Kisah Muslim Terakhir Masuk Surga

Hadis Nabi SAW ini menuturkan perihal Muslim terakhir yang masuk surga.

Pixabay
Ilustrasi Surga
Red: Hasanul Rizqa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad SAW bersabda, "Sosok yang paling terakhir masuk surga adalah seorang lelaki. Sesekali, dia berjalan. Sesekali dia merangkak. Sesekali api neraka menjilat dan membakar kulitnya.

Baca Juga


Apabila dia telah berhasil keluar dari api neraka, dia menoleh kepadanya seraya berkata, 'Sungguh, aku bersyukur kepada Zat yang telah menyelamatkan diriku darimu (neraka). Sungguh, Allah telah memberikanku sebuah karunia yang tidak Dia berikan kepada seorang pun, dari kalangan terdahulu maupun generasi sesudahku.'

Kemudian, ditumbuhkanlah sebatang pohon untuknya. Orang itu lalu mengangkat tangannya dan berdoa, 'Wahai Tuhanku, dekatkanlah aku kepada pohon itu. Aku ingin berteduh di bawah naungannya dan minum dari airnya!'

Maka Allah berfirman kepadanya, 'Wahai anak Adam! Bisa jadi jika Aku penuhi permintaanmu itu, kamu akan meminta kepada-Ku hal yang lain lagi.'

Orang itu berkata, 'Tidak akan begitu, wahai Tuhanku.' Maka dia berjanji kepada Allah bahwa dirinya tidak memohon hal yang lain lagi kepada-Nya.

Namun, Allah memaklumi hal tersebut. Sebab, lelaki itu melihat apa yang tidak dapat dia tahan. Maka Allah Ta'ala pun mendekatkan pohon itu kepadanya.

Kemudian, lelaki itu pun berteduh di bawah rindangnya pohon itu dan minum dari airnya. Lantas, ditumbuhkanlah untuknya sebatang pohon lain yang lebih bagus daripada pohon yang pertama.

Sesudah melihat itu, lelaki tersebut berdoa, 'Wahai Tuhanku, dekatkanlah aku kepada pohon yang bagus itu untukku minum dari airnya dan berteduh di bawah teduhannya. Aku tidak akan meminta kepada-Mu hal-hal yang selainnya.'

Maka Allah berfirman, 'Wahai anak Adam, bukankah kamu telah berjanji kepada-Ku untuk tidak meminta kepadaku hal yang lainnya lagi? Bisa jadi jika Aku mendekatkan dirimu kepada pohon itu, kamu akan meminta kepada-Ku hal yang lain lagi.'

Lelaki itu pun berjanji kepada Allah untuk tidak meminta hal yang lain lagi kepada-Nya. Akan tetapi, Tuhannya memaklumi hal tersebut.

Sebab, lelaki itu melihat apa-apa yang tidak dapat keinginannya dia tahan. Maka Allah pun mendekatkannya kepada pohon yang lebih bagus daripada pohon pertama itu. Maka, lelaki itu berteduh di bawah rindangnya dan minum dari airnya pohon itu.

Kemudian, ditumbuhkanlah untuknya sebatang pohon yang lebih bagus daripada kedua pohon yang telah ia lihat. Kali ini, pohon tersebut tumbuh di dekat pintu surga.

Lelaki itu pun berdoa, 'Wahai Tuhanku, dekatkanlah diriku kepada pohon itu agar aku dapat berteduh di bawah teduhannya dan minum dari airnya. Aku tidak akan meminta kepada-Mu yang selain itu.'

Namun, Tuhan memaklumi hal itu karena lelaki itu melihat hal yang tidak dapat dia tahan. Maka Allah pun mendekatkannya kepada pohon itu.

Ketika Allah mendekatkannya kepada pohon itu, maka lelaki tersebut mendengar suara para penghuni surga. Ia merasa sangat ingin masuk ke dalam surga, sebagaimana mereka.

Namun, lelaki itu merasa bahwa surga telah penuh sesak sehingga dirinya tidak bisa masuk. Maka ia memelas kepada Allah, 'Wahai Tuhanku, masukkanlah aku ke dalam surga.'

Allah berfirman kepadanya, 'Pergilah engkau, masuklah engkau ke surga.'

'Wahai Rabbku, aku mendatangi surga, tetapi sepertinya telah penuh,' katanya.

Allah berfirman kepadanya, 'Pergilah engkau dan masuklah ke dalam surga. Untukmu surga seperti dunia dan 10 kali lipat darinya (kenikmatan dunia).'

Orang itu berkata, 'Wahai Tuhanku, apakah Engkau hendak mengejekku, padahal Engkau adalah Tuhan Pencipta alam semesta?'"

Abdullah bin Mas'ud--yang meriwayatkan hadis ini--tertawa. Orang-orang yang mendengarkannya pun bertanya, "Mengapa engkau tertawa?"

Ibnu Mas'ud menjelaskan, "Dahulu pun Rasulullah SAW tertawa (ketika menceritakan bagian ini) sehingga para sahabat bertanya, 'Mengapa engkau tertawa, wahai Rasulullah?'"

Beliau menjawab, "Karena Tuhan alam semesta tertawa ketika lelaki itu berkata, 'Wahai Rabbku, apakah Engkau hendak mengejekku, padahal Engkau adalah Tuhan, Pencipta alam semesta?'"

"Maka Allah berfirman kepadanya, 'Aku tidak mengejekmu. Akan tetapi, Aku Maha Kuasa untuk melakukan segala sesuatu yang Aku kehendaki.'"

Hadis panjang di atas menunjukkan, tabiat manusia biasa ialah melanggar janji yang telah diucapkannya. Lelaki di kisah tersebut beberapa kali berjanji kepada Allah, tetapi kemudian melanggar janjinya begitu melihat satu per satu kenikmatan yang disediakan Allah.

Allah tidak mungkin mengingkari janji-Nya. "Sungguh, Allah tidak menyalahi janji” (QS Ali Imran: 9).

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler