Polisi Singapura Tangkap Mahasiswa dan Alumni NUS yang Protes Israel
Mahasiswa menggelar aksi memprotes kerja sama NUS dan Hebrew University, Israel.
REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Warganet di X digegerkan unggahan akun @SerojaSinar yang menginformasikan Kepolisian Singapura menangkap mahasiswa yang memprotes kerja sama antara National University of Singapore (NUS) dan Hebrew University, Israel. Hebrew University atau Universitas Ibrani adalah lembaga Israel yang dibangun di tanah warga Palestina yang diduduki di Yerusalem Timur, dan digunakan untuk melatih tentara Israel.
"Inilah alasan mereka ditangkap," ucap akun @SerojaSinar dikutip Republika.co.id di Jakarta, Ahad (2/3/2025). Baca: Kemenhan Taiwan Respons Keras Ancaman Militer China
Dia menambahkan, sebanyak tiga mahasiswa dan alumni ditangkap pukul tujuh pagi saat ujian tengah semester di NUS. "32 orang muncul di kantor polisi untuk menunjukkan solidaritas mahasiswa untuk Palestina-Singapura menyerukan agar universitas Singapura berhenti bekerja sama dengan empat universitas Israel," ucap akun @SerojaSinar.
Dia pun membagikan tautan berisi kronologi yang diunggah di Instagram @sgacadboycott. Di akun tersebut dijelaskan perjuangan para mahasiswa yang menentang kerja sama kampus di Singapura dengan Israel. "Tiga wawancara polisi telah dijadwalkan pada pukul 13.30, Jumat (28/2/2025) di Markas Besar Divisi Kepolisian Clementi."
Baca: Aselsan Cetak Rekor, pada 2024 Teken Kontrak Senilai Rp 106,9 Triliun
Sementara itu, akun X @astaf_gorilla lewat unggahannya yang viral menjelaskan, mahasiswa NUS yang memprotes genosida Palestina di kampus digerebek di asrama kampus mereka. Rupanya mereka diinterogasi dan beberapa barang mereka termasuk laptop, ponsel, dan bahkan pakaian disita oleh kepolisian.
"Tidak ada perwakilan hukum, penggerebekan dini hari (pukul 7 pagi) untuk menangkap mereka tanpa persiapan, tidak ada pengurus sekolah yang menjamin keselamatan mereka," kata akun tersebut.
Baca: Dua Jet F-35 Belanda Dikerahkan ke Polandia Cegah Rudal Rusia
Sebelumnya, AsiaOne melaporkan, kepolisian Singapura sedang menyelidiki protes mahasiswa yang diadakan di NUS pada Senin (13/1/2025). Protes tersebut diselenggarakan oleh kelompok Students for Palestine Singapore untuk "berkabung dan menghormati banyaknya mahasiswa Palestina" yang kehilangan nyawa karena konflik di Jalur Gaza.
Mahasiswa dan alumni berpartisipasi dalam protes tersebut, menurut siaran pers dari penyelenggara. Selama protes tersebut, para peserta meletakkan 124 pasang sepatu dan kain kafan putih di depan CREATE, sebuah gedung penelitian di NUS yang menjadi rumah bagi Aliansi Singapura-Hebrew University untuk Penelitian dan Pendidikan. Aliansi tersebut merupakan kemitraan antara NUS, Nanyang Technological University (NTU), and the Hebrew University of Jerusalem.
Kelompok tersebut juga menyerukan agar universitas-universitas lokal mengakhiri kerja sama mereka dengan universitas-universitas Israel. Seorang juru bicara NUS mengatakan kepada AsiaOne pada hari Jumat: "Ini adalah tindakan yang tidak sah di lingkungan kampus kami dan laporan polisi telah dibuat."
Baca: Petinggi Divisi 2 Kostrad Ziarah ke Makam Jenderal Besar Soeharto
Menanggapi pertanyaan AsiaOne, polisi mengonfirmasi bahwa laporan telah diajukan dan penyelidikan sedang berlangsung. Polisi mengatakan mereka tidak akan memberikan izin apa pun untuk pertemuan yang "menganjurkan tujuan politik negara lain atau entitas asing, atau mungkin berpotensi membangkitkan emosi dan menyebabkan insiden ketertiban umum".
Mengorganisasi atau berpartisipasi dalam pertemuan umum tanpa izin polisi merupakan pelanggaran hukum berdasarkan Undang-Undang Ketertiban Umum 2009. Siapa pun yang mengorganisasi pertemuan tanpa izin akan dikenakan denda hingga 10 ribu dolas Singapura, hukuman penjara hingga enam bulan, atau hukuman keduanya.