Warga Australia Demo Trump: Palestina tidak untuk Dijual
Demonstran mengecam perdana menteri yang membantu politik Trumpian masuk ke Australia
REPUBLIKA.CO.ID,SYDNEY — Ratusan warga Australia turun ke jalan untuk memprotes rencana pengambilalihan Gaza oleh Amerika Serikat (AS) yang diusulkan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Rencana Trump terkait Gaza dikecam luas di berbagai belahan dunia.
Sejumlah bendera Palestina berkibar di Balai Kota Sydney pada Jumat malam, para pembicara mengecam rencana Trump sebagai orang dengan gagasan “memuakkan” dan “benar-benar tercela” seperti perbuatan pembersihan etnis.
Trump menyarankan agar AS mengambil alih, memiliki, dan membangun kembali Jalur Gaza yang telah hancur, sementara warga Palestina direlokasi ke tempat lain. Gedung Putih AS telah berusaha untuk menarik kembali komentar tersebut, sebelum Trump mengulangi visinya untuk mengambil alih Gaza.
Di Sydney, Australia, para pengunjuk rasa memegang papan bertuliskan “Palestina tidak untuk dijual” dan “Tanah dan kehidupan kami adalah suci”, sementara yang lain mengatakan bahwa dorongan presiden AS tersebut menandakan “era fasisme telanjang.”
Banyak yang memusatkan perhatian mereka pada Perdana Menteri Anthony Albanese, yang tidak mengutuk proposal pengambilalihan AS, tetapi menegaskan kembali dukungan Australia untuk solusi dua negara.
“Bahkan saya berpikir bahwa pasti, pasti pemerintah Partai Buruh yang pengecut ini harus mengecam rencana pembersihan etnis Palestina dari Gaza,” kata senator Partai Hijau Mehreen Faruqi kepada mereka yang hadir, dikutip dari laman The Canberra Times, Jumat (7/2/2025)
“Anthony Albanese membantu politik Trumpian masuk ke negara ini, di bawah Albanese, Partai Buruh telah menjadi cangkang hampa yang tidak berarti apa-apa,” ujarnya.
Penyelenggara Palestine Action Group, Josh Lees mengatakan, komentar Trump memuakkan dan merupakan seruan terbuka untuk melakukan pembersihan etnis.“Ini menandakan satu lagi babak yang mengerikan dalam sejarah penindasan Israel terhadap rakyat Palestina, di mana presiden AS secara terbuka mengatakan hal-hal yang tercela seperti ini,” ujar Josh Lees dalam aksi tersebut.
“Anda dapat menggunakan kata genosida itu bukan hanya apa yang diserukan oleh Trump, tapi juga apa yang telah terjadi di Gaza,” ujar Josh Lees.
Pada Kamis, perdana menteri ditanya apakah dia setuju dengan pernyataan rekannya dari Inggris Keir Starmer bahwa warga Gaza harus diizinkan untuk membangun kembali dan kembali ke rumah mereka.“Menurut anda, apakah solusi dua negara itu?” Kata Albanese.
“Kami akan terus mengambil posisi kami, yang telah kami lakukan untuk jangka waktu yang lama ini adalah posisi bipartisan untuk solusi dua negara,” ujar dia.
Dutton menggambarkan presiden sebagai “pemikir besar dan pembuat kesepakatan” sebelum kemudian mengklarifikasi bahwa ia masih mendukung solusi dua negara.
Juru bicara Kementerian Dalam Negeri dari Partai Buruh, James Paterson, mengatakan bahwa dorongan Trump merupakan “sebuah ide yang terus berkembang”, dan menambahkan bahwa “semua orang setuju bahwa Gaza harus dibangun kembali”.
“Gedung Putih telah menegaskan bahwa tidak ada pasukan AS, tidak ada uang AS dan tidak ada pemindahan paksa orang-orang dari Gaza,” katanya.
“Semua orang setuju bahwa Hamas tidak memiliki peran dalam pemerintahan masa depan Gaza, ini adalah tentang bagaimana kita mencapainya.”
Presiden Australia Palestine Advocacy Network, Nasser Mashni, mengatakan bahwa komentar tersebut “melegitimasi” rencana Trump dan memperlakukan Gaza sebagai alat tawar-menawar.
Para ahli hukum internasional telah menyarankan bahwa pengambilalihan Gaza oleh AS tidak akan sah karena penggunaan kekerasan dilarang.
Kelompok-kelompok Yahudi Australia secara luas menolak usulan Trump untuk merelokasi penduduk Palestina dan berpendapat bahwa keputusan untuk tinggal atau meninggalkan Gaza adalah keputusan mereka sendiri.