Soal Persiapan Spin-off UUS, Ini Jawaban Maybank Syariah

Maybank Syariah tengah menganalisis model bisnis yang tepat.

EPA
Logo Maybank.
Rep: Eva Rianti Red: Ahmad Fikri Noor

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Unit Usaha Syariah PT Maybank Indonesia Romy Buchari mengatakan, pihaknya masih melakukan proses kesiapan mengenai pemisahan atau spin-off unit usaha syariah (UUS). Aturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) diketahui memberi deadline spin-off UUS pada akhir 2026. 

Baca Juga


"Itu masih kita analisis bagaimana yang optimal untuk kita. Jadi, yang pasti kita akan ikut dengan peraturan yang dilakukan oleh pemerintah," kata Romy usai menghadiri acara penandatanganan kerja sama Maybank Indonesia dengan LP UMKM Muhammadiyah dan LPPOM MUI soal program pengurusan sertifikasi halal di Sentral Senayan III, Jakarta, Kamis (27/2/2025). 
 
Romy menekankan dalam perkembangan kesiapan spin-off, proses analisis tersebut dilakukan dengan optimal agar menciptakan model bisnis yang tepat. 
 
"Jadi kami sedang melakukan studi dan analisa yang terbaik, model bisnisnya seperti apa untuk ke depannya," tegasnya.
 
Diketahui, OJK menerbitkan Peraturan OJK (POJK) Nomor 12 Tahun 2023 mengenai pemisahan unit usaha syariah dari bank induk konvensional menjadi bank umum syariah. Batas akhir langkah spin-off bank adalah akhir 2026, bagi bank dengan aset UUS lebih dari 50 persen dan/atau total aset UUS Rp 50 triliun. 

Kinerja Maybank Syariah

Unit Usaha Syariah PT Bank Maybank Indonesia Tbk (Maybank Syariah) mencatat, pertumbuhan pembiayaan sebesar 5 persen menjadi Rp 31,75 triliun dari Rp 30,24 triliun tahun sebelumnya. Pertumbuhan tersebut seiring dengan pembiayaan Community Financial Services (CFS) non-ritel yang meningkat sebesar dua digit, serta pembiayaan otomotif roda empat yang juga tumbuh. Aset Maybank Syariah meningkat sebesar 4,7 persen menjadi Rp 42,96 triliun dari Rp 41,04 triliun.

Dikutip dari keterangan resmi perseroan pada Jumat (21/2/2025), pendapatan berbasis biaya juga meningkat sebesar 48,9 persen di sepanjang 2024. Hal ini didorong utamanya oleh solusi wealth management berbasis syariah, MySWM. Selain itu, terdapat pendapatan fees dari asset recovery yang dibukukan pada kuartal IV 2024.

Simpanan nasabah naik 4,9 persen menjadi Rp 36,78 triliun dari Rp 35,07 triliun didorong oleh pertumbuhan CASA yang solid sebesar 12,1 persen. Sementara, Deposito Berjangka turun sebesar 2,8 persen. Hal ini sejalan dengan strategi Maybank Syariah dalam mengelola biaya dana yang efisien serta berkelanjutan. Rasio CASA menguat menjadi 55 persen pada Desember 2024 dari 51,5 persen pada Desember 2023.

Maybank Syariah juga terus memperbaiki tingkat pembiayaan bermasalahnya. Rasio Non-Performing Financing (NPF) berada pada 2,2 persen (bruto) dan 1,5 persen (neto) pada Desember 2024 dari 2,6 persen (bruto) dan 1,8 persen (neto) pada Desember 2023. Rasio Financing-to-Deposit (FDR) berada pada 83,6 persen pada Desember 2024 dari 84,0 persen pada Desember 2023.

Sementara itu, untuk kinerja induknya, PT Bank Maybank Indonesia Tbk (Maybank Indonesia) mengumumkan kinerja keuangan konsolidasian untuk periode tahun buku yang berakhir pada 31 Desember 2024 dengan laba sebelum pajak sebesar Rp 1,60 triliun. Maybank menyatakan berfokus pada upaya meraih pertumbuhan supergrowth guna memperkuat fundamentalnya terutama pada segmen-segmen inti seperti kredit segmen korporasi dalam negeri berskala besar, segmen non-ritel usaha kecil dan menengah, dan segmen ritel pembiayaan otomotif.

Presiden Direktur Maybank Indonesia, Steffano Ridwan mengatakan Maybank Indonesia telah menutup tahun 2024 dengan prospek yang menjanjikan, ditandai dengan pertumbuhan kredit yang sehat di seluruh segmen inti. Pertumbuhan ini membuka jalan bagi momentum pertumbuhan yang lebih kuat ke depan. Profitabilitas bank tetap menjadi fokus untuk tahun mendatang, dengan tetap menjalankan prinsip kehati-hatian dalam menjaga kualitas serta pengelolaan aset.

“Upaya berkesinambungan Maybank Indonesia untuk memperkuat posisinya kembali di segmen nonritel tercermin dari pertumbuhan signifikan pada portofolio pembiayaan komersial dan UKM. Demikian pula dengan pembiayaan korporasi yang menyasar pada entitas lokal besar telah secara konsisten mendorong pertumbuhan yang kuat dan berkontribusi terhadap pendapatan bank secara keseluruhan,” kata Steffano.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler