Danantara dan Target Pertumbuhan Ekonomi
Danantara diharapkan realisasikan target pertumbuhan ekonomi.
Oleh : Qomaruddin SE M Kesos, Sekretaris DPC Partai Demokrat Lamongan
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Keadaan pascatransisi kepemimpinan, pemerintahan pak Prabowo subianto mengalami kesulitan dalam merespons keadaan pertumbuhan ekonomi yang mengalami stagnan di angka 4.95 persen (yoy).
Negara pada waktu itu dengan modal hutang yang bigutu besar mestinya mampu merealisasikan pertumbuhan ekonomi lebih dari 5 persen. Yang terjadi Negara malah terlilit hutang, per 2025 hutang yang ditangung negara sebesar 8.400 dan diproyeksikan akan menambah utang lagi pada 2025 sebesar 775 triliun, ini merupakan angka yang sangat fantastis. selain nilai hutang yang tinggi, Negara juga harus membayar hutang jatu tempo yang nilainya mencapai 800,33 triliun yang terdiri dari utang atas SBN 705,5 triliun dan utang pinjaman 100,19 triliun.
Untuk bisa keluar dari situasi jeratan hutang yang besar dan rumit, bapak prabowo subianto pada bulan (Februari) menerbitkan dua kebijakan penting sekaligus, Yang pertama adalah kebijakan efisensi APBN sebesar 308 triliun dan yang kedua adalah membentuk Badan Pengelola Investasi BPI Danantara, dengan badan Danantara Pemerintah menargetkan penglolan aset BUMN lebih dari 900 miliar dollar AS (sekitar Rp 14.000 triliun). Sementara itu, investasi awal yang akan disiapkan pemerintah mencapai 20 miliar dollar AS (sekitar Rp 325,8 triliun). Ini merupakan Investasi Big Super di negeri ini.
Adapun Tugas BPI Danantara yaitu mengelola dan mengoptimalisasi semua aset-aset Badan Usaha Milik Negara (BUMN), termasuk juga dividen atau keuntungan dari penyelenggaraan usahanya.
Yang sebelumnya keuntungan BUMN menjadi penerimaan negara bukan pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), kini dana tersebut akan dialihkan ke Danantara untuk diinvestasikan. Adapaun program strategis yang akan menjadi target investasi danantara adalah, ketahanan energi, hilirasasi, ketahanan pangan dan industri manufaktur.
Namun dengan kebijakan tersebut, publik tetap ramai dalam merespon Dua kebijakan bapak presiden prabowo ini, ada yang pro maupun kontra. Banyak Publik yang mempertanyakan Apakah mungkin dengan dua kebijakan yang sangat mendasar itu, pemerintah mampu untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara sampai 8 persen, sesuai dengan target yang di inginkan oleh bapak presiden prabowo subianto, atau sebaliknya dengan adanya lembaga Sovereign Wealth Fund (SWF) Danantara ini malah menjadi ladang conflic of interest yang pada akhirnya berakibat pada dis orentasi yang tidak sesuai dengan tujuan awal.
Misalnya sebagian pengamat menilai Jika sebagian besar aset diinvestasikan ke dalam proyek jangka panjang yang tidak likuid, maka akan terdapat risiko bahwa Danantara akan kesulitan mendelivery dana, disaat yang sama dibutuhkan untuk operasional atau untuk menghadapi situasi darurat ekonomi (economic exseption).
BACA JUGA: Kritik Tajam Media Israel Atas Kondisi Riil Tentara Kini Bikin Telinga Elite Panas
Artinya pengambilan kebijakan ini cukup berani dengan berbagai resikonya, namun juga cukup strategis dalam memecah kebuntuhan atas situasi kas negara yang terlilit utang. Jika program ini berhasil maka perekonomian indonesia bisa take off lebih tinggi dan kuat yang tentunya akan memberikan dampak atau trickle down effect pada kesejahteraan masyarakat. Namun jika kebijakan tentang danantara ini dikelola tidak transparan dan tidak akuntabel maka nasibnya akan bisa sama dengan 1MDB di malaysia.
Jika kita amati lebih mendalam sebetulnya kebijakan Danantara ini seperti halnya teori Harrod-Domar (menabung dan investasi) teori ini didasarkan pada asumsi bahwa masalah pembangunan pada dasarnya merupakan masalah menambah investasi modal. Masalah keterbelakangan adalah masalah kekurangan modal. Kalau ada modal dan modal tersebut di investasikan hasilnya adalah pertumbuhan ekonomi.
Dalam rangka memecahkan permasalahan di negeri ini, keinginan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi 8 persen, P residen Probowo Subianto menerapkan teori ini dengan mempertebal tambahan modal untuk di investasikan.
Baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Memang pada dasarnya teori Harrod-domar ini banyak mengalami modifikasi tapi secara subtansial tetap memiliki kesamaan. Namun Secara teknisnya tentunya berbeda-beda strateginya.
Secara umum model teori pembangunan ini menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi bergantung pada Tingkat tabungan nasional dan Produktivitas investasi modal, dimana hal ini sering disebut dengan istilah (rasio modal-output ).
Sederhananya untuk menghitun Rasio Modal-Output (COR) dari sebuah investasi pada suatu program kurang lebihnya adalah jika sebuah program membutukan modal senilai 100 dan menghasilkan setiap 10 output tahunan, maka rasio modal-output adalah 10 banding 1. Namun bila ada Rasio modal-output 3 banding 1 menunjukkan bahwa hanya diperlukan modal sebesar 30 untuk menghasilkan setiap 10 output tahunan.
Artinya Jika rasio modal-output rendah, suatu perekonomian dapat menghasilkan banyak output dengan modal yang sedikit. Jika rasio modal-output tinggi, maka perekonomian membutuhkan banyak modal untuk produksi, dan perekonomian tidak akan memperoleh nilai output yang besar dengan jumlah modal yang sama.
Poin pentingnya adalah ketika sumber daya modal berkualitas tinggi, maka rasio output modal akan lebih rendah. Dan Model dasar Harrod-Domar mengatakan: Tingkat pertumbuhan PDB = Rasio tabungan / rasio output modal Contoh numeriknya.
Jika tingkat tabungan 10 persen dan rasio output modal 2, maka suatu negara akan tumbuh sebesar 5 persen per tahun. Jika tingkat tabungan 20 persen dan rasio output modal 1,5, maka suatu negara akan tumbuh sebesar 13,3 persen per tahun. Jika tingkat tabungan 8% dan rasio output modal 4, maka negara akan tumbuh sebesar 2 persen per tahun. Berdasarkan model tersebut, maka laju pertumbuhan ekonomi dapat ditingkatkan dengan salah satu dari dua cara:
Pertama meningkatnya tingkat tabungan dalam perekonomian (yaitu tabungan nasional bruto sebagai persen PDB) mengurangi rasio output modal (yaitu meningkatkan kualitas / produktivitas input modal), meningkatkan kualitas modal investasi pada sasaran yang tepat dan terukur akan memberi dampak pada rasio output modal yang rendah dan berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan ekonomi. Impact dari kebijakan semua itu memberi efek positif pada pertumbuhan ekonomi (economic growth).
Contoh selanjutnya Jika perekonomian memiliki tingkat tabungan sebesar 20 persen dari PDB, atau 40 juta dolar AS. Jika tingkat investasi juga 20 persen, atau 40 juta dolar AS, maka stok modal akan tetap sama, dan tidak akan ada pertumbuhan ekonomi.
Namun, jika tingkat investasi meningkat menjadi 25 persen, atau 50 juta dolar AS, stok modal akan meningkat sebesar 10 juta dolar AS, dan output akan meningkat sebesar 20 dolar AS juta. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan tingkat investasi menyebabkan pertumbuhan ekonomi.
Dari contoh ini menggambarkan konsep utama model Harrod-Domar bahwa dengan modal investasi akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi, Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa model Harrod-Domar juga banyak dikritik karena asumsinya yang terlalu sederhana dan kegagalannya dalam memperhitungkan peran teknologi dan inovasi dalam pertumbuhan ekonomi. Selain itu Setiap perbaikan lebih lanjut harusnya berasal dari penelitian dan pengembangan (R&D) yang juga membutuhkan biaya mahal dan harus di tangung oleh negara.
BACA JUGA: 'Israel Telah Menjadi Bahan Tertawaan di Timur Tengah'
Kesimpulanya kita sangat mengapresiasi langka presiden prabowo subianto yang cukup berani mengambil kebijakan efisiensi dan membuat lembaga investasi dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan dengan segala macam resikonya.
Semoga Pembentukan BPI Danantara berjalan dengan prinsip-prinsip transparans,i akuntabilitas, para pengurusnya berintegritas dan memiliki kapasitas yg standar. Salnjutnya perlu dibuat team pengawasan yang ketat terhadap operasional Badan ini dan evaluasi secara priodik. Agar BPI Danantara ini tidak terinflitrasi dan atau terintervensi dari berbagai kepentingan politik. Pak prabowo harus memastikan pada rakyak agar lembaga ini bersih dan kerja fokus pada peningkatan pertumbuhan ekonomi bangsa ini.