Banjir di Kabupaten Bandung, Warga Bosan tak Ada Solusi

Program Citarum dinilai belum bisa mengatasi persoalan banjir di Bandung.

M Fauzi Ridwan
Akses jalan Dayeuhkolot-Beleendah terendam banjir
Rep: Fauzi Ridwan Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Sejumlah warga di Bojongsoang, Kabupaten Bandung bosan dengan banjir di daerah mereka yang terjadi tiap tahun. Mereka pun menilai tidak pernah ada solusi kongkret dari pemerintah untuk mengatasi banjir yang sudah menahun itu 

Baca Juga


Salah seorang warga Bojongsoang, Mila mengaku seluruh barang-barang berharga di rumah seperti kulkas, mesin cuci dan lainnya terendam banjir akibat luapan air Sungai Citarum. Ia pun saat ini memilih mengungsi ke rumah kakaknya sebab ketinggian air banjir terus naik baik di tempat tinggalnya atau gang menuju ke jalan raya.

"Mau ngungsi ke rumah kakak di Cikarees, hari Jumat banjirnya kecil selutut tadi Sepinggang," ucap dia, Ahad (9/3/2025).

Ia mengatakan di wilayahnya sering banjir. Namun, baru kali ini banjir besar dan merendam rumahnya hingga ke area jalan Raya Bojongsoang. "Dari dulu banjir terus belum ada solusi, padahal sungai udah dikeruk," kata dia.

Salah seorang warga lainnya Endang Sutisna menilai 'Program Citarum' harus belum efektif mengatasi permasalahan sampah. Sebab masih banyak sampah-sampah yang dibuang ke Sungai Citarum.

Ia pun mengeluhkan masih terdapat juga masyarakat yang membuang sampah sembarangan ke sungai. Endang menyebut wilayah terdampak yang paling besar yaitu Cigebar dan Cijagra.

"Di Cigebar air paling cepat datang dan paling lama turun dan di Cijagra RW 10. Tahun 2020 sama seperti ini banjirnya," kata dia.

 

 

Sebelumnya, akses jalan Dayeuhkolot- Baleendah, Kabupaten Bandung terendam banjir akibat luapan air Sungai Citarum, Ahad (9/3/2025). Kendaraan roda dua dan roda empat tidak dapat melintasi jalur tersebut.

Pantauan, kendaraan roda dua dan roda empat sudah tidak bisa melintasi jalan di Jalan Moch Toha, depan Metro Garmen. Sebab ketinggian air banjir yang tinggi.

Selanjutnya, banjir pun merendam Jalan Dayeuhkolot- Baleendah tepatnya di depan Masjid AS Shofia hingga sebelum Jembatan Citarum. Ribuan pemukiman warga dan ruko-ruko pedagang pun terendam banjir hingga tidak ada aktivitas jual beli.

Masyarakat yang ingin melintasi Jalan Dayeuhkolot-Baleendah yang terendam banjir terpaksa berjalan kaki dengan ketinggian air mencapai perut orang dewasa. Sedangkan beberapa orang lainnya memilih menggunakan perahu.

Para pemuda setempat membuka jasa layanan perahu bagi masyarakat yang ingin melintasi jalan tersebut. Masyarakat yang naik perahu dipatok harga Rp 10 ribu untuk sekali melintasi jalan yang banjir.


BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler