Anak dan Remaja dengan Diabetes Boleh Puasa, Asalkan Penuhi Syarat Ini

Sebelum memutuskan puasa, anak dan remaja dengan diabetes harus berkonsultasi.

republika/mgrol100
Diabetes (ilustrasi). Anak dan remaja dengan diabetes dapat berpuasa jika kondisi metaboliknya terkontrol dengan baik.
Rep: Gumanti Awaliyah Red: Qommarria Rostanti

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menjalankan ibadah puasa pada bulan Ramadhan bagi anak dan remaja dengan diabetes melitus dinilai bukan hal mustahil. Meski demikian, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi supaya puasa tetap aman dan tidak membahayakan kesehatan.

Baca Juga


Dokter spesialis anak konsultan endokrinologi, Harjoedi Adji Tjahjono, menjelaskan anak dan remaja dengan diabetes dapat berpuasa jika kondisi metaboliknya terkontrol dengan baik. Salah satu indikatornya adalah HbA1c di bawah 8 persen.

“Jika HbA1c di atas 8 persen puasa bisa saja dilakukan, asal ada pengawasan ketat dari tim medis. Anak juga harus rutin memantau kadar gula darahnya dan tetap dalam pengawasan dokter,” kata dr Harjoedi dalam diskusi media secara daring, Selasa (4/3/2025).

Anak dengan diabetes melitus juga boleh menjalani ibadah puasa selama kondisinya stabil dan tidak sedang sakit. Selain itu, anak tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi dan tidak mengalami penyakit apapun yang memberatkan.

Dr Harjoedi mengungkap sejumlah kondisi membuat anak dengan diabetes tidak dianjurkan berpuasa. Mereka yang memiliki kontrol gula darah yang buruk atau memiliki riwayat hipoglikemia berat dalam tiga bulan terakhir berisiko mengalami kondisi yang lebih buruk jika memaksakan diri berpuasa.

“Hal yang sama berlaku bagi anak yang mengalami hipoglikemia berulang, sebaiknya jangan berpuasa, karena bisa semakin memperburuk kondisi buah hati,” kata dokter.

Hipoglikemia sendiri adalah kondisi ketika kadar gula darah dalam tubuh berada di bawah normal. Anak yang pernah mengalami ketoasidosis diabetik atau kondisi hiperglikemik dalam waktu dekat juga tidak disarankan untuk berpuasa. Hiperglikemik adalah kondisi ketika kadar gula darah dalam tubuh mencapai angka di atas bawah normal.

Selain itu, menurut dr Harjoedi, anak yang menjalani dialisis kronis juga tidak disarankan untuk berpuasa karena risikonya terlalu tinggi. Namun jika anak yang termasuk dalam kelompok risiko tinggi tetap ingin berpuasa, maka pemantau ketat oleh tim medis sangat diperlukan.

“Lalu jika selama berpuasa muncul tanda-tanda gula darah turun drastis atau naik terlalu tinggi, maka puasa harus segera dibatakan untuk menghindari risiko yang lebih berbahaya,” kata dr Harjoedi.

Ia mengatakan keselamatan anak harus menjadi prioritas utama. Oleh karena itu, sebelum memutuskan untuk berpuasa, anak dan remaja dengan diabetes harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter untuk memastikan bahwa kondisi tubuhnya memungkinkan untuk menjalani ibadah puasa dengan aman.

“Satu hal yang selalu saya titip, jangan biarkan anak dan remaja dengan diabetes puasa sendirian. Keluarga harus proaktif membantu mengawasi juga, dan sebelum puasa juga harus berkonsultasi dengan dokter,” kata dia.

Infografis Ingat 5 Hal Agar Semangat Ibadah Ramadhan Tetap Menyala - (Republika)

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler