Keutamaan Bulan Sya'ban
Inilah bulan persiapan amal dan ibadah menjelang Ramadhan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Syaban telah tiba. Nama bulan di antara Rajab dan Ramadhan itu secara harfiah berarti ‘berpencar-pencar.’ Menurut Ibnu Hajar al-Asqalani dalam Fathul Bari, bulan tersebut dinamakan Sya’ban karena orang-orang Arab pada zaman dahulu berpisah-pisah ke mana-mana untuk mencari air atau di dalam gua setelah lepas bulan Rajab al-Haram.
Masyarakat sering kali menganggap remeh Syaban. Rasulullah SAW bersabda, “Itu adalah bulan yang banyak manusia melalaikannya, terletak antara bulan Rajab dan Ramadhan.” Padahal, berdasarkan hadis yang sama, jelas sekali keutamaan Syaban.
Itulah masa introspeksi sesudah lewatnya Rajab, yang merupakan salah satu dari empat bulan haram. Selama Syaban pula, umat Islam dapat lebih mempersiapkan diri menjelang datangnya bulan puasa.
Tarhib Ramadhan
Syaban adalah momen untuk menyongsong Ramadhan. Tarhib itu sudah dibiasakan oleh alim ulama sejak dahulu. Para salafush shalih sering berdoa sejak dua bulan sebelum bulan puasa, “Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban, dan pertemukanlah kami dengan Ramadhan.”
Imam Abu Bakr al-Balkhi menasihati muridnya, “Rajab adalah bulan menanam. Sya’ban adalah bulan menyirami tanaman. Ramadhan adalah bulan memanen tanaman.” Maksudnya, sejak dua bulan menjelang bulan puasa kaum Muslimin hendaknya bersiap-siap. Dengan begitu, mereka sudah terbiasa untuk mengoptimalkan amalan-amalan ketika memasuki bulan suci.
Puasa sunah
Salah satu cara pembiasaan diri itu ialah memperbanyak ibadah sunah. Rasulullah SAW dalam 30 hari sebelum Ramadhan pun giat berpuasa sunah. Hal itu berdasarkan kesaksian ummul mu`minin, Ummu Salamah, “Saya tidak pernah melihat Nabi SAW berpuasa dua bulan berturut-turut kecuali (pada) bulan Syaban dan Ramadhan” (HR an-Nasai).
Dalam sebuah hadis, Rasul SAW bersabda “Syaban merupakan bulan amal-amal diangkat menuju Rabb semesta alam. Dan saya suka jika amalanku diangkat dalam keadaan saya sedang berpuasa” (HR an-Nasai). Dalam kondisi saum, seseorang akan lebih mampu mengendalikan hawa nafsunya. Dengan demikian, ia akan condong pada kebaikan, alih-alih keburukan.
Rajin mengaji
Imam Salamah bin Kuhail rahimahullah menyatakan, “Dahulu dikatakan bahwa Syaban merupakan bulannya para pembaca Alquran.” Syaban disebut sebagai Syahr al- Qurra’ karena datang tepat sebelum Ramadhan, yang digelari Syahr al-Qur’an.
Karena itu, alangkah baiknya seorang Muslim yang lebih meningkatkan interaksinya dengan Alquran dalam bulan ini. Harapannya, ia akan lebih terlatih dalam mengaji dan menelaah Kitabullah selama Ramadhan nanti. Para alim ulama dahulu sangat serius memanfaatkan Syaban untuk itu.
Diriwayatkan dalam Lathaif al-Ma’arif karya Ibnu Rajab, Imam ‘Amr bin Qais ketika memasuki Syaban selalu menutup tokonya. Sang alim kemudian mencurahkan waktunya seharian untuk membaca Alquran.