Bantah OPM, Bupati: Guru di Yahukimo Bukan Anggota TNI
Proses rekrutmen tenaga guru dan nakes di Kabupaten Yahukimo dilakukan secara terbuka
REPUBLIKA.CO.ID, TIMIKA -- Bupati Yahukimo Didimus Yahuli dengan tegas membantah tudingan bahwa guru dan tenaga kesehatan (nakes) yang bertugas di daerah itu adalah anggota TNI. Guru-guru dan nakes itu bertugas untuk membantu masyarakat.
"Saya dengan tegas membantah tudingan bahwa guru dan nakes yang menjalankan tugas di Kabupaten Yahukimo, khususnya Distrik Anggruk berasal dari TNI/Polri," katanya dalam siaran pers yang diterima Antara di Timika, Senin.
Menurut Didimus, proses rekrutmen tenaga guru dan nakes di Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan, secara terbuka dan diketahui oleh publik. Setelah proses tersebut selesai, dilakukan penandatanganan perjanjian kerja sama sekaligus didoakan oleh pendeta.
"Jika kemudian ada yang mengatakan bahwa mereka (guru dan nakes) adalah anggota TNI/Polri, silakan tunjukkan bukti kepada kami," ujarnya.
Didimus lantas menjelaskan bahwa proses rekrutmen tenaga guru dan nakes sejak 2021. Bupati mengatakan bahwa pihaknya juga ingin memastikan regenerasi guru yang siap menghadapi tantangan global.
"Kami tidak ingin masa depan daerah ini suram karena keterbatasan kemampuan membaca dan menulis sehingga kami terus berupaya mempersiapkan generasi muda Yahukimo yang lebih baik," katanya lagi.
Isu yang beredar terkait dengan status guru dan tenaga kesehatan yang bertugas di Distrik Anggruk adalah anggota TNI/Polri, dia memastikan 100 persen tidak benar.
"Karena kami selalu menyampaikan di berbagai forum bahwa persyaratan rekrutmen adalah wajib beragama Kristen, percaya pada Yesus sebagai Tuhan, telah dibaptis dan bersedia menjadi guru misionaris," ujarnya.
Ia mengemukakan bahwa proses verifikasi berlangsung selama 30 hari di Jayapura dan memastikan latar belakang pendidikan S-1 atau S-2 di bidang pendidikan atau disiplin lain yang ingin mengajar di Kabupaten Yahukimo.
Sayap bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM) Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) bertanggungjawab atas tewasnya enam guru dan tenaga kesehatan di Distrik Anggruk, Yahukimo, Papua Pegunungan, Jumat (21/3/2025). Juru Bicara TPNPB-OPM Sebby Sambom menegaskan aksi pembunuhan tersebut dilakukan oleh Ohyon Elambu bersama Yosua Sobolim, anggota kelompok bersenjata yang berbasis di Anggruk dan Sisipia, Yahukimo.
Sebby menuding para korban guru dan tenaga kesehatan tersebut sebagai mata-mata militer Indonesia. Ia menegaskan, TPNPB-OPM tak akan membiarkan aksi mata-mata yang menyaru sebagai guru maupun tim medis.
"Kami siap bertanggung jawab atas pembunuhan agen intelijen Indonesia yang berprofesi sebagai guru dan medis di Distrik Anggruk, Kabupaten Yahukimo pada hari Jumat 21 Maret 2025,” kata Sebby melalui keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Ahad (23/3/2025).
Sebby menyebutkan, aksi pembunuhan enam guru dan tenaga medis tersebut sebagai reaksi. Pemimpin TPNPB-OPM Kodap XVI Yahukimo Elkius Kobak memberikan perintah kepada para kombatannya untuk menargetkan para guru dan tenaga medis, setelah mendengar siaran televisi yang menayangkan ucapan Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto tentang peran TNI di Papua.
Menurut Sebby, dalam video itu Panglima TNI menyampaikan bahwa para anggota militernya berdinas di Papua sebagai guru-guru dan tenaga-tenaga medis.
Atas dasar pengakuan Panglima TNI tersebut, kata Sebby, TPNPN-OPM Kodap XVI Yahukimo, melalui Elkius Kobak mengumumkan kepada para kombatannya untuk menghabisi para guru dan tenaga medis di wilayah tersebut.
“Panglima TNI (mengatakan, bahwa semua guru-guru dan tenaga kesehatan yang bertugas di Papua adalah anggota saya (TNI). Maka dalam pernyataan tersebut, kami perintahkan pasukan (kombatan) untuk melakukan pembunuhan terhadap enam orang anggota TNI yang berprofesi sebagai guru, dan membakar sekolah di Distrik Anggruk,” ujar Sebby.