Doa Malaikat Bagi Penjamu Tamu

Menyambut tamu adalah ajaran dan sunah para nabi yang sangat dianjurkan.

Ilustrasi malaikat.
Republika/Daan Yahya
Ilustrasi malaikat.
Red: A.Syalaby Ichsan

REPUBLIKA.CO.ID, Silaturahim menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari setiap insan. Melalui silaturahim, persaudaraan dan persahabatan bisa terjaga dan terpelihara dengan baik. Mereka saling mengunjungi atau bertamu ke rumah saudara, sahabat, atau kerabat.  

Baca Juga


Contoh penghormatan tamu bisa kita lihat dari kisah perempuan yang tinggal bersama putra semata wayangnya. Keluarga kecil ini rela memberikan hartanya untuk memuliakan tamu. Kisah ini seperti dinukilkan dari buku Hadis dan Kisah Teladan untuk Anak Saleh karya Ariayaniy Surfah.

Alkisah, di suatu desa terpencil, perempuan tua hidup bersama putranya yang menginjak usia remaja. Mereka hidup bersahaja meski keadaan tidak bergelimang harta, seperti sudara-saudara lainnya yang hidup serbakecukupan.

Meski demikian, perempuan tua dan putranya itu selalu seiring sejalan dalam menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya. Tidak seperti biasanya, pagi itu matahari tidak menampakkan sinarnya di desa di mana tempat keluarga kecil itu tinggal.

Dari pagi sampai siang, hanya awan hitam tebal bergulung-gulung merayap-rayap tertiup angin. Mengetahui akan turun hujan, putra dan perempuan tua itu sibuk mencari perabotan rumah tangga yang bisa menampung tetesan air hujan.   "Simpan semua perabotan dapur tepat di bawah bekas tetesan hujan, Nak," kata perempuan tua itu berseru kepada putranya sambil menyodorkan panci yang sudah banyak cekungan.

"Baik ibu, ini tinggal tiga titik lagi di kamar ibu yang belum," kata putanya memberi tahu kepada ibunya karena di kamarnya juga ada tiga titik bekas tetasan air hujan. Setelah semua perabotan rumah tangga ditempatkan di bawah setiap tetesan air hujan, seketika hujan turun begitu deras bersamaan dengan angin dan petir bersautan.

Ketika akan menutup pintu yang terbuka oleh tiupan angin, tiba-tiba ada seorang pria berdiri di pinggir rumahnya sambil mengibas-ngibas baju dan rambutnya yang terkena hujan. Melihat ada orang akan menutup pintu, pria yang semua bajunya basah itu menegur lebih dulu pada perempuan tua. "Bu, saya menumpang berteduh di sini ya," katanya. 

 

Perempuan tua itu celingak-celinguk merasa ada suara yang ditujukan kepada dirinya. Suara yang dilontarkan dari pemuda tua itu terdengar samar-samar bagi perempuan yang sudah berusia 85 tahun. "Memang kamu sedang berteduh di sebelah mana," tanya perempuan tua itu."Saya di samping sebelah kiri ibu," kataya.

"Oh, di situ tempat pembuangan air hujan, pasti kamu basah. Masuklah!" Pinta perempuan tua itu yang belum tahu seperti apa sosok pria itu.

Awalnya pemuda itu menolak, tapi karena terus dipaksa, akhirnya ia masuk juga. "Assalamualaikum, permisi!"

"Oh, kamu Muslim. Waalaikumussalam. Mari masuk, setiap Muslim kita semua bersaudara." Akhirnya pemuda itu melangkah masuk ke dalam. Perempuan tua itu sudah mengambilkan minum air hangat. "Ini minum, lumayan untuk menghangatkan tubuhmu yang basah," kata perempuan tua itu.

Setelah semua peralatan rumah tangga yang menampung tetesan hujan digeser sedikit, perempuan tua itu memanggil putranya yang sedang sibuk membersihkan lantai dari tetesan air hujan.

"Cepat kau sembelih ayam, mungkin tamu kita belum makan," pinta perempuan tua pada putranya. "Baik Bu, segara saya kerjakan setelah ini."

Mendengar akan menyelesaikan pekerjaannya terlebih dulu, perempuan tua itu sedikit protes. "Sudah tinggalkan pekerjaanmu itu, jangan biarkan tamu menunggu lama.""Baik Bu, ini aku sedang mengambil pisaunya," katanya sambil mengerjakan apa yang dimita ibunya.

Tidak terasa pembicaraan hangat penuh makna membuat pemuda yang sedang musafir itu terlena dia tidak sadar hampir satu setengah jam dia berada di dalam rumah perempuan tua itu.

Ketika akan pamit karena hujan telah reda, perempuan tua itu melarang. "Tidak baik kalau Anda pulang dalam keadaan lapar. Mari kita makan, semua sudah tersedia," katanya.

Mendengarkan tawaran yang begitu bersahabat, pemuda itu terharu. Dia ingin mengetahui siapa yang memasak karena sejak pertama masuk, belum mengetahui siapa yang perempuan tua itu suruh-suruh. "Saya putra tunggalnya." 

 
Ide unik bersilaturahim lewat WhatsApp. - (Republika)

"Oh, terima kasih atas apa yang telah disediakan untuk saya. Perkenalkan nama saya Hatim ath-Tha'ai," katanya.

Setelah memperkenalkan diri, Hatim ath-Tha'ai melongok sedikit dari mana dia mengolah hidangan semewah itu dari rumah yang tidak layak huni itu.

Hatim mengetahui kalau hidangan itu merupakan peliharaan mereka satu-satunya. "Bu, saya mengundang ibu dan putra ibu datang ke rumah. Saya ingin membalas kebaikan ibu," katanya.

Lalu, perempuan tua itu menjawab, "Saya menjamu Anda bukan untuk mendapatkan balasan. Tapi, semata-mata karena Allah SWT."

Hatim penyair dari Arab yang terkenal itu sangat kagum dengan kedermawanan perempuan tua itu. Dia tidak menyangka ada seorang perempuan miskin yang masih mau menjamu tamunya meski dalam keadaan susah.

 

Setelah Hatim melangkah pergi dari rumah perempuan tua itu, Hatim melihat dari rumah tidak layak huni itu terpancar cahaya dan terdengar banyak suara orang bershalawat.

Hatim merasa heran dan kembali lagi ke rumah perempuan tua itu untuk memastikan ada berapa orang yang bershalawat di rumah perempuan tua.

Baru saja akan melangkahkan kaki untuk kembali ke rumah perempuan tua itu, tiba-tiba langkahnya didahului oleh serorang yang belum dikenalnya lalu orang itu berkata, "Saya malaikat yang menjaga rumah perempuan tua itu."

Membaca kisah Hatim tersebut, mengingatkan kita dengan sejumlah riwayat tentang kehadiran malaikat di rumah mereka yang menjamu tamu sebaik-baiknya.

Tuntutan ini begitu melekat di generasi para salaf. Umar bin Khatab, misalnya, ia kerap memuliakan tamu. Ketika ia ditanya mengapa harus bersusah payah menjamu tamu, ia menegaskan, "Aku mendengar Rasulullah bersabda, "Para malaikat berdiri di dalam rumah yang di dalamnya terdapat tamu, maka aku ( Rasulullah ) malu untuk duduk, sedangkan para malaikat berdiri. "

sumber : Pusat Data Republika
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler