IAEA Ilustrasikan Makin Dekatnya Iran dengan Produksi Bom Nuklir Pertamanya

"Iran memiliki ambisi ekstrem dan program nuklir ekstensif," kata Rafael Grossi.

AP/Vahid Salemi, File
Mengenakan pakaian pelindung, seorang petugas keamanan Iran, berbicara di bagian Fasilitas Konversi Uranim,di luar kota Isfahan, Iran. (ilustrasi)
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, WINA -- Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengingatkan dunia bahwa, Iran makin dekat dengan produksi bom nuklir pertamanya. Hal itu diungkapkan oleh Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi dalam wawancara dengan media Argentina, Infobae pada Sabtu (15/3/2025). 

"Iran memiliki ambisi ekstrem dan program nuklir ekstensif, lewat pengayaan uranium yang mendekati tingkatan cukup untuk memproduksi bom nuklir," kata Grossi dilansir Iran International.

Namun demikian, menurut Grossi, situasi nuklir Iran saat ini relatif terkontrol, meski ia tetap mengingatkan, "(pengayaan uranium) sangat dekat dengan ambang batas, yang artinya potensial untuk membuat bom atom."

Pekan lalu, Grossi mengungkapkan, Iran saat ini mengalami lonjakan produksi uranium di level 60 persen. Ia memprediksi, Iran bisa meningkatkan pengayaan uraniumnya ke level bom nuklir atau 90 persen dan mampu memproduksi enam bom nuklir dalam waktu yang cepat.

"Merujuk laporan terkahir saya, stok uranium U-235 Iran meningkat hingga 60 persen telah bertambah 275 kilogram, naik 182 kilogram dalam tiga bulan terakhir. Iran satu-satunya negara non-nuklir yang melakukan pengayaan uranium pada level ini, membuat saya sangat khawatir," kata Grossi dalam sebuah pernyataan dikutip Anadolu.

senjata mematikan Iran. - (national interest sputnik)

 

Pada Rabu (12/3/2025), Dewan Keamanan PBB akan menggelar pertemuan tertutup guna membahas stok uranium Iran yang mendekati level bom nuklir. Pertemuan itu digelar atas permintaan 15 anggota di antaranya Prancis, Yunani, Panama, Korea Selatan, Inggris, dan Amerika Serikat.

Mereka juga meminta DK PBB untuk membahas kewajiban Iran kepada IAEA untuk menyediakan "informasi yang dibutuhkan untuk mengklarifikasi masalah penting terkait materi nuklir yang tidak terdeklarasikan di beberapa titik lokasi di Iran," ujar salah seorang diplomat dikutip Reuters.

Utusan Iran untuk PBB di New York tidak segera merespons permintaan klarifikasi terkait pertemuan ini. Iran pun telah berulang kali membantah mengembangkan senjata nuklir.

Negara-negara Barat menilai tidak perlu memproduksi uranium dalam skala seperti yang diproduksi Iran saat ini di bawah kepentingan program sipil, dan tidak ada negara yang tidak membuat bom nuklir pada level pengayaan uranium hingga 60 persen atau lebih. Namun, Iran selalu menegaskan, bahwa program nuklirnya untuk kepentingan damai.

Sebelumnya dalam sebuah pernyataan, Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump berharap Iran akan setuju untuk berunding terkait program nuklirnya. "Saya bilang saya berharap anda mau bernegosiasi karena itu akan jauh lebih baik bagi Iran," sebelum mengingatkan Teheran akan potensi aksi militer.

Pada 2018, Trump menarik diri dari perjanjian nuklir Iran yang diteken pada 2015 dan menerapkan kembali sanksi terhadap Teheran. Meskin tetap patuh terhadap perjanjian itu hingga 2016, Iran sedikit demi sedikit mengurangi komitmennya atas perjanjian alasan melindungi kepentingan negara.

Presiden Iran Masoud Pezeshkian pada Selasa (11/3/2025), menegaskan bahwa Iran tidak akan bernegosiasi dengan pemerintahan Donald Trump. Dikutip Anadolu, ia mengatakan, "Lakukan apa pun yang kalian mau."

Baca Juga


"Jika kalian mengancam kami, Saya tidak akan bernegosiasi, lakukan apa yang kalian mau," kata Pezeshkian merespons ancaman Trump.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler