Dukung Palestina, Begini Janji Komandan Militer Iran untuk Bikin Perhitungan dengan Israel
Komandan Pasukan Quds berjanji melakukan operasi militer melawan Israel
REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN — Pemerintah Iran menyatakan akan terus membantu rakyat Palestina dan gerakan perlawanan terhadap Israel, termasuk dengan melakukan operasi militer terhadap negara Yahudi itu.
Pernyataan itu disampaikan Esmail Qaani, komandan Pasukan Quds yang merupakan bagian dari Korps Garda Revolusi Iran (IRGC), seperti dikutip kantor berita Fars pada Rabu (26/3/2025).
"Republik Islam (Iran) akan terus mendukung Palestina, baik melalui dukungan terhadap gerakan perlawanan atau lewat operasi militer seperti True Promise 1 dan True Promise 2," kata Qaani, merujuk pada dua serangan Iran terhadap Israel tahun lalu.
Tentara Penjajah Israel (IDF) melanjutkan serangan terhadap Jalur Gaza pekan lalu. Kantor pemimpin Israel Benjamin Netanyahu berdalih serangan itu dilakukan karena kelompok perlawanan Palestina, Hamas, menolak usulan Amerika Serikat untuk memperpanjang gencatan senjata dan pembebasan tawanan.
Tahun lalu, Iran melancarkan dua kali serangan roket ke Israel –pertama kali dalam sejarah. Serangan pertama pada 14 April 2024 adalah balasan terhadap serangan Israel ke gedung Konsulat Jenderal Iran di Damaskus, Suriah.
Serangan kedua pada 1 Oktober 2024 merupakan respons Iran terhadap pembunuhan Ismail Haniyeh, kepala biro politik Hamas, dan Hassan Nasrallah, sekretaris jenderal kelompok perlawanan Lebanon, Hizbullah.
Respons surat Trump
Iran akan segera menanggapi surat dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengenai isu nuklir yang dikirimkan dua pekan lalu, demikian disampaikan Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, pada Kamis.
Sebelumnya pada Rabu (19/3), Axios setelah mengutip sejumlah sumber, melaporkan bahwa surat Trump kepada Pemimpin Tertinggi Iran, Ali Khamenei, mencantumkan tenggat waktu dua bulan untuk mencapai kesepakatan nuklir yang baru.
"Dia (Trump) telah mengirim surat, dan surat itu akan dijawab serta dikirim dengan cara yang semestinya... Jawabannya akan diberikan dalam beberapa hari mendatang," kata Araghchi saat berpidato dalam rangka perayaan tahun baru 1404 dalam kalender Iran.
Menurut Araghchi, surat Trump bersifat lebih "mengancam" tetapi juga menyebut adanya "peluang."
Ia kembali menegaskan bahwa Teheran tidak akan terlibat dalam negosiasi langsung dengan Washington selama masih ada tekanan, ancaman, dan sanksi tambahan.
Pada 7 Maret, Trump mengonfirmasi bahwa dirinya telah mengirim surat kepada Khamenei dengan tawaran untuk memulai perundingan mengenai perjanjian nuklir.
Trump menambahkan bahwa dirinya lebih memilih mencapai kesepakatan dengan Teheran daripada menggunakan kekuatan militer.
Iran menandatangani perjanjian nuklir dengan China, Prancis, Rusia, Inggris, Amerika Serikat, dan Jerman pada 2015, yang mewajibkan Iran untuk mengurangi program nuklir sebagai imbalan atas pencabutan sanksi.
Namun, AS menarik diri dari perjanjian tersebut pada 2018 saat masa jabatan pertama Trump dan kembali memberlakukan sanksi terhadap Teheran, yang menyebabkan perjanjian tersebut runtuh.
Sebagai respons, Iran secara bertahap mengurangi komitmennya dalam perjanjian itu, termasuk mencabut pembatasan pada riset nuklir dan tingkat pengayaan uranium.