Akankah Israel Terjerumus Perang Saudara? Ini Janji Allah SWT dalam Surat Ali Imran

Israel terus lakukan serangan intensif di Jalur Gaza.

AP Photo/Ohad Zwigenberg
Orang-orang mengambil bagian dalam protes menentang Perdana Menteri Benjamin Netanyahu di Tel Aviv, Israel, Sabtu, 22 Maret 2025.
Rep: A Syalabi Ichsan Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- “Yerusalem yang diduduki tidak akan ada perang saudara", frasa yang sering diulang-ulang oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akhir-akhir ini, sehubungan dengan meningkatnya aksi protes yang menuntut diakhirinya perang di Gaza dan kesepakatan pertukaran wilayah, sebagai upaya putus asa untuk menggambarkan dirinya sebagai Menachem Begin di Altalena 77 tahun yang lalu.

Baca Juga


Kaum kanan Israel suka mengutip posisi Begin ketika dia menjadi komandan organisasi Irgun Etzel selama Nakba dan mencegah perang saudara dengan kata-kata perdamaiannya antara organisasi militer Yahudi bersenjata setelah Perang 1948 dan pemerintah Israel pertama yang dipimpin oleh David Ben-Gurion, yang ingin menyatukan semua organisasi bersenjata di bawah komando militer.

Israel saat ini sedang menyaksikan kondisi perpecahan dan memperdalam keretakan sosial, polarisasi politik, dan ketidaksepakatan atas isu-isu kontroversial yang mendasar, baik hukum wajib militer Haredi, reformasi di peradilan, atau pemecatan kepala Shin Bet, Ronen Bar, yang membawa para penulis dan analis kembali ke peristiwa-peristiwa bersejarah terkait perselisihan di dalam gerakan Zionisme, yang dipupuk dan diperluas pada era pemerintahan Israel saat ini.

Mesin Racun

Dalam retrospeksi, koresponden sejarah Haaretz, Ofer Aderet, berpendapat bahwa pemeriksaan yang cermat terhadap peristiwa-peristiwa sejarah menunjukkan bahwa "tidak akan ada perang saudara" adalah sebuah slogan kosong, dan seperti pada kesempatan-kesempatan lain di sepanjang sejarah Zionis, pihak kananlah yang paling banyak menghasut dan memecah-belah rakyat.

"Sayap kananlah yang mendorong orang ke dalam perang saudara lebih dari siapa pun, dan hari ini di Israel, seperti yang terjadi saat itu, sayap kananlah yang seharusnya memperingatkan agar tidak tergelincir ke dalam perang persaudaraan, tetapi tampaknya justru mendorong ke arah itu, yang merupakan ancaman bagi stabilitas dan kelangsungan Israel sebagai negara demokratis Yahudi yang bersatu," tambah Adert, dengan mencatat hasutan sayap kanan yang tak terkendali terhadap Chaim Arlozorov, yang terbunuh pa 1933, dan hasutan sayap kanan terhadap Yitzhak Rabin pada 1995.

BACA JUGA: Berkat Kecerdasan Ilmuwan Iran, Program Nuklir tak Dapat Diserang atau Dibom Sekalipun

Adert mengulas beberapa tonggak penting dalam sejarah Zionis, mulai dari hasutan sayap kanan yang tak terkendali terhadap Haim Arlozorov, yang terbunuh pada 1933, hingga hasutan yang dipimpin oleh sayap kanan terhadap Yitzhak Rabin pada 1995, dengan mengatakan bahwa "sayap kanan telah membawa kita beberapa kali dalam sejarah selangkah lebih dekat ke ambang perang saudara."


 

Dia menjelaskan bahwa para aktivis sayap kanan telah menggunakan metode terorisme pribadi, intimidasi, pencemaran nama baik, hasutan yang tidak terkendali, menyebarkan kebencian dan kebohongan, dengan mengatakan bahwa "Netanyahu adalah orang terakhir di dunia yang dapat menulis kalimat berikut: Tidak akan ada perang saudara."

Adert percaya bahwa "Netanyahu adalah bapak baptis hasutan dan perpecahan politik Israel selama beberapa generasi, yang memasuki arena politik dengan menggunakan gelombang hasutan yang ia lancarkan terhadap Yitzhak Rabin, dan kemudian mengoperasikan mesin racun yang masih beroperasi dengan kuat pada saat-saat ini selama perang di Gaza."

Bahaya Netanyahu

Sebagai indikasi keseriusan risiko yang mengancam stabilitas internal Israel, Avigdor Lieberman, Kepala Partai Yisrael Beiteinu, aktif dalam pertemuan-pertemuan dengan blok-blok partai oposisi dan memberikan pengarahan kepada media untuk mengirimkan pesan bahwa Netanyahu menimbulkan bahaya eksistensial bagi Israel dan mendorongnya ke arah kediktatoran, dan bahwa ia harus digulingkan dan diasingkan.

Lieberman memilih untuk membuka sesi mingguan blok parlemennya dengan mengancam perdana menteri, dengan mengatakan, "Jika pemerintah tidak menghormati keputusan Mahkamah Agung untuk membekukan pemecatan kepala Shin Bet, Ronen Bar, saya akan menemui Presiden Isaac Herzog dan memintanya untuk memberhentikan Perdana Menteri Netanyahu dari jabatannya."

Lieberman menambahkan, "Kita semua harus ingat bahwa setiap pejabat dan semua lembaga negara harus setia kepada kerajaan dan bukan kepada raja, pada saat situasi ini berubah, demokrasi berubah menjadi kediktatoran, dan Israel sedang dalam perjalanan untuk menjadi kerajaan Netanyahu, tetapi kita akan menggagalkan dan mencegah hal ini," ujarnya, demikian dikutip dari Yediot Aharonot.

BACA JUGA: 13 Fakta tentang Sains 14 Abad Silam yang Dibuktikan Kebenarannya Oleh Ilmu Modern

Lieberman tampak lebih serius dalam pidatonya, ketika dia menampilkan ilustrasi bom dengan "garis merah" transisi antara demokrasi dan kediktatoran, yang mengingatkan pada ilustrasi yang disampaikan Perdana Menteri Netanyahu pada Sidang Umum PBB dekade lalu mengenai program nuklir Iran.

"Ujian ini akan menjadi keputusan pemerintah untuk menghormati keputusan Mahkamah Agung atau tidak," jelas Lieberman, seraya menambahkan bahwa dia tidak yakin dengan "stabilitas mental" Sang Perdana Menteri. "Karena saya telah mengenalnya selama beberapa dekade, saya melihat dia, ekspresi wajah dan pidatonya, dan saya katakan bahwa saya tidak yakin dengan stabilitas mentalnya," kata Lieberman.

Era Netanyahu bunuh warga Palestina - (Republika)

 

Negara Dalam (Deep State)

Dengan judul "Akan sulit untuk mengembalikan jin negara dalam ke dalam botol", mantan diplomat Kementerian Luar Negeri Israel, Tova Herzl, menulis sebuah artikel untuk Zaman Yisrael, di mana dia mengulas tentang meningkatnya pembicaraan tentang "negara dalam" dan implikasinya terhadap masa depan Israel dalam hal rasa saling percaya di antara lembaga-lembaga pemerintahan dan publik.

Dia mencatat bahwa promosi Israel atas istilah 'negara dalam', terutama oleh Netanyahu, mengingatkan pada Protokol Tetua Sion, sebuah dokumen yang diterbitkan oleh intelijen Tsar di Rusia pada awal abad ke-20, yang konon berisi rencana Yahudi yang terperinci untuk mendominasi dunia

Kata Herzl, "Anda tidak perlu menjadi seorang sejarawan untuk menyadari bahwa ketika para pemimpin menyalahkan kegagalan mereka pada musuh-musuh mereka, jalan menuju penindasan diperpendek, dan penguasa digambarkan sebagai seseorang yang menyelamatkan negara, dan jika hal ini membutuhkan pembongkaran lembaga-lembaga yang ada dan memberinya dan para pengikutnya lebih banyak kekuasaan, inilah yang secara praktis dilakukan Netanyahu."

Dalam kondisi yang ada di Israel saat ini, dia yakin akan sulit untuk mengembalikan jin, yang dilepaskan oleh Netanyahu dan roh jahat dari negara dalam, kembali ke dalam botol.

Perang saudara

Yossi Ahi-Meir, Ketua Institut Jabotinsky di Israel dan kolumnis surat kabar Maariv, memperingatkan dampak dari situasi internal di Israel, dengan menyatakan bahwa melambaikan kata "pengkhianat", keretakan sosial, polarisasi politik, dan perpecahan dapat menyebabkan perang saudara.

BACA JUGA: Pertama Kali dalam Sejarah, Simpati Rakyat Amerika Serikat untuk Israel Anjlok Parah

Ahi-Meir, mantan anggota Knesset dari partai Likud, menjelaskan bahwa kata "pengkhianat" telah menjadi hal yang lumrah dalam wacana publik Israel pada umumnya dan di kalangan kaum liberal pada khususnya.

"Mereka yang mengucapkan dan mempromosikannya bukanlah mereka yang berada di pinggiran kubu politik, melainkan para pemimpin yang berada di garis depan, dan jika perang saudara pecah, mereka yang akan memikul tanggung jawab."


 

Dia bertanya-tanya apakah mereka akan berhasil melewati hari-hari yang sulit ini tanpa jatuh ke dalam perang saudara, dengan mengatakan, "Kita bisa berharap, tetapi sulit untuk percaya, karena pembawa standar hasutan, yang mereka sebut pengkhianat, adalah para pemimpin partai dan juru bicara media terkemuka, dan jika perang saudara pecah, mereka akan bertanggung jawab atas bencana tersebut."

Allah SWT pembalas makar

Hal ini tentu, mengingatkan kita sebagai umat Islam, tentang janji Allah SWT atas ulah para pembuat makar. Dia akan membalas aksi makar. Allah SWT berfirman:

وَمَكَرُوا وَمَكَرَ اللَّهُ ۖ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ

“Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.”

Ayat ini bicara dalam konteks kisah Nabi Isa AS yang merasakan banyaknya orang ingkar di antara Bani Israil. Karena itu, Isa pun mencari penolong-penolong agama Allah yang disebut dengan Hawariyyun. Artinya, sangat putih atau cahaya murni.

Merekalah para sahabat Nabi Isa yang memiliki hati tulus, bersih dan dipenuhi keimanan yang murni. Beberapa riwayat menjelaskan mereka hanya berjumlah 12 orang. Karena itu, Nabi Isa mencari mereka.

Akan tetapi, makar yang dilakukan orang-orang ingkar tetap terjadi. Bermacam-macam tuduhan mereka sampaikan kepada Nabi Isa.

Mereka menuduh ibunya berhubungan seks. Padahal, Maryam adalah wanita suci. Mereka juga menuduh Isa melakukan kebohongan dan khurafat. Mereka pun berupaya untuk membunuh Nabi Isa AS. Lantas, Allah SWT pun mengatakan, akan membalas makar itu.

Infografis Alquran Bantah Orang Yahudi akan Jadi Penghuni Surga - (Republika.co.id)

 

Kata asli tipu daya dalam kalimat itu, yakni makar. Quraish Shihab dalam tafsir al-Mishbah menjelaskan, kata makar dalam bahasa Alquran adalah mengalihkan pihak lain dari apa yang dikehendaki dengan cara tersembunyi atau tipu daya. Menurut Quraish Shihab, makar ada dua macam. Makar baik dan makar buruk.

وَلَا يَحِيقُ الْمَكْرُ السَّيِّئُ إِلَّا بِأَهْلِهِ

"Makar yang buruk tidak akan menimpa selain orang-orang yang merencanakannya sendiri." (QS Fathir:43).

Jika musuh-musuh Nabi Isa alaihissalam melakukan makar, Allah SWT pun melakukan makar. Namun, tujuannya baik. Yakni menghalangi rencana makar mereka. Karena itu, Allah adalah sebaik-baik Pembalas tipu daya. Dia yang Mahaperkasa tak pernah terkalahkan.

Allah SWT mengulur para penipu dan membiarkan mereka melanjutkan rencananya. Namun, ketika tiba masa pelaksanaan, Dia membatalkan maksud mereka. Pada akhirnya, Allah pun memenangkan rasul-Nya dan menyiksa musuh-musuh-Nya.

Ayat-ayat tentang makar bertebaran di dalam Alquran. Bisa dicek di dalam QS Ibrahim: 46, QS Ar-Ra'du:42, QS Yusuf:102. Di dalam konteks sejarah Rasulullah SAW, Allah berfirman dalam QS al-Anfal: 30.

وَإِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِيُثْبِتُوكَ أَوْ يَقْتُلُوكَ أَوْ يُخْرِجُوكَ ۚ وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ اللَّهُ ۖ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ

"Dan (ingatlah) ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap, memenjarakan, atau membunuhmu atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya (makar) dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Allah sebaik-baiknya pembalas tipu daya."

Sayyid Quthb dalam Fizhilalil Quran menjelaskan, ayat ini mengingatkan apa yang terjadi di Makkah. Kaum Muslimin diceritakan kembali bagaimana rencana tipu daya kaum musyrikin kepada Rasulullah SAW sebagai bekal untuk menghadapi dan mengalahkan mereka. Bukan sekadar selamat dari rencana tipu daya mereka.

Mereka telah berupaya untuk mengusir atau membunuh Rasulullah dengan menugaskan pemuda-pemuda dari beberapa kabilah. Pada satu malam, kaum Quraisy berunding di satu tempat di Makkah.

Sebagian dari mereka berkata untuk mengikat Nabi, sebagian lainnya membunuh, ada juga yang berkata usir. Allah pun memberitahukan semua itu kepada Rasulullah sehingga Nabi pergi ke gua. Nabi pun meninggalkan Ali bin Abi Thalib sebagai pengganti sehingga dikira Nabi.

Saat mereka menyergap Nabi, ternyata pemuda-pemuda itu mendapati Ali. Mereka pun beranjak untuk menelusuri jejak Nabi. Mereka melihat gua Tsur dan hendak menginspeksi ke dalam gua itu. Hanya, mereka membatalkan rencananya karena melihat di gua itu ada sarang laba-laba. Padahal, Nabi dan Abu Bakar As Shiddiq sedang bersembunyi di gua itu hingga berlanjut sampai tiga malam.

Sayyid Quthb menjelaskan, Alquran mendeskripsikan kejadian ini sekaligus menghinakan mereka. Manusia-manusia gagah perkasa hanyalah makhluk lemah dibandingkan kekuasaan Allah Yang Mahaperkasa.

Dialah Yang memberlakukan urusan-Nya tanpa ada yang mampu menghalangi karena Dia Maha meliputi segala sesuatu. Makar pun dikatakan hingga tiga kali di beberapa surah dalam Alquran. Tidak lain sebagai penegasan bahwa Allah SWT merupakan sebaik-baik pengatur makar.

Sumber: Aljazeera

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler