Bos IAEA Ilustrasikan Bom Nuklir Iran Seperti Puzzle yang Hampir Rampung Dirakit
Kepala IAEA tiba di Teheran bertemu Menlu Iran Abbas Araghchi dan pejabat lain.
REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Rafael Grossi pada Rabu (16/4/2025) tiba di Teheran, untuk menggelar pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi di sela perundingan program nuklir antara Iran dan Amerika Serikat (AS). Grossi mengingatkan bahwa, Iran "tidak jauh" dari momen untuk segera memiliki bom nuklir.
"Itu seperti puzzle. Mereka memiliki kepingan-kepingan, dan suatu hari nanti mereka akhirnya bisa selesai merakitnya," kata Grossi kepada koran Le Monde yang dipublikasikan Rabu.
"Masih ada jalan sebelum mereka sampai di sana. Tapi mereka semakin dekat, itu harus dipahami," kata Grossi.
IAEA bertugas mengawasi program nuklir Iran dan sesuai dengan kesepakatan JCOPA pada 2015 yang kemudian runtuh lantaran Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menarik diri dari kesepakatan itu pada 2018. Pada periode kedua kepemimpinan, Trump kini mencoba mencapai kesepakatan negosiasi dengan Iran.
"Tidak cukup hanya memberi tahu komunitas internasional, 'kami tidak punya senjata nuklir' untuk mereka bisa percaya kepada kamu. Kami harus bisa merevikasi," kata Grossi.
Araghchi, lewat unggahannya di X mengatakan pembicaraannya dengan Grosi sebagai sebuah "diskusi yang berguna". Araghchi meminta IAEA untuk "menjauhkan agensinya dari kepentingan politik" untuk menghindari badan tersebut mengganggu proses negosiasi antara Teheran dan Washington.
Araghchi menegaskan bahwa Teheran menolak proposal Washington yang meminta stok uranium Iran dikirim ke negara ketiga. Seperti dilaporkan Reuters, Rabu (16/4/2025), Araghchi menegaskan Iran memiliki hak atas pengayaan uranium dan hal itu bukanlah subjek untuk didiskusikan.
Pernyataan Araghchi itu merespons utusan Washington untuk urusan Timur Tengah, Steve Witkoff, yang mengatakan, Iran harus "menyetop dan mengeliminasi pengayaan nuklir" dalam rangka mencapai kesepakatan dengan Washington. Usai perundingan di Oman pada Sabtu pekan lalu, kedua belah pihak akan menggelar pertemuan kedua di Italia akhir pekan ini.
Menurut laporan media Iran, Araghchi akan menyampaikan pesan dari Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei kepada Vladimir Putin saat kunjungannya ke Rusia pada Kamis (17/4/2025). Pada Selasa (15/4/2025), Kremlin menolak berkomentar soal apakah Rusia siap mengontrol stok uranium Iran sebagai bagian dari kemungkinan kesepakatan antara Iran dan AS.
Berdasarkan laporan The Guardian, Teheran kemungkinan akan menolak proposal negosiasi dari AS. Proposal itu di antaranya berisi tuntutan agar Teheran mengirim stok uraniumnya ke negara ketiga seperti Rusia, sebagai bagian dari upaya AS mengurangi kemampuan program nuklir Iran.
Israel dilaporkan merencanakan menyerang fasilitas nuklir Iran pada awal Mei, namun rencana itu dicegah oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump demi berjalannya proses negosiasi agar Teheran mau membatasi program nuklirnya. Informasi itu didapatkan New York Times dari beberapa pejabat resmi AS dalam laporannya, Kamis (17/4/2025).
Trump membuat keputusan mencegah rencana serangan Israel setelah terjadi perdebatan internal di Washington dalam beberapa bulan terakhir terkait apakah AS mengejar jalur diplomasi atau membantu Israel. Pertentangan seperti laporan New York Times terjadi antara pejabat yang dikenal agresif dan pembantu Trump lain yang skeptis aksi militer dapat mengeliminasi sepenuhnya ambisi nuklir Iran tanpa memicu perang yang lebih luas.
Diketahui, negosiasi terkait nuklir Iran telah terjadi antara pejabat Washington dan Teheran di Muscat, Oman pada Sabtu pekan lalu. Perundingan terkait program nuklir Iran tersebut berlangsung di tengah memanasnya kembali ketegangan antara Washington dan Teheran, khususnya sejak Presiden AS Donald Trump kembali menjabat pada Januari lalu.
Trump baru-baru ini mengeluarkan peringatan mengenai kemungkinan tindakan militer dan penambahan tarif jika Iran gagal mencapai kesepakatan dengan AS terkait program nuklirnya -- pernyataan yang langsung mendapat kecaman keras dari pejabat-pejabat Iran. Meskipun Iran menolak melakukan negosiasi langsung dengan AS, kedua pihak sepakat untuk melanjutkan pembicaraan tidak langsung yang dimediasi oleh Oman, setelah adanya pertukaran surat antara pemerintah kedua negara.