Titik Basmalah Tandai Proyek Penulisan Mushaf Nusantara
Mushaf Nusantara akan ditulis secara serentak oleh 365 kaligrafer dari 30 provinsi.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Menteri Agama Prof Nasaruddin Umar secara resmi meluncurkan proyek penulisan Mushaf Nusantara. Peresmian ditandai penorehan titik basmalah pada surat Alfatihah di sela peringatan Nuzulul Quran tingkat kenegaraan, Senin (17/03/2025) malam di Jakarta.
Penorehan titik pada basmalah oleh Menteri Agama disaksikan Dirjen Bimas Islam, Abu Rokhmad dan Direktur Lembaga Kaligrafi Alquran (Lemka) sekaligus inisiator penulisan Mushaf Nusantara, Didin Sirojuddin AR. Hadir juga para Duta Besar negara sahabat, Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan, Wakil Menteri Agama RI Romo Muhammad Syafi’i, dan para pejabat di lingkungan Kementerian Agama RI.
Mushaf Nusantara akan ditulis secara serentak oleh 365 kaligrafer dari 30 provinsi, hanya dalam waktu 10 jam pada Rabu, 19 Maret 2025. Di Jakarta, penulisan dipusatkan di Auditorium HM Rasyidi, Gedung Kementerian Agama RI, melibatkan 35 kaligrafer dari wilayah Jakarta dan Banten.
Penulisan Mushaf Nusantara merupakan rangkaian peringatan ulang tahun ke-40 Lemka, bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Bimas Islam Kementerian Agama RI. Menurut Dirjen Bimas Islam Kemenag RI, Abu Rokhmad, keterlibatan Kementerian Agama dalam proyek penulusan Mushaf Nusantara adalah bagian tak terpisahkan dari program peningkatan literasi baca tulis Alquran.
“Ini adalah komitmen Kementerian Agama dalam memberikan dampak lebih luas pada masyarakat melalui berbagai program yang dilaksanakan, termasuk peningkatan kemampuan baca tulis Alquran,” ungkap Abu Rohkmad.
Direktur Lembaga Kaligrafi Alquran, Didin Sirojuddin mengungkapkan, Mushaf Nusantara memiliki sejumlah keistimewaan dibanding mushaf lain yang pernah ditulis, seperti Mushaf Istiqlal dan Mushaf Sundawi.
“Mushaf Nusantara ditulis hanya dalam 10 jam, oleh 365 kaligrafer, dan serentak dari 30 provinsi di Indonesia. Ini pertama kali di Indonesia, bahkan di dunia. Penulisan mushaf-mushaf lain butuh waktu berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun seperti Mushaf Istiqlal, dan ditulis hanya oleh beberapa kaligrafer dan iluminator saja,” ujar Didin.
Menurut Didin, Mushaf Nusantara juga memiliki 106 corak iluminasi (hiasan pinggir mushaf), yang menggambarkan ragam warisan budaya lokal di 38 provinsi. “Corak iluminasi pada Mushaf Nusantara menyimbolkan keanekaragaman Indonesia, sekaligus meniupkan pesan kesatuan dalam keragaman, Bhinneka Tunggal Ika,” tambah Didin.
Tulisan pada Mushaf Nusantara menggunakan corak kaligrafi Naskhi, yang lazim digunakan pada tulisan mushaf di seluruh dunia. Didin menegaskan, meskipun ditulis oleh 365 kaligrafer, namun gaya tulisan Naskhi pada Mushaf Nusantara dipastikan seragam. “Para penulis yang semuanya santri atau alumni Pesantren Kaligrafi Lemka Sukabumi, minimal pernah juara kaligrafi di tingkat provinsi. Sebagian mereka juara nasional, bahkan internasional,” tegas Didin.