Pemerintahan Prabowo Targetkan Ekonomi Tumbuh 8 Persen, Mungkinkah? Ini Kata Dewan

Program Makan Bergizi Gratis diharapkan bisa bantuk dongkrak ekonomi.

ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Petugas menyiapkan paket makanan bergizi gratis (MBG) di dapur Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut (Seskoal), Cipulir, Jakarta, Selasa (14/1/2025). Dapur MBG Seskoal mendistribusikan sebanyak 3.000 sampai 4.000 makanan bergizi ke delapan sekolah dari TK sampai SMA yang berada di wilayah Cipulir.
Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Sejak 2013 hingga 2024 angka yang rilis Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia berkutat di level 5 persenan. Data terbaru BPS menunjukkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,03 persn sepanjang tahun 2024.

Dengan pertumbuhan ekonomi 5 persenan ini, belum menjadi pijakan yang memadai menuju high income country dpada 2045. Presiden Prabowo Subianto menargetkan pada masa pemerintahannya, perekonomian nasional bisa tumbuh mencapai 8 persen. Mungkinkah hal itu tercapai?

Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Sumber Daya, Said Abdullah menilai tentu saja obsesi Presiden sangat mungkin tercapai, namun harus disertai dengan sejumlah perbaikan di sektor sektor strategis.

Di sisi lain, kata Said juga perlu memberi pertimbangan kepada Presiden Prabowo, bahwa agenda pertumbuhan tinggi hendaknya menyertakan seluruh rakyat untuk menikmati kue ekonomi. Tidak ada yang tertinggal diantara mereka dalam pembangunan.

Dengan demikian, menurut Said, pekerjaan rumah ada dua hal yaitu pertama keluar dari jebakan pertumbuhan lima persenan.

Kedua, mengoreksi pertumbuhan ekonomi dengan model rembesan ke bawah (trickle down effect) yang diperkenalkan oleh Albert Hirschman, dan dijalankan oleh Presiden Ronald Reagen di Amerika Serikat (AS). Sejak oleh orde baru hingga kini kebijakan ini terus kita jalankan.

Dia menjelaskan, model kebijakan ekonomi yang memberikan insentif ekonomi bagi kalangan atas, oleh Hirschman diyakini akan memberikan spillover effect positif.

Asumsi ini mengandaikan, bila perekonomian kelas atas tumbuh karena berbagai kemudahan akan membuka lapangan kerja baru.

Pilihan kebijakan seperti ini menyisakan masalah, kata Said, sebab laju pertumbuhan ekonomi kelas atas yang mendapat insentif jauh lebih besar dibandingkan golongan menengah bawah. “Menengah bawah hanya menerima rembesan ekonomi yang terbatas,” ujar dia.

Dia menyebut, angka statistik membuktikan angka rasio gini Indonesia tergolong tinggi dengan menjalankan model kebijakan trickle down effect.

Rasio gini di akhir orde baru mencapai 0.33, dan kritikus ekonomi saat itu sudah membunyikan suara kesenjangan sosial kita tinggi.

Pascaordebaru hingga kini, rasio gini tidak pernah turun dibawah 0.33, bahkan pernah mencapai 0.437 pada 2013. Sepuluh tahun terakhir rasio gini di rentang 0,38 hingga 0,40, artinya kesenjangan sosial masih tinggi.

“Pembuktian kedua bisa kita gunakan analisa Thomas Piketty tentang ketidaksetaraan terjadi bila kekayaan privat berkembang lebih cepat dari pendapatan nasional,” kata dia.

Data credit Suisse 2022 menunjukkan 66,8 persen penduduk Indonesia dewasa memiliki kekayaan dibawah 10 ribu dolar AS, dikelompok atas, sebanyak 2 persen penduduk dengan kekayaan 100 ribu–1 juta dolar AS, dan sebanyak 0,1 persen penduduk dewasa dengan kekayaan diatas 1 juta dolar A. Rasio gini kekayaan makin senjang, mencapai skor 0,78.

Pertumbuhan Inklusif

Dia mengapresiasi berbagai kebijakan yang ditempuh oleh Presiden Prabowo dalam mengonsolidasikan sumber sumber anggaran pembangunan, agar pertumbuhan ekonomi bisa melampaui target APBN 2025 sebesar 5,2 persen, lebih dari itu pertumbuhan ekonominya agar lebih inklusif.

Terbaru melalui instruksi presiden, pemerintah melakukan langkah efisiensi belanja negara. Dengan demikian, APBN diharapkan lebih fokus untuk membiayai program program strategis, seperti; perbaikan gizi anak, kesehatan, pendidikan, kemandirian pangan, dan energi.

Kelas menengah tergerus, ekonomi terancam - (Dok Republika)

Dengan program gizi dan pendidikan yang baik, permintaan tenaga kerja sehat dan terdidik di pasar tenaga kerja bisa kita penuhi. Tentu ini bukan program sekali jadi, akan tetapi harus berkelanjutan.

Bila dijalankan secara massif dan sistematis, maka outcomenya untuk mendapatkan tenaga kerja berkualitas bisa diharapkan lebih cepat.

Baca Juga


“Menyelam, sambil minum susu, Program Makan Bergizi Gratis (MBG) hendaknya bisa dijalankan lebih inklusif,” kata dia.

Badan Pangan Nasional (Bapanas) dapat mengorganisisasi para pelaku Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di tiap tiap wilayah. Dengan standar produk dan layanan yang telah ditetapkan, mereka dapat menjadi pemasok MBG.

“Langkah ini bisa menjadi penggerak kebangkitan UMK yang berjumlah lebih dari 65 juta, serta mendongkrak daya beli menengah bawah yang terus menurun sejak paska pandemi,” kata dia.

Selain itu, Said mengungkapkan pada sektor hulu, Program MBG dapat mendorong permintaan kebutuhan bahan makanan. Dengan demikian Bapanas juga bisa bersinergi dengan pemerintah daerah dan desa untuk menata rantai pasoknya di tiap tiap wilayah.

Permintaan berskala besar ini akan memberi nyawa rangkap bagi para petani dan peternak lokal. Dari sisi subsidi bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR), pemerintah bisa fokuskan pada petani, peternak dan UMK yang menopang Program MBG ini.

Program MBG juga bisa menjadi pijakan awal kita memulai kemandirian pangan nasional.
“Jika langkah besar ini bisa organisasi dengan baik, dengan sendirinya akan mengurangi alokasi subsidi program bantuan sosial, yang alokasinya sangat besar dalam 10 tahun terakhir, namun tidak membawa dampak pemberdayaan, dan malah menjelma menjadi alat politik,” tutur dia.

Said berpandangan diluar APBN, tampaknya Presiden Prabowo juga mendorong konsolidasi Badan Usah Milik Negara (BUMN). Salah satunya pembentukan super holding Danantara. Danantara bisa menjadi mesin pertumbuhan ekonomi, sebab dengan capital expenditure (capex) yang besar dari Danantara lebih memungkinkan mengelola arah investasi strategis, setidaknya untuk membangkitkan industri nasional.

Dua kata kunci dari Danantara yaitu investasi dan industrialisasi yang terarah. Langkah ini bisa menjadi tonggak penting bagi perluasan program hilirisasi yang dikelola langsung oleh BUMN. Namun sasarannya harus fokus, yakni pengelolaan sumber daya alam menjadi barang industri yang menjadi rantai pasok global.
Dirinya berkeyakinan, jika dua pilar APBN dan BUMN programnya dapat teroganisasi dengan baik, maka kita bisa meraih dual hal sekaligus, yakni pertumbuhan ekonomi tinggi, keluar dari jebakan 5 persenan, dan pertumbuhan ekonomi yang di topang oleh para pelaku ekonomi arus bawah hingga menengah, dengan sendirinya pertumbuhan ekonomi kita jauh lebih inklusif.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler