Ekonomi Indonesia pada Kuartal I 2025 Diprediksi Stabil, Rupiah Menguat Tipis
Perekonomian Indonesia di kuartal I 2025 diperkirakan tumbuh 4,98-5 persen.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Nilai tukar rupiah mengalami penguatan pada perdagangan Rabu (12/2/2025). Pengamat menilai penguatan Mata Uang Garuda terjadi seiring dengan ekspektasi kondisi ekonomi Indonesia pada kuartal I 2025 yang dinilai stabil.
Mengutip Bloomberg, rupiah menguat 7,50 poin atau 0,05 persen menuju level Rp 16.376 per dolar AS pada penutupan perdagangan Rabu (12/2/2025). Pada perdagangan sebelumnya, rupiah berada di level Rp 16.383 per dolar AS.
“Perekonomian Indonesia di kuartal I 2025 diperkirakan tetap stabil dengan pertumbuhan sekitar 4,98—5 persen. Salah satu faktor pendorong utamanya adalah konsumsi domestik dan investasi,” kata Pengamat Mata Uang Ibrahim Assuaibi dalam keterangannya, Rabu (12/2/2025).
Ibrahim mengatakan, ekonomi domestik perlu diperkuat agar bisa memitigasi dampak yang ditimbulkan dari faktor eksternal. Dukungan kebijakan untuk kelas menengah, juga penting untuk memperkuat ekonomi.
Ia menyebut, konsumsi masih cenderung flat, terbukti dari kondisi net bank balance masih negatif. Hal itu menunjukkan, konsumen telah menghabiskan tabungan mereka untuk mempertahankan tingkat konsumsi saat ini, yang tidak bisa berlangsung terus-menerus. Fenomena ini terjadi khususnya di rumah tangga kalangan menengah ke bawah.
Adapun, pada tahun ini terdapat beberapa program yang sudah mulai dijalankan pemerintah. Misal, makan bergizi gratis (MBG), kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) 6,5 persen, sejumlah paket stimulus seperti diskon listrik 50 persen selama dua bulan (Januari—Februari 2025) bagi pelanggan listrik dengan daya listrik terpasang hingga 2.200 VA, dan kebijakan untuk UMKM.
“Sejalan dengan itu, pada kuartal I 2025 juga ada momentum Ramadan, yang biasanya mendorong laju konsumsi rumah tangga,” tuturnya.
Meskipun begitu, lanjut Ibrahim, program MBG yang sudah mulai dijalankan belum terlihat dampaknya secara signifikan. Pasalnya program ini juga masih bertahap dan belum terealisasi 100 persen.
“Memang program MBG akan mendorong sektor-sektor terkait, seperti logistik, packaging, makanan dan minuman. Namun karena belum berjalan maksimal, program tersebut hanya akan menyumbang 0,1 persen terhadap pertumbuhan ekonomi kuartal I 2025,” jelasnya.
Di samping itu, kinerja ekspor juga diperkirakan masih stagnan pertumbuhannya, dan akan tumbuh melambat dibandingkan dengan impor. Kejadian serupa terjadi pada tahun lalu, yang mana impor justru menghambat dorongan pertumbuhan ekonomi di tahun tersebut.
Selain sentimen dalam negeri, Ibrahim menerangkan sejumlah sentimen eksternal yang memengaruhi pergerakan fluktuasi rupiah. Terutama mengenai kebijakan tarif perdagangan oleh Presiden AS Donald Trump.
“Investor masih mencerna pengenaan tarif perdagangan yang lebih tinggi oleh Presiden Donald Trump minggu ini, yang diperkirakan berpotensi mendukung inflasi dan membebani pertumbuhan ekonomi dalam beberapa bulan mendatang. Trump telah mengisyaratkan niatnya untuk mengenakan lebih banyak tarif,” ujar Ibrahim.
Ibrahim menuturkan, Ketua Federal Reserve Jerome Powell semakin meremehkan ekspektasi untuk penurunan suku bunga. Powell mengatakan kepada Komite Perbankan Senat pada Selasa bahwa Fed tidak terburu-buru untuk memangkas suku bunga, mengingat bahwa Fed telah memangkas suku bunga sebesar 1 persen pada 2024, dan bahwa ekonomi tetap kuat.
Komentarnya menggemakan komentar dari pertemuan kebijakan Januari, di mana bank sentral mempertahankan suku bunga tetap dan mengisyaratkan sedikit niat untuk memangkas suku bunga lebih lanjut dalam waktu dekat. Ketua Fed akan bersaksi di hadapan Kongres pada hari Rabu, di mana ia kemungkinan akan ditanyai tentang dampak kebijakan Trump terhadap ekonomi dan inflasi.
Beberapa anggota Fed telah memperingatkan bahwa tarif Trump dapat mendukung inflasi. Sebelum kesaksian Powell, data inflasi indeks harga konsumen untuk bulan Januari juga akan dirilis pada hari Rabu. Analis Goldman Sachs mengatakan mereka memperkirakan CPI inti akan sedikit di atas konsensus, yang menunjukkan bahwa inflasi tetap stabil.
“Diperkirakan untuk perdagangan besok (Kamis, 13 Februari 2025), mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 16.360—Rp 16.430 per dolar AS,” tutupnya.