Ketika Warga Yahudi Mengadu pada Umar

Orang Yahudi ini mengadukan keadaannya yang diintimidasi gubernur Mesir.

dok wiki
Umar bin Khattab
Red: Hasanul Rizqa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa tahun sesudah wafatnya Abu Bakar ash-Shiddiq, wilayah kedaulatan Islam telah mencakup Mesir. Di bawah pemerintahan khalifah penggantinya, yakni Umar bin Khattab, seorang komandan militer didaulat menjadi gubernur kawasan tersebut. Dialah Amr bin Ash.

Baca Juga


Berbeda dengan sang khalifah, gubernur Mesir itu condong pada gaya hidup flamboyan. Tempat tinggalnya adalah istana. Sehari-hari, Amr bin Ash selalu mengenakan pakaian yang bagus.

Cita-citanya membangun Mesir sebagai negeri yang kaya dan makmur. Hingga saat itu, di Kairo sudah berdiri bangunan-bangunan penting, semisal kantor gubernur, madrasah, dan alun-alun.

Yang dirasa masih kurang ialah masjid raya. Menurut Amr, masjid yang sudah ada perlu diperluas agar mampu menampung jamaah yang jumlahnya kian banyak dari waktu ke waktu.

Kebetulan, lahan di sebelah masjid tersebut dimiliki seorang warga yang beragama Yahudi. Lelaki non-Muslim itu sudah mendengar desas-desus tentang rencana proyek pengembangan masjid Kairo. Ia pun mulai was-was, rumahnya akan digusur oleh sang gubernur.

Benar saja, beberapa kali utusan Amr bin Ash mendatangi rumahnya. Mula-mula, orang yang dikirim sang gubernur itu sebatas membujuk si Yahudi agar mau menjual rumahnya ke negara.

Namun, warga Yahudi ini bersikeras menolak.

Dari hari ke hari, makin banyak utusan Amr bin Ash yang menyambangi rumahnya. Terakhir, mereka sampai membentak dan mengancamnya.

Karena tidak tahan lagi, orang Yahudi itu lalu pergi ke pusat kekhalifahan Islam, yakni Madinah, guna mengadukan keadaannya kepada Khalifah Umar.

Sepanjang perjalanan, si Yahudi agak cemas juga. Ia berpikir, seorang gubernur saja sudah begitu sok kuasa. Bagaimana dengan khalifah yang jadi atasannya? Apalagi, ia pun hanyalah seorang non-Muslim.

Akhirnya, si Yahudi tiba di Madinah. Setelah bertanya kepada beberapa orang di pasar, ia pun melangkahkan kaki ke arah rumah yang ditunjukkan mereka. Di sanalah Umar tinggal.

“Pak, apakah Anda tahu di mana istana Khalifah Umar bin Khattab?” tanyanya.

“Rumah Umar? Ya, saya tahu. Istananya di atas lumpur, pengawalnya adalah anak-anak yatim piatu, para janda tua, orang-orang miskin, dan papa. Pakaian kebesarannya ialah rasa malu dan ketakwaan kepada Allah,” jawab pria itu panjang lebar.

Mendengar jawaban tersebut, orang Yahudi ini kian bingung. “Jadi di mana Khalifah Umar?” ia bertanya lagi.

“Saya sendiri adalah Umar bin Khattab.”

Seketika, warga Mesir itu terkejut. Orang Yahudi ini lalu menceritakan keadaannya, termasuk soal perangai gubernur Mesir, Amr bin Ash.

Setelah itu, Umar menyuruh warga Yahudi tersebut untuk mengambil sepotong tulang unta yang tergeletak di bawah pohon kurma dekatnya.

Lelaki Mesir ini bingung, tetapi lantas mematuhinya.

Kemudian, Umar menghunuskan pedang. Secepat kilat, sang khalifah melesatkan senjata itu. Tulang unta itu pun terpelanting. Sebuah garis retak yang lurus tergores pada permukaan tulang tersebut.

“Bawa tulang ini dan tunjukkan kepada Gubernur Mesir!”

Si Yahudi semakin bingung, tetapi hanya bisa menuruti perintah sang khalifah. Sebenarnya, ia mau bertanya tentang maksud instruksi Umar itu. Namun, lutut dan tangannya sudah terlanjur gemetar setelah melihat kilatan pedang tadi.

Setelah beberapa waktu lamanya, akhirnya warga Yahudi ini tiba di Mesir. Sesuai amanah Khalifah Umar, ia pun menunjukkan sepotong tulang unta dari Madinah itu kepada Gubernur Amr bin Ash.

Sang gubernur langsung pucat pasi melihatnya. Badannya gemetar. Keringat dingin bercucuran membasahi kepala dan lehernya.

Tanpa basa-basi, Amr menyuruh bawahannya untuk tidak lagi mengganggu warga Yahudi itu. Bahkan, proyek perluasan masjid raya dibatalkan sama sekali.

“Tahukah engkau maksud tulang ini? Umar memerintahkan kepadaku sebagai gubernurnya untuk tidak main-main dengan keadilan. Sikapku harus lurus, bagaikan lurusnya goresan pada tulang ini yang telah merasakan sabetan pedang Amirul mukminin,” kata Amr menjelaskan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler