8 Hadits Umum Ini Jelaskan Betapa Puasa Syaban tak Kalah Istimewa

Syaban adalah salah satu bulan yang dianjurkan berpuasa.

AP/Rahmat Gul
Ilustrasi orang berpuasa. Syaban adalah salah satu bulan yang dianjurkan berpuasa.
Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Syaban adalah bulan yang Rasulullah SAW kerap berpuasa di dalamnya. Ini mengapa puasa Syaban termasuk sunnah yang dianjurkan.

عَنْ عَائِشَةَ رضي الله عنها - قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لا يُفْطِرُ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لا يَصُومُ، فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلا رَمَضَانَ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ

Dari Aisyah RA, dia berkata, "Rasulullah SAW biasa berpuasa hingga kami berkata, beliau tidak pernah berbuka, dan beliau berbuka juga sampai kami bilang beliau tidak berpuasa.  Aku tidak pernah melihat Rasulullah SAW menyempurnakan puasa pada suatu bulan kecuali bulan Ramadhan, dan aku tidak pernah melihat beliau berpuasa melebihi puasa di bulan Syaban." (HR an-Nasaai).

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa bahkan Rasulullah SAW berpuasa sebulan penuh.

عَنْ أَبِي سَلَمَةَ قَالَ: سَأَلْتُ عَائِشَةَ - رضي الله عنها - عَنْ صِيَامِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَتْ: كَانَ يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ قَدْ صَامَ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ قَدْ أَفْطَرَ، وَلَمْ أَرَهُ صَائِمًا مِنْ شَهْرٍ قَطُّ أَكْثَرَ مِنْ صِيَامِهِ مِنْ شَعْبَانَ، كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ، كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ إِلا قَلِيلًا

Dari Abu Salamah, dia berkata, "Aku bertanya kepada Aisyah RA tentang puasa Rasulullah SAW, dia berkata, "Beliau berpuasa hingga kami mengatakan bahwa beliau telah berpuasa, dan beliau berbuka hingga kami mengatakan bahwa beliau telah berbuka, dan aku tidak pernah melihat beliau lebih banyak berpuasa dari pada puasa di bulan Syaban. Beliau juga pernah berpuasa Syaban sedikit saja.” (HR Ibnu Majah)

Lantas apa keutamaan berpuasa Syaban? Selain termasuk sunnah yang dianjurkan Rasulullah SAW, berikut ini delapan hadits umum yang berbicara keutamaan berpuasa.

Pertama, puasa adalah ibadah milik Allah SWT dan Dia pulalah yang akan mengganjarnya

عن أبي هريرة أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي

Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda, "Setiap amal anak Adam dilipatgandakan sepuluh kali lipat, kecuali puasa, karena puasa itu adalah milik-Ku dan Aku yang membalasnya, dia meninggalkan nafsu dan makanannya karena Aku.” (HR Bukhari Muslim)

Kedua, meraih dua kebahagiaan

عن أبي هريرة أن النبي صلى الله عليه وسلم قال:  لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا: إذَا أفْطَرَ فَرِحَ، وإذَا لَقِيَ رَبَّهُ فَرِحَ بصَوْمِهِ

Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda, "Orang yang berpuasa memiliki dua kegembiraan (yaitu) ketika dia berbuka, dia bergembira, dan ketika dia berjumpa dengan Tuhannya, dia bergembira dengan puasanya.” (HR Bukhari Muslim).

Infografis Amalan di Bulan Syaban - (Republika.co.id)
Infografis Amalan di Bulan Syaban - (Republika.co.id)

Ketiga, aroma mulut lebih wangi dari minyak misk

عن أبي هريرة أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: والذي نفس محمد بيده لخلوف فم الصائم أطيب عند الله عز وجل يوم القيامة من ريح المسك

Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Nafas orang yang berpuasa lebih disukai oleh Allah pada hari kiamat daripada bau kesturi.”

Keempat, masuk surga Rayyan

عن سهل بن سعد قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: إِنَّ فِي الجَنَّة بَابًا يُقَالُ لَهُ: الرَّيَّانُ، يدْخُلُ مِنْهُ الصَّائمونَ يومَ القِيامةِ، لاَ يدخلُ مِنْه أَحدٌ غَيرهُم، يقالُ: أَينَ الصَّائمُونَ؟ فَيقومونَ لاَ يدخلُ مِنهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ، فإِذا دَخَلوا أُغلِقَ فَلَم يدخلْ مِنْهُ أَحَدٌ

Dari Sahl bin Saad, dia berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Ada sebuah pintu di surga yang bernama Ar-Rayyan. Orang-orang yang berpuasa akan memasukinya pada hari kiamat, dan tidak ada seorang pun yang memasukinya selain mereka. Lalu dikatakan: "Di manakah orang-orang yang berpuasa itu?" Mereka akan bangkit dan tidak ada seorang pun yang masuk kecuai mereka, dan ketika mereka masuk, pintu itu ditutup sehingga tidak ada seorang pun yang bisa masuk.” (HR Bukhari Muslim)

Kelima, dijauhkan wajahnya dari neraka

عن أبي سعيد الخدري قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ما مِنْ عبدٍ يصومُ يوْمًا في سبِيلِ اللَّهِ إلاَّ بَاعَدَ اللَّه بِذلكَ اليَوْمِ وَجْهَهُ عَنِ النَّارِ

سبْعِين خريفًا

Abu Said al-Khudari berkata, “Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang hamba yang berpuasa sehari di jalan Allah, kecuali Allah akan menjauhkan wajahnya dari api neraka selama tujuh puluh tahun pada hari itu.” (HR Bukhari Muslim)

Keenam, benteng dari api neraka

عن عثمان بن أبي العاص قال : سمعت رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يقول: الصيام جُنة من النار، كجُنة أحدكم من القتال

Dari Utsman bin Abi al-Ash berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Puasa adalah tempat berlindung dari api, sebagaimana salah seorang di antara kalian berlindung dari peperangan.”

Ketujuh, menghindarkan musibah

عن حذيفة بن اليمن أن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: فِتْنَةُ الرَّجُلِ فِي أَهْلِهِ وَمَالِهِ وَجَارِهِ تُكَفِّرُهَا الصَّلَاةُ وَالصِّيَامُ وَالصَّدَقَةُ والأمر بالمعروف والنهي عن المنكر

Dari Hudzaifah bin Yaman, Nabi SAW bersabda, "Kesusahan seseorang dalam keluarganya, hartanya, dan tetangganya ditebus dengan shalat, puasa, sedekah, amar ma'ruf nahi munkar." (HR Bukhari Muslim).

Kedelapan, memberikan syafaat

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رضي الله عنهما أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: الصِّيَامُ وَالْقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، يَقُولُ الصِّيَامُ : أَيْ رَبِّ مَنَعْتُهُ الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتِ بِالنَّهَارِ فَشَفِّعْنِي فِيهِ. وَيَقُولُ الْقُرْآنُ: مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ فَشَفِّعْنِي فِيهِ. قَالَ: فَيُشَفَّعَانِ

Dari Abdullah bin Amru RA, Rasulullah SAW bersabda, "Puasa dan Alquran memberikan syafaat kepada hamba di hari kiamat, orang yang berpuasa akan berkata, "Wahai Rabbku, sesungguhnya aku telah mengharamkan baginya makan dan minum di siang hari, maka berikanlah syafaat kepadanya." Dan Alquran mengatakan, “Aku melarangnya tidur di malam hari, maka berilah syafaat untuknya.” Maka keduanya pun (atas izin Allah) memberikan syafaat.” (HR Ahmad) 

 Syaban adalah bulan yang sangat dianjurkan berpuasa, terutama pada pertengahan pertama. Lantas bolehkan berpuasa penuh selama 15 hari pertama Syaban?

Lembaga Fatwa Dar Al-Ifta Mesir, menjelaskan dibolehkan berpuasa di seluruh paruh pertama bulan Syaban, sehingga ketika 15 hari pertama Syaban telah berakhir, tidak ada puasa pada periode tersebut hingga seseorang beristirahat untuk persiapan Ramadhan, kata Dar Al-Ifta.

Dar Al-Ifta mengingatkan bahwa Rasulullah SAW melarang puasa di paruh kedua bulan Syaban, dan bahwa puasa setelah paruh kedua Syaban dibolehkan dalam beberapa hal di antaranya karena faktor kebiasaan, seperti puasa pada hari Senin dan Kamis, qadha, kafarat, dan nazar.

وأوضحت أن شهر شعبان تهيئة لرمضان فيجب استغلاله جيدًا، داعيًا الجميع إلى المواظبة على التصدق في هذا الشهر مع الصيام، كما أن شهر شعبان يغفل عنه كثير من الناس، وقد نبهنا إليه رسول الله -صلى الله عليه وسلم- حيث وقع فيه الخير للمسلمين من تحويل القبلة ففيه عظم الله نبينا واستجاب لدعائه.

Dalam jawabannya terhadap pertanyaan, "Apakah boleh berpuasa penuh pada Syaban?", Dar Al-Ifta mengutip dalil dari Nabi SAW yang bersabda:

إِذَا انْتَصَفَ شَعْبَانُ فَلا تَصُومُوا

"Jika telah memasuki pertengahan akhir Syaban, maka janganlah kalian berpuasa." (HR Abu Daud no 3237, Tirmidzi no 738, dan Ibnu Majah no 1651)

Barangsiapa yang terbiasa berpuasa pada hari Senin dan Kamis, hendaklah dia berpuasa, dan barangsiapa yang ingin membayar puasa yang ditinggalkan, hendaklah dia berpuasa, dan tidak mengapa berpuasa pada paruh kedua bulan Syaban.

Dar Al Ifta juga menjelaskan Syaban adalah persiapan untuk menyambut Ramadhan, maka hendaknya dimanfaatkan dengan baik. Lembaga yang kini dipimpin Mufti Agung Syekh Nazir Mohmmed Ayyad, mengajak semua orang untuk terus bersedekah di bulan ini selain berpuasa.

Umat juga diingatkan bahwa Syaban dilupakan oleh banyak orang, dan Rasulullah SAW telah memperingatkan kita tentang hal ini, karena pada bulan ini terjadi kebaikan bagi kaum Muslimin dengan adanya perubahan arah kiblat, maka Allah SWT memuliakan Nabi kita dan mengabulkan doanya.

Menurut Dar Al-Ifta, Aisyah RA biasa mengqadha puasa Ramadhan dengan berpuasa di bulan Syaban setelahnya. Sementara itu, para ulama berbeda pendapat tentang puasa di pertengahan kedua Syaban dalam empat pendapat.

 

Pertama, ada yang membolehkan secara mutlak berpuasa di hari yang diragukan (yaum asy-syak) baik dan hari sebelumnya. Baik berpuasa penuh separuh kedua Syaban atau dengan menyelinginya dengan berbuka satu hari (maksudnya satu hari puasa besoknya tidak), atau mengkhususkan berpuasa pada hari yang diragukan di pertengahan kedua Syaban tersebut.

Dar Al Ifta menyebutkan Ibnu Abd al-Barr mengatakan bahwa boleh berpuasa sunnah pada hari yang diragukan, hal ini merupakan pendapat para imam mazhab, sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Malik.

Pendapat kedua mengatakan tidak boleh berpuasa pada hari yang diragukan dan hari sebelumnya dari separuh yang kedua Syaban, kecuali jika puasanya bersambung dengan sebagian dari separuh yang pertama atau sesuai dengan kebiasaannya, ini merupakan pendapat yang paling kuat di kalangan Syafi'iyyah.

Ketiga, diharamkan berpuasa hanya pada hari yang diragukan dan tidak di hari lain pada paruh kedua. Ini adalah pendapat mayoritas ulama.

Namun yang direkomendasikan Dar Al-Ifta bahwa barangsiapa yang memiliki kebiasaan berpuasa, atau memiliki nadzar puasa, atau memiliki kewajiban puasa pada bRamadhan sebelumnya, maka tidak mengapa baginya berpuasa pada paruh pertama, pertengahan, atau akhir bulan Syaban.

Adapun orang yang tidak memiliki kebiasaan berpuasa, atau salah satu dari yang disebutkan di atas, maka dia tidak boleh memulai puasa pada paruh kedua bulan Syaban, akan tetapi jika dia menyambungkannya dengan paruh pertama, maka dia boleh melakukannya.

Hal ini merujuk pada hadits berikut:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لا تَقَدَّمُوا رَمَضَانَ بِصَوْمِ يَوْمٍ وَلا يَوْمَيْنِ إِلا رَجُلٌ كَانَ يَصُومُ صَوْمًا فَلْيَصُمْهُ

Dari Abu Hurairah RA, dia berkata, "Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah kalian mendahului Ramadhan dengan berpuasa sehari atau dua hari, kecuali orang yang sedang berpuasa, maka hendaklah dia berpuasa.” (HR Bukhari dan Muslim).

Dalam riwayat lain disebutkan:

Baca Juga



عن عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قالت: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ، يَصُومُ شَعْبَانَ إِلا قَلِيلا
Dari Aisyah RA, dia berkata, “Rasulullah SAW biasa berpuasa di bulan Syaban kecuali beberapa hari saja.” (HR Muslim).

 Sementara itu, Ibnu Hajar al-Asqalana dalam Fath al-Bari menjelaskan sebagai berikut:

وَقَالَ جُمْهُورُ الْعُلَمَاءِ: يَجُوزُ الصَّوْمُ تَطَوُّعًا بَعْدَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ وَضَعَّفُوا الْحَدِيثَ الْوَارِدَ فِيهِ, ووَقَالَ أَحْمَدُ وَابْنُ مَعِينٍ إِنَّهُ مُنْكَرٌ، ونقلت قول ابن قدامة فى المغني: «لَيْسَ هُوَ بِمَحْفُوظٍ – أى الحديث - وَسَأَلْنَا عَنْهُ عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ مَهْدِيٍّ، فَلَمْ يُصَحِّحْهُ، وَلَمْ يُحَدِّثْنِي بِهِ، وَكَانَ يَتَوَقَّاهُ. قَالَ أَحْمَدُ: وَالْعَلاءُ ثِقَةٌ لا يُنْكَرُ مِنْ حَدِيثِهِ إلا هَذَا

“Mayoritas ulama mengatakan dibolehkan berpuasa sunnah setelah pertengahan bulan Syaban. Mereka melemahkan hadits yang diriwayatkan dalam masalah ini. Ahmad dan Ibnu Ma'in mengatakan bahwa hadits tersebut munkar, mengutip dari Ibnu Qadamah dalam kitab Al-Mughni:

"Bukan ini hadits ini yang dipegang. Kami bertanya kepada Abdurrahman bin Mahdi tentang hal itu, namun dia tidak membenarkannya, tidak pula meriwayatkannya kepadaku, dan dia selalu menghindarinya. Ahmad berkata, "Al-'Ala' adalah orang yang dapat dipercaya, dan hanya haditsnya ini yang diperselisihkan.”

Dar Al-Ifta menambahkan, mungkin saja menggabungkan makna dari berbagai dalil di atas sebagaimana yang disampaikan Imam al-Qurthubi.

لا تعارض بين حديث النهي عن صوم نصف شعبان الثاني والنهي عن تقدم رمضان بصوم يوم أو يومين وبين وصال شعبان برمضان والجمع ممكن بأن يحمل النهي على من ليست له عادة بذلك ويحمل الأمر على من له عادة حملا للمخاطب بذلك على ملازمة عادة الخير حتى لا يقطع

"Tidak ada pertentangan antara hadits larangan berpuasa di pertengahan bulan Syaban dengan larangan mendahului Ramadhan dengan berpuasa sehari atau dua hari dan menyambung bulan Syaban dengan Ramadhan, karena keduanya bisa digabungkan dengan menafsirkan bahwa larangan berlaku bagi yang tidak memiliki kebiasaan dan perintah bagi yang memiliki kebiasaan, dengan maksud agar orang yang diajak berpuasa tetap berpegang teguh dengan kebiasaannya dan tidak terputus.”

Persiapan Menyambut Ramadhan (ilustrasi). - (Dok Republika)

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler