Rupiah Menguat Seiring Kekhawatiran Terhadap Pelambatan Ekonomi AS, IHSG Mendatar

IHSG dibuka menguat 32,73 poin atau 0,51 persen ke posisi 6.413,13.

Dok Republika
Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan hari Rabu di Jakarta menguat 14 poin atau 0,09 persen menjadi Rp 16.431 per dolar AS dari sebelumnya Rp 16.445 per dolar AS.
Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat pasar uang Ariston Tjendra menyatakan kekhawatiran terhadap pelambatan ekonomi di Amerika Serikat (AS) memberikan penguatan terhadap nilai tukar (kurs) emerging markets, termasuk rupiah. Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan hari Rabu di Jakarta menguat 14 poin atau 0,09 persen menjadi Rp 16.431 per dolar AS dari sebelumnya Rp 16.445 per dolar AS.

Baca Juga


“Indeks dolar AS melemah ke kisaran 105,6, level yang belum pernah disentuh sejak awal Desember 2024. Tekanan terhadap dolar AS ini disebabkan oleh tarif impor baru untuk Kanada, Meksiko, dan China sudah berlaku yang menimbulkan kekhawatiran terhadap pelambatan ekonomi di AS,” ucapnya di Jakarta, Rabu (5/3/2025).

Pada Senin (3/3), Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa tarif impor produk dari Meksiko dan Kanada akan mulai berlaku pada Selasa (4/3) waktu setempat. Perintah eksekutif terkait tarif 25 persen untuk produk yang diimpor dari Kanada dan Meksiko tersebut sebenarnya sudah ditandatangani pada 1 Februari lalu.

Kemudian, pemerintah Kanada dan Meksiko berjanji akan meningkatkan upaya mereka mengurangi lalu lintas narkotika di perbatasan, sehingga Trump setuju menangguhkan implementasi tarif tersebut selama sebulan. Namun, pekan lalu, Trump menyatakan bahwa pihaknya akan tetap melanjutkan pemberlakuan tarif.

AS juga memberikan impor barang China sebanyak 10 persen karena karena masih beredarnya fentanil di Negeri Paman Sam. Dengan tambahan tarif tersebut, maka total tarif yang akan dikenakan ke barang-barang asal China menjadi 20 persen setelah pada awal Februari pemerintahan Trump sudah mengenakan tarif impor 10 persen.

Meskipun efek implementasi tarif baru itu menekan dolar AS, lanjutnya, bukan berarti nilai tukar emerging markets akan leluasa menguat terhadap mata uang acuan dunia tersebut.

“Nilai tukar emerging markets masih berpeluang melemah terhadap dolar AS karena status aset di emerging markets yang adalah aset berisiko. Kenaikan tarif ini bisa menimbulkan perang dagang yang artinya bisa menyusutkan transaksi perdagangan global, sehingga bisa mengganggu perekonomian negara-negara emerging markets,” ungkap Aris.

Dengan demikian, potensi kurs rupiah melemah terhadap dolar AS yaitu Rp 16.500 per dolar AS dengan potensi support sekitar Rp 16.400 per dolar AS.

 

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu, diperkirakan bergerak mendatar di tengah pemberlakuan tarif oleh Amerika Serikat (AS) kepada negara mitra dagang. IHSG dibuka menguat 32,73 poin atau 0,51 persen ke posisi 6.413,13. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 naik 3,86 poin atau 0,53 persen ke posisi 729,14.

“Pada perdagangan hari ini, IHSG diprediksi bergerak sideways (mendatar) seiring minimnya katalis positif,” sebut Tim Riset Lotus Andalan Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta, Rabu.

Sentimen eksternal masih cenderung negatif, dengan potensi adanya eskalasi dalam beberapa hari ke depan.

Dari Eropa, indeks STOXX 600 pan-Eropa merosot 2,14 persen atau 12,06 poin menjadi 551,07, atau mencatat penurunan harian terdalam sejak Agustus 2024.

Indeks DAX Jerman jatuh 3,54 persen atau 820,21 poin ke level 22.326,81, setelah sehari sebelumnya menyentuh rekor tertinggi, indeks FTSE 100 Inggris melemah 1,27 persen atau 112,31 poin menjadi 8.759,00, sementara CAC 40 Prancis turun 1,85 persen atau 151,79 poin ke level 8.047,92.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler