dalam buku ini adalah bab keenam, yang menyajikan contoh best practice pendidikan dalam Islam. Kisah-kisah dari tokoh-tokoh besar seperti Luqman Al-Hakim, Ali bin Abi Thalib, Imam Al-Ghazali, Al-Zarnuji, hingga para ulama Nusantara seperti KH. Hasyim Asy’ari dan KH. Ahmad Dahlan menunjukkan bahwa metode pendidikan berbasis keislaman telah terbukti melahirkan generasi yang unggul di berbagai zaman.
Pembaca dapat memahami bahwa pendidikan dalam Islam bukan hanya sebatas transfer ilmu, tetapi juga membangun karakter dan moralitas yang kuat.
Sebagai sebuah karya akademik yang berbasis nilai-nilai keislaman, "Menjadi Guru Ala Nabi" memiliki banyak keunggulan.
Penyajian materi yang sistematis serta dukungan dalil dari Alquran dan hadis membuat buku ini tidak hanya relevan bagi para pendidik di lingkungan madrasah atau pesantren, tetapi juga dapat menjadi referensi bagi pendidik di sekolah umum yang ingin mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam pembelajaran mereka. Bahasa yang digunakan cukup jelas dan mudah dipahami, sehingga cocok bagi berbagai kalangan, baik akademisi, mahasiswa, guru, maupun orang tua yang ingin mendalami metode pendidikan ala Rasulullah SAW.
Namun, seperti halnya buku lainnya, "Menjadi Guru Ala Nabi" juga memiliki beberapa kekurangan. Salah satu kekurangannya adalah fokus pembahasannya yang lebih banyak –diorientasikan-- pada pendidikan di lingkungan madrasah dan pesantren, sehingga bagi para pendidik di sekolah umum atau institusi sekuler, penerapannya mungkin memerlukan adaptasi tertentu. Selain itu, buku ini belum banyak membahas tantangan pendidikan di era digital, seperti bagaimana metode Nabi dapat diterapkan dalam pembelajaran berbasis teknologi atau pembelajaran daring yang saat ini semakin berkembang. Semoga kekurangan ini menjadi masukan bagi penulis selanjutnya.
Meskipun demikian, secara keseluruhan buku ini tetap memberikan kontribusi yang sangat berharga dalam dunia pendidikan Islam. Dengan pendekatan yang berbasis pada metode pengajaran Rasulullah SAW, buku ini menawarkan solusi bagi para pendidik yang ingin membangun sistem pembelajaran yang tidak hanya efektif tetapi juga berbasis nilai-nilai spiritual dan moral yang kuat. Dalam dunia yang semakin kompleks ini, pendidikan yang berorientasi pada akhlak dan keteladanan seperti yang diajarkan Rasulullah SAW menjadi semakin relevan.
Bagi siapa saja yang berkecimpung di dunia pendidikan, baik sebagai guru, dosen, orang tua, maupun pegiat pendidikan Islam, “Menjadi Guru Ala Nabi” adalah bacaan yang sangat direkomendasikan. Buku ini tidak hanya memperkaya wawasan tentang konsep pendidikan dalam Islam, tetapi juga mengajak para pendidik untuk merefleksikan kembali peran mereka dalam membentuk generasi masa depan yang tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga memiliki akhlak mulia.
Dengan memahami dan menerapkan metode pendidikan ala Rasulullah SAW, diharapkan kita dapat melahirkan generasi yang berilmu, beriman, dan berakhlak, sesuai dengan tujuan utama pendidikan dalam Islam.
Identitas Buku
Judul : Menjadi Guru Ala Nabi (Cara Islam Mendidik dan Melahirkan Generasi Hebat)
Penulis : Thobib Al Asyhar, Moh. Salapudin, Ahmad Asrof Fitri, Tata Septayuda Purnama, M. Zidni Nafi’
Penerbit : Kementerian Agama RI
Tahun Terbit : 2024
Jumlah Halaman: ± 211 halaman
*Dosen UIN Jakarta