Perbatasan Rafah Sisi Mesir akan Dibuka Kembali Beberapa Hari ke Depan

Rafah akan menjadi pintu masuk bantuan kemanusiaan ke Gaza Palestina.

AP Photo/Jehad Alshrafi
Truk bantuan kemanusiaan masuk melalui penyeberangan Kerem Shalom dari Mesir ke Jalur Gaza, di Rafah, Rabu, 22 Januari 2025, beberapa hari setelah kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas mulai berlaku.
Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Perbatasan Rafah yang menghubungkan Gaza dengan Mesir akan dibuka kembali dalam beberapa hari ke depan dengan kehadiran pengamat Eropa dan Palestina, kata Gubernur Mesir pada Rabu (29/1).

Baca Juga


“Bagian Mesir di perbatasan Rafah sepenuhnya siap untuk beroperasi,” ujar Gubernur Sinai Utara, Khaled Mojawer.

“Masalahnya ada di sisi Palestina, akibat kerusakan yang disebabkan oleh operasi militer Israel,” tambahnya.

Gubernur menegaskan bahwa terminal itu akan dibuka “di kedua arah dalam beberapa hari setelah perbaikan selesai, dengan kehadiran pengamat dari Eropa dan Palestina.”

Mojawer juga menekankan pentingnya kepatuhan Hamas dan Israel terhadap kesepakatan gencatan senjata Gaza yang mulai berlaku pada 19 Januari, guna memastikan kelancaran pengiriman bantuan kemanusiaan.

Perbatasan Rafah, yang merupakan jalur penting untuk pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza, telah ditutup sejak Mei 2024 setelah serangan darat Israel ke kota Rafah di bagian selatan Gaza.

Sejak itu, bantuan kemanusiaan hanya dapat masuk ke Gaza melalui perbatasan Karam Abu Salem (Kerem Shalom).

Gubernur Mesir memuji peran aktif Turki dalam memberikan bantuan kemanusiaan ke Gaza.

Sebuah kapal bantuan Turki tiba di Pelabuhan Al-Arish, Mesir, pada Rabu pagi untuk diteruskan ke Gaza.

Kapal bantuan kedua dijadwalkan tiba di pelabuhan yang sama pada Minggu, menurut Kedutaan Besar Turki di Kairo.

 

Duta Besar Turki untuk Kairo, Salih Mutlu Shen, mengatakan bahwa Ankara telah mengirimkan 14 kapal bantuan yang membawa 835 ton bantuan kemanusiaan ke Gaza. Kapal lain yang membawa 2.000 ton bantuan akan tiba di Pelabuhan Al-Arish dalam beberapa hari mendatang.

Lebih dari 47.400 orang tewas, sebagian besar perempuan dan anak-anak, serta lebih dari 111.000 lainnya terluka akibat serangan Israel sejak 7 Oktober 2023, menurut otoritas kesehatan setempat.

Serangan Israel telah menyebabkan lebih dari 11.000 orang hilang serta kehancuran besar-besaran dan krisis kemanusiaan yang merenggut nyawa banyak orang lanjut usia dan anak-anak, menjadikannya salah satu bencana kemanusiaan terburuk di dunia.

Pada November tahun lalu, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap pemimpin otoritas Israel Benjamin Netanyahu dan mantan kepala pertahanan Yoav Gallant atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

Israel juga menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) terkait serangannya terhadap Gaza.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler