Industri Menggiurkan Berlimpah Cuan di Balik Menjamurnya Komunitas Hijrah

Komunitas hijrah terus berkembang di wilayah perkotaan

ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Salah satu kegiatan komunitas hijrah (ilustrasi)
Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Ekspresi identitas agama di depan umum telah mendefinisikan lanskap perkotaan Indonesia selama satu dekade terakhir. Fenomena 'Hijrah' merupakan pusat dari pergeseran dari gaya hidup sekuler ke gaya hidup yang lebih taat beragama.

Baca Juga


Didorong oleh para pengikut muda dan didukung oleh tokoh-tokoh masyarakat yang berpengaruh, Hijrah dan gerakan-gerakan terkait telah berkembang seiring dengan perubahan lanskap politik dan pemerintahan di Indonesia, dan terus mendapatkan daya tarik di kota-kota seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya sejak akhir 1990-an.

Dalam banyak kasus, memulai Hijrah berarti mengadopsi ajaran Islam yang lebih konservatif dan mengintegrasikannya ke dalam kebiasaan konsumsi, interaksi sosial, dan praktik media.

Proses ini sering kali ditandai dengan perubahan dalam hal pakaian, perilaku, dan sikap terhadap lawan jenis.

Pergeseran ini tidak hanya bersifat spiritual tetapi juga kultural, karena hal ini mendefinisikan ulang identitas dan keterlibatan individu dengan masyarakat.

Selama 15 tahun terakhir, tren Hijrah telah memunculkan komunitas-komunitas online dengan jumlah pengikut yang signifikan. Komunitas-komunitas tersebut secara aktif mempromosikan gerakan ini melalui postingan media sosial, podcast, kajian, dan pertemuan-pertemuan offline.

Dengan menggunakan data sekunder dari literatur ilmiah dan bahan-bahan dari buletin dan laporan kebijakan, makalah ini melihat lebih dekat pada fenomena Hijrah dan mengidentifikasi faktor-faktor utama yang berkontribusi terhadap daya tariknya.

Dengan mempertimbangkan popularitasnya yang berkelanjutan dan perdebatan publik yang sedang berlangsung, dapat dikatakan bahwa tren Hijrah kemungkinan besar akan terus berlanjut dan bahkan meluas di luar pusat-pusat kota tradisional.

Namun, sebagaimana dijelaskan lebih lanjut pada bagian selanjutnya, tren ini akan menghadapi tantangan yang semakin besar dari komunitas Muslim, termasuk dari pemerintah dan organisasi Islam arus utama seperti Nahdlatul Ulama (NU).

Salah satu catatan menarik tentang fenomena hijrah ini adalah kajian yang dilakukan Najwa Abdullah, peserta Visiting Fellow pada Program Studi Sosial dan Budaya Regional di ISEAS, Yusof Ishak Institute.

Dalam kajiannya bertajuk, The Hijrah Phenomenon: Shifting Urban Muslim Identities In Indonesia – Analysis, dikutip dari urasiareview, terungkap bahwa fenomena hijrah tak lagi sekadar menjadi identitas, tetapi juga industrialisasi.

Para pendukung hijrah mewakili segmen masyarakat Indonesia yang relatif kecil namun terus berkembang, dengan pengaruhnya yang secara bertahap meluas dari pilihan gaya hidup ke industri.

Dalam sebuah survei yang dilakukan pada 2019 terhadap 2.192 orang Indonesia berusia 20-35 tahun di 28 provinsi di Indonesia oleh lembaga riset independen IDN Research Institute, 72,8 persen responden menyatakan bahwa mereka sedang dalam proses 'Hijrah'.

Perubahan ini dilakukan dengan melakukan perubahan penampilan fisik, seperti mengenakan hijab atau menumbuhkan jenggot (24 persen), dan meningkatkan konsumsi konten religius di media sosial (21 persen).

Oleh karena itu, komunitas hijrah online seperti Yuk Ngaji, sering kali berkembang bersamaan dengan bisnis seperti biro perjalanan umrah dan toko hijab online.

Salah satu contohnya adalah Felix Siauw, yang aktivisme religius dan tulisannya yang populer dilengkapi dengan pendirian HijabAlila, sebuah toko hijab online yang mempromosikan jilbab yang sesuai dengan syariah, dengan ciri khas desainnya yang panjang dan longgar.

Baru-baru ini, dia berperan sebagai pembimbing spiritual untuk program-program umrah dan haji, serta paket-paket wisata religius lainnya yang diselenggarakan oleh kelompok-kelompok hijrah seperti Terang Jakarta.

Yang tidak kalah penting adalah pertumbuhan yang stabil dari kelompok-kelompok advokasi jilbab dan komunitas mode, termasuk Peduli Jilbab, Ukhti Sally, dan Komunitas Hijabers, yang mendorong para pengikutnya untuk tidak hanya berhijrah, tetapi juga terlibat dalam bisnis halal.

Sampai batas tertentu, tren pertumbuhan ini tercermin dalam data ekonomi. Misalnya, ekosistem umrah dan haji Indonesia diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang substansial, dengan perputaran ekonomi yang diproyeksikan meningkat dari Rp 65 triliun (4 miliar dolar AS) pada 2023 menjadi Rp 194 triliun pada 2030, meningkat hampir tiga kali lipat.

Lonjakan ini tidak hanya didorong oleh industri halal Indonesia yang terus berkembang, tetapi juga reformasi Visi 2030 pemerintah Arab Saudi.

Info Grafis Komunitas Hijrah - (Republika)

 

Lebih lanjut, menurut laporan World Economic Forum pada 2022, Rp 91 triliun (sekitar 6,07 miliar dolar AS) dibelanjakan setiap tahun untuk lebih dari 1 miliar unit jilbab, yang menggarisbawahi adopsi jilbab secara luas oleh wanita Muslim Indonesia.

Selain itu, pemerintah Indonesia semakin memanfaatkan perkembangan ini dengan mendorong integrasi lebih lanjut ke dalam ekosistem industri halal.

Sebagai contoh, Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) di bawah Kementerian Agama (Kemenag) bertujuan untuk memperluas persyaratan sertifikasi halal untuk barang-barang konsumen, termasuk pakaian, pada bulan Oktober 2026.

Selain itu, pemerintah telah membentuk inisiatif Indonesia Global Halal Fashion (IGHF) untuk memposisikan Indonesia sebagai pemain dominan di pasar fesyen Islami global.

Pengaruh ekonomi gerakan Hijrah yang terus berkembang tidak hanya memfasilitasi perluasan gerakan ini di luar pusat-pusat kota tradisional ke lebih banyak provinsi, tetapi juga menyebabkan narasi yang semakin cair dan ambivalen.

HijrahFest, yang didukung oleh dukungan dari pemerintah daerah, secara strategis mencitrakan dirinya sebagai "pemberdayaan ekonomi masyarakat."

Pembingkaian ini memperluas partisipasi dan menyelaraskan festival ini dengan inisiatif pemerintah yang bertujuan untuk mempromosikan kesejahteraan masyarakat. Pada saat yang sama, penggunaan istilah seperti 'Hijrahpreneur' menyoroti orientasi religius yang khas dari gerakan ini.

Dualitas ini menunjukkan upaya untuk berintegrasi ke dalam narasi pembangunan arus utama sambil mempertahankan pandangan dunia yang berorientasi pada Hijrah yang eksklusif.

Strategi Akselerasi Pengembangan Kawasan Industri Halal - (ANTARA/Republika.co.id)

Untuk lebih lengkapnya bisa akses pdf nya di link berikut: iseas

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler