Prajurit Turki Nekat Sumpah ke Tokoh Sekuler Mustafa Kemal, Erdogan Langsung Pecat Mereka
Erdogan membangun komitmen untuk menempatkan militer untuk bangun negeri.
REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Turki mendadak dihebohkan dengan kelakukan prajurit militernya yang diluar kebiasaan. Bukannya sumpah setia kepada negara, mereka malah menyebut nama tokoh sekuler Mustafa Kemal pada Jumat (31/1/2025).
Militer Turki mengatakan pada hari Jumat bahwa mereka telah memecat lima perwira magang dan tiga atasan mereka karena berjanji setia kepada pendiri Turki modern di hadapan Presiden Recep Tayyip Erdogan.
Dalam upacara pelantikan perwira baru pada bulan Agustus, kelima orang tersebut mengangkat pedang mereka ke langit sambil berkata: “Kami adalah prajurit Mustafa Kemal” dan bersumpah untuk membela “republik demokrasi sekuler.”
Mereka merujuk pada Mustafa Kemal, yang mendirikan Turki modern pada tahun 1923 setelah hancurnya Kekaisaran Ottoman di akhir Perang Dunia I. Modernisme Turki yang dibawa Mustafa Kemal dinilai kebablasan. Sebabnya, sejak itu, kumandang adzan dilarang, wanita Muslim dilarang mengenakan jilbab meski itu adalah syariat untuk menutup aurat.
Mustafa Kemal juga mengubah Masjid Hagia Sophia yang merupakan legasi Muhammad al Fatih menjadi museum. Tak hanya itu, Mustafa Kemal juga mengubah beberapa masjid menjadi kandang kuda.
Perubahan besar Turki semacam itu bisa jadi dimaksudkan untuk memberi kesan bahwa Turki seirama dengan budaya Barat. Di bawah Mustafa Kemal, Turki ingin diakui sebagai bagian dari Barat, meski pada akhirnya, Eropa kala itu juga berat untuk mengakui Turki bagian dari Eropa, karena luka lama ekspansi Turki Usmani yang begitu membekas di banyak kerajaan Eropa.
Mustafa Kemal mendorong banyak reformasi dan menjadikan Turki sebagai negara sekuler -- sebuah langkah yang ditentang Erdogan dan partainya AKP sejak berkuasa pada tahun 2002.
Turki saat ini berkembang menjadi negara dengan kekuatan militer yang diperhitungkan dunia. Memadukan keislaman, nasionalisme Turki masa kini dengan kepresidenan Erdogan, plus kearifan yang pernah menjadi bangsa besar, Turki menjadi representasi negara yang mempengaruhi geopolitik.
Gambar pasukan yang mengucapkan ikrar di depan Erdogan memicu perdebatan sengit di Turki. Lama dipandang sebagai penjaga prinsip-prinsip Mustafa Kemal, militer melancarkan kudeta pada tahun 1960, 1971, dan 1980 dan memaksa mentor Erdogan, Necmettin Erbakan, untuk mengundurkan diri sebagai perdana menteri pada tahun 1997.
Menyusul kudeta lain yang gagal pada tahun 2016, pemerintah melakukan pembersihan besar-besaran, menyingkirkan mereka yang dianggap memusuhi Erdogan dari jajaran militer.
Tak lama setelah upacara pelantikan, Erdogan berjanji untuk memastikan mereka yang terlibat “menerima hukuman yang pantas.”
“Kami tidak akan membiarkan tentara kami digunakan untuk menyelesaikan masalah politik,” katanya.
Pada hari Jumat, Kementerian Pertahanan mengatakan kelima perwira peserta pelatihan dan tiga atasan mereka telah diberhentikan dari militer.
Profil militer Turki
Angkatan Bersenjata Turki merupakan militer yang terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara. Di antara mereka adalah yang disebut Gendarmerie dan Penjaga Pantai. Keduanya memiliki badan penegak hukum dan fungsi militer, yang beroperasi sebagai komponen angkatan penjaga dalam negeri dalam masa damai, dan merupakan bawahan dari Kementerian Dalam Negeri. Dalam masa perang, mereka menjadi bawahan dari Angkatan Darat dan Angkatan Laut. Presiden Turki merupakan kepala pimpinan militer tertinggi.
Kepala Staf Umum adalah Panglima Angkatan Bersenjata. Pada masa perang, dia bertindak sebagai Panglima Tertinggi atas nama Presiden Turki, yang mewakili militer Turki atas nama Majelis Agung Nasional Turki.
Institusi tersebut memerintahkan Angkatan Bersenjata dan menetapkan kebijakan dan program yang terkait dengan persiapan operasi perang baik secara terbuka maupun tertutup nerupa pengerahan personil, intelijen, operasi, organisasi, pelatihan dan layanan logistik. Semua itu menjadi tanggung jawab staf umum militer Turki. Selanjutnya, staf umum mengkoordinasikan hubungan militer Turki dengan negara anggota NATO dan negara-negara sahabat lainnya.
Sejarah modern militer Turki dimulai dengan pembentukannya setelah runtuhnya Kekaisaran Turki Usmani. Militer Turki menganggap dirinya sebagai penjaga ideologi Kemalis, ideologi negara resmi, terutama aspek sekuler Kemalisme. Setelah menjadi anggota NATO pada tanggal 18 Februari 1952, Turki memprakarsai program modernisasi yang komprehensif untuk angkatan bersenjatanya.
Tentara Turki mengirim pasukan untuk bertempur di Korea. Mereka memainkan peranan penting di beberapa titik. Menjelang akhir tahun 1980an, proses restrukturisasi kedua dimulai. Angkatan Bersenjata Turki berpartisipasi dalam kelompok tempur Uni Eropa di bawah kendali Dewan Eropa, yaitu Kelompok Pertempuran Italia-Rumania-Turki. TAF juga memberikan kontribusi kepada staf operasional terhadap inisiatif korps tentara multinasional Eurocorps dari Uni Eropa dan NATO.
Seruan Erdogan
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyerukan persatuan global, keadilan, dan upaya pembangunan kembali di Suriah yang hancur akibat perang, mengatasi meningkatnya konflik global yang semakin meningkat serta tantangan dalam menjaga keamanan dan stabilitas dalam KTT Developing Eight (D-8).
"Sayangnya, di tengah meningkatnya konflik, krisis, dan peperangan, institusi-institusi yang bertanggung jawab untuk memastikan keamanan dan stabilitas global tidak memenuhi tugas mereka," kata Erdogan dalam pidatonya di KTT D-8 ke-11 di Kairo, Mesir, Kamis (19/12).
Erdogan menekankan perlunya kerjasama internasional yang lebih kuat. Dia turut menyoroti kemajuan terbaru dalam organisasi D-8, khususnya persetujuan perjanjian perdagangan dengan Mesir.
"Dengan Mesir juga menyetujui perjanjian perdagangan preferensial, sekarang akan memungkinkan untuk menerapkan perjanjian tersebut dalam skala yang jauh lebih luas," ujarnya, menekankan potensi untuk memperluas hubungan ekonomi antar negara anggota.
Presiden Turki itu lebih lanjut menekankan pentingnya melibatkan negara-negara yang kurang berkembang dalam inisiatif global.
"Kami bertujuan untuk memberikan kontribusi terhadap keadilan dan pembangunan global dengan melibatkan negara kurang berkembang dalam TEKNOFEST, festival penerbangan dan luar angkasa terbesar di dunia," katanya, menekankan peran festival berbasis di Turki dalam mempromosikan kemajuan teknologi lintas negara.