Bolehkah Berpuasa Syaban tanpa Putus Hingga Memasuki Ramadhan?

Rasulullah menjalankan ibadah puasa paling banyak di bulan Syaban.

Republika.co.id
Infografis Amalan di Bulan Syaban
Red: A.Syalaby Ichsan

REPUBLIKA.CO.ID, Bulan Syaban merupakan bulan mulia di dalam Islam. Satu dari empat bulan haram tersebut merupakan gerbang menuju bulan suci Ramadhan. Ketika bulan Sya'ban, umat Islam pun meningkatkan intensitasnya untuk beribadah kepada Allah SWT, termasuk berpuasa.

Baca Juga


Dilansir dari About Islam, Cendekiawan Muslim terkemuka yang juga Ketua Komite Fatwa Al-Azhar, almarhum Syekh Atiyyah Saqr pernah menyampaikan mengenai posisi puasa di bulan-bulan mulia dalam Islam.

Terdapat hadits shahih tentang keutamaan puasa di bulan Syaban. Imam Bukhari meriwayatkan bahwa Sayyidah Aisyah berkata, "Nabi biasa menjalankan puasa paling banyak di bulan Syaban; bahkan nampaknya Nabi berpuasa sepanjang bulan itu. Dalam riwayat mengenai hal ini, diriwayatkan bahwa Nabi SAW melakukan hal tersebut dalam rangka menyambut datangnya bulan Ramadhan."

An-Nasa’i meriwayatkan bahwa Usamah bin Zaid ra bertanya kepada Nabi, “Aku belum pernah melihatmu berpuasa di bulan seperti yang kamu lakukan di bulan Syaban.”

Nabi bersabda, “Ini adalah bulan yang diabaikan orang, yaitu antara Rajab dan Ramadhan. Pada bulan itu amal dipersembahkan kepada Allah Tuhan semesta alam, maka aku senang amalku dipersembahkan ketika aku sedang berpuasa.”

Adapun puasa yang terus-menerus atau puasa di akhir bulan Syaban dan menghubungkannya dengan Ramadhan, kata Syekh Saqr, tidak dianjurkan berpuasa pada waktu tersebut. Sebab, di dalam hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Abu Dawud yang menjadi dasar pendapat Imam Syafii, hal itu tidak dibolehkan karena dilarang berpuasa dua hari sebelum Ramadhan.


 

Mengenai bulan Syaban, Nabi SAW biasa berpuasa di dalamnya. Meski demikian, ada nasihat bagi umat Islam untuk tidak membebani diri mereka sendiri dengan berpuasa melebihi kemampuan mereka.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim, Sayyidah Aisyah  meriwayatkan, "Nabi tidak pernah berpuasa pada bulan apa pun lebih dari pada bulan Syaban. Beliau bersabda: “Lakukanlah amalan yang mudah kamu kerjakan, karena Allah tidak akan lelah (memberi pahala) sampai kamu bosan dan lelah (melakukan amal shaleh).”

Terlebih lagi, kata Syekh Saqr, jika seseorang tetap berpuasa dua bulan berturut-turut padahal hal ini mungkin mempengaruhi puasa Ramadhan, maka ia akan lalai.  Demikian pula halnya dengan puasa karena nazar karena akan membebani seseorang.

Namun, puasa Rajab dan Syaban dibolehkan bagi yang mampu berpuasa tanpa merasa lelah. Selain itu, jika seorang istri ingin menjalankan puasa sunnah, ia harus meminta izin suaminya. Hal ini sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim, "Seorang wanita tidak boleh berpuasa (puasa sunnah) kecuali dengan izin suaminya."

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler