Provokasi Terbaru Israel di Masjid Al Aqsa Jelang Ramadhan dan Reaksi Keras Hamas

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA — Gerakan Perlawanan Islam, Hamas, mengutuk keputusan Israel yang membatasi akses jamaah ke Masjid Al Aqsa selama bulan suci Ramadan.

Dalam sebuah pernyataan, kelompok yang memimpin faksi-faksi pejuang Palestina tersebut menunjuk pada rekomendasi polisi Israel untuk mengizinkan hanya 10.000 jamaah untuk melaksanakan sholat Jumat di Kompleks Al-Aqsa. Hamas menyatakan,  keputusan tersebut merupakan preseden berbahaya yang bertujuan untuk merusak kebebasan beragama.

Hamas mengatakan bahwa rekomendasi polisi Israel merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap semua norma, perjanjian, dan hukum. Hamas menambahkan bahwa hal itu merupakan provokasi langsung terhadap umat Islam. Pernyataan itu juga menekankan bahwa kebijakan semacam itu tidak akan mengubah identitas dan sejarah Masjid Al-Aqsa.

Lebih jauh lagi, Hamas menganggap pendudukan sepenuhnya bertanggung jawab atas konsekuensi pengambilan keputusan drastis tersebut.

Hamas kemudian meminta Organisasi Kerja Sama Islam dan masyarakat internasional untuk mengambil "tindakan serius" untuk menghentikan pelanggaran di Masjid Al-Aqsa. Hamas meminta agar OKI memastikan bahwa rakyat Palestina dapat menjalankan ibadah keagamaan mereka dengan bebas.

Masjid Al Aqsa memiliki makna keagamaan dan spiritual yang sangat penting selama bulan Ramadan bagi umat Islam, karena merupakan salah satu tempat tersuci dalam Islam, belum lagi makna historisnya.

Pada bulan ini, ribuan jamaah berkumpul di Al Aqsa setiap hari untuk sholat, khususnya sholat Tarawih dan Jumat. Masjid ini biasanya dikunjungi lebih dari 200.000 jamaah pada Jumat terakhir Ramadan, dengan adanya pembatasan yang diberlakukan Israel.

Namun, kebijakan Israel baru-baru ini berupaya membatasi jumlah jamaah di kompleks tersebut, yang menyebabkan kerusuhan.

Ikuti Whatsapp Channel Republika