Bandung Calling: Liburan Singkat yang Tak Terlupakan
Bandung menjadi destinasi tujuan untuk mengisi liburan. Banyak sekali tempat di Bandung yang dapat di kunjungi. Seperti, Pasar Cihapit, Bakery viral Drunk Bakker, dan tentunya jalan Braga.
Liburan ke Bandung kali ini benar-benar kejutan! Di tengah libur panjang Isra Mi’raj dan Imlek, ide iseng mengajak Caca berakhir dengan rencana liburan dadakan. Tak disangka, Caca langsung setuju dan bahkan mengajak Wafda dan Ian untuk bergabung. Kami berempat sepakat berangkat pada Senin, 27 Januari. Seperti biasa, obrolan soal transportasi, penginapan, dan destinasi pun dimulai. Sempat bimbang soal menginap, akhirnya kami memutuskan untuk perjalanan pulang-pergi saja.
Hari keberangkatan tiba. Caca dan Wafda berangkat dari Bogor, sementara aku dan Ian dari Depok. Pukul 5 pagi, kami menaiki travel Daytrans dan berjanji bertemu di titik tujuan, Dipatiukur. Selama perjalanan, aku menikmati pemandangan pagi dari jendela mobil, sedangkan Ian tertidur pulas. Setelah satu jam, kami berhenti di rest area selama 30 menit untuk ke toilet atau sekadar mengisi perut. Aku memilih onigiri untuk sarapan, lalu travel melanjutkan perjalanan ke Bandung. Ternyata, Caca dan Wafda sudah tiba lebih dulu. Sekitar dua setengah jam perjalanan dari Depok, kami pun tiba di Bandung dan langsung bertemu dengan mereka. Tanpa menunggu lama, kami memesan taksi online menuju destinasi pertama: Pasar Cihapit.
Perjalanan singkat sekitar 15 menit membawa kami dari Dipatiukur ke Pasar Cihapit. Begitu tiba, hiruk pikuk aktivitas belanja langsung menyambut. Pasar Cihapit memang terkenal dengan wisata kulinernya, banyak makanan viral berlokasi di sana. Karena itu, kami menjadikannya tujuan pertama untuk mencari sarapan sebelum menjelajahi Bandung lebih jauh. Sesampainya di sana, pilihan makanan yang beragam membuat kami bingung. Setelah berkeliling cukup lama, aku, Ian, dan Wafda memutuskan untuk mencoba bakmi yang antriannya cukup panjang, yaitu Bakmi Feng. Sambil menunggu, aku sempat membeli yogurt untuk mengganjal perut. Caca sendiri memilih Batagor Kahuripan yang juga tak kalah ramai. Kami menikmati sarapan kami dengan lahap. Setelah kenyang, kami menyempatkan diri berfoto dan berkeliling Pasar Cihapit sebelum melanjutkan ke destinasi kedua: Drunk Baker, sebuah bakery sekaligus coffee shop yang sedang viral di media sosial. Penasaran dengan menu-menu viralnya dan ingin membuktikan apakah tempat ini memang enak atau hanya sekadar hype, kami pun berjalan kaki dari Pasar Cihapit menuju Drunk Baker yang ternyata tidak jauh, hanya sekitar 8 menit.
Sesampainya di Drunk Baker, antrean panjang hingga keluar toko langsung menyambut. Sempat ragu, akhirnya kami memutuskan untuk tetap mencoba bakery ini meskipun harus sabar mengantri. Ian dan Caca mengambil nomor antrean, sementara aku dan Wafda mencari tempat duduk. Setelah hampir sepuluh menit, kami berhasil mendapatkan tempat di area belakang. Tak lama kemudian, Caca dan Ian bergabung dan memberitahu bahwa pesanan kami sudah dibuat. Sambil menunggu, Wafda dan Ian berkeliling bakery untuk mengambil beberapa video, termasuk proses pembuatan makanan. Aku dan Caca memilih untuk tetap duduk sambil mengobrol dan berfoto. Menu yang kami pesan adalah andalan Drunk Baker: Dirty Milo dan Butter Melting Cheese Toast. Jujur, aku lebih menyukai Butter Melting Cheese karena rasanya yang lebih kompleks dan memuaskan. Sambil menikmati pesanan, kami berdiskusi tentang destinasi selanjutnya. Setelah melihat beberapa rekomendasi di TikTok, kami sepakat untuk mengunjungi Tanatap, sebuah cafe di kawasan Braga.
Perjalanan dari Drunk Baker ke Braga memakan waktu sekitar 21 menit dengan taksi online. Kami baru memesan taksi setelah berjalan kaki sekitar 10 menit karena lalu lintas yang cukup padat di sekitar bakery. Setelah menemukan jalan yang lebih lengang, akhirnya taksi pun datang. Setibanya di Braga, aku langsung menyempatkan diri berfoto. Sepanjang jalan Braga dipenuhi berbagai macam toko, mulai dari aksesori, pakaian, makanan, cafe, photo booth, hingga pameran lukisan di sepanjang trotoar. Kami pun tiba di Tanatap dan disambut ramah oleh pramusaji. Di Tanatap, setiap pengunjung diwajibkan memesan minimal satu minuman dan satu makanan. Kami segera memesan: aku dengan nasi goreng spesial dan peach tea, Caca dengan tacos dan latte, Wafda dengan pasta dan matcha, serta Ian dengan ikan kuah kemangi, tahu cabe garam, dan peach tea. Tanatap cafe menawarkan suasana yang menenangkan dengan interior yang menarik dan banyak spot foto. Kami menghabiskan banyak waktu di sana, berfoto-foto di dalam cafe dan juga melihat-lihat sekelilingnya, tak lupa mengabadikan momen dalam bentuk video sebagai kenang-kenangan.
Destinasi selanjutnya adalah mencari photo booth, dan berhubung di Braga banyak pilihan, kami memilih Tahilalats. Antrean di sana cukup panjang, sekitar 30 menit lebih. Sambil menunggu, kami mengobrol dan melihat-lihat sekeliling, sekaligus mendiskusikan tempat mana lagi yang ingin kami kunjungi. Setelah sekitar 35 menit, giliran kami untuk berfoto. Usai berfoto, kami tidak langsung pergi, melainkan melihat-lihat toko Tahilalats yang menjual berbagai macam barang, seperti aksesori, gantungan kunci, baju, tas laptop, makanan, dan stiker. Kemudian, kami melanjutkan jalan-jalan di sekitar Braga dan mampir ke toko aksesori yang menjual barang-barang lucu. Hanya sebentar di sana, kami lalu menuju museum. Sayangnya, tiket masuk museum sudah habis, jadi kami memutuskan untuk langsung ke Chocomory untuk membeli oleh-oleh.
Namun, sesampainya di Chocomory, antrian yang mengular hingga ke jalan membuat kami mengurungkan niat untuk membeli oleh-oleh. Akhirnya, kami memilih untuk terus berkeliling Braga, melihat-lihat toko tas, pernak-pernik, dan oleh-oleh lainnya. Setelah puas menjelajahi Braga, kami berjalan kaki menuju Jalan Asia Afrika yang ramai, memakan waktu sekitar 20 menit. Karena jadwal keberangkatan travelku pukul 6 sore, aku pun berpamitan lebih dulu menuju titik keberangkatan travel. Sementara itu, Caca dan Wafda baru berangkat pukul 9 malam, dan Ian memilih untuk menginap di Bandung. Aku memesan ojek online menuju tempat travel. Karena ada sedikit keterlambatan, aku memutuskan untuk membeli oleh-oleh di sekitar tempat travel. Travelku berangkat sekitar pukul setengah tujuh malam. Selama perjalanan, aku banyak tertidur. Setelah dua jam, travel berhenti di rest area, di sana aku membeli makan dan ke toilet. Travel kembali melanjutkan perjalanan dan aku tiba di Depok sekitar pukul 12 malam, lalu kembali ke rumah dengan ojek online. Sungguh perjalanan singkat yang menyenangkan