RI dan ASEAN Terancam Jadi Target Peretasan Kelompok Spionase APT, Siapa Mereka?
Aktor APT semakin aktif menyusup ke sektor pemerintahan, pertahanan dan infrastruktur
REPUBLIKA.CO.ID, VIENTIANE — Studi terbaru dari ASEAN-Japan Cybersecurity Community Alliance (AJCCA) mengungkap kawasan Asia Tenggara menghadapi risiko kritis dari peretas spionase yang terkait dengan kelompok Advanced Persistent Threat (APT). Temuan ini dipresentasikan dalam Workshop Intelijen Ancaman Siber yang diselenggarakan di Hotel Crowne Plaza, Vientiane, Laos, pada Selasa (18/2/2025).
Menyoroti ancaman spionase siber yang menargetkan negara-negara ASEAN, studi ini menegaskan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Tim Intelijen Ancaman Trend Micro. Studi tersebut menemukan bahwa aktor APT semakin aktif dalam menyusup ke sektor pemerintah, pertahanan, dan infrastruktur kritis di Asia Tenggara.
Workshop intelijen pertama
Workshop Intelijen Ancaman Siber ini merupakan acara pertama yang diselenggarakan oleh AJCCA. Workshop tersebut dibuka secara resmi oleh Ketua AJCCA, Rudi Lumanto, yang menekankan pentingnya berbagi intelijen ancaman untuk menghadapi ancaman siber yang semakin canggih.
“Budaya berbagi intelijen ancaman sangat penting untuk memperkuat keamanan regional. Tanpa kolaborasi, kita akan tertinggal dalam mendeteksi dan merespons ancaman siber berbasis spionase,” ujar Ketua Rudi Lumanto dalam pidato pembukaannya lewat keterangan tertulis.
Workshop ini dihadiri oleh pakar keamanan siber dari ASEAN dan Jepang, serta perwakilan pemerintah dan lembaga keamanan siber dari negara-negara ASEAN. Narasumber dari Indonesia, Brunei, Vietnam, dan Malaysia menyampaikan materi yang memberikan wawasan baru tentang ancaman spionase dan strategi berbagi intelijen.
Membangun kerangka intelijen ancaman regional
Salah satu poin utama dalam workshop ini adalah pemaparan dari Rudi Lumanto mengenai tahapan penting dalam membangun Program Intelijen Ancaman yang efektif. Ia menekankan pentingnya intelijen yang tepat waktu, akurat, dan relevan agar dapat menghasilkan intelijen yang dapat ditindaklanjuti (actionable intelligence) untuk mengatasi ancaman siber secara nyata.
Respon positif dari para peserta menunjukkan adanya kebutuhan besar untuk kolaborasi lebih lanjut dalam berbagi intelijen keamanan siber di ASEAN. Dengan meningkatnya ancaman siber berbasis spionase, inisiatif AJCCA ini menjadi langkah penting dalam memperkuat pertahanan keamanan siber regional terhadap aktor APT.
Dengan peretas spionase yang semakin aktif menargetkan ASEAN, kerja sama, berbagi intelijen, dan strategi pertahanan proaktif menjadi kunci dalam melindungi keamanan nasional dan infrastruktur kritis di kawasan ini.